Share

Bab 2

Author: empat2887
last update Last Updated: 2023-05-01 15:43:07

Wajah Wati terlihat memerah, sepertinya ia marah dan tidak suka dengan apa yang diucapkan oleh Reno adik iparnya tersebut.

"Maaf ya, Mbak Wati, aku menyarankan kalian pindah dari rumah Ibu ini, bukan karena aku ingin menguasai rumah ini seorang diri. Tapi karena aku merasa kasihan kepada Ibuku, yang selalu diperlakukan seperti babu oleh Mbak dan juga Mas Roni. Aku tidak terima, jika Ibuku yang sudah tua ini selalu kecapean karena harus mencuci dan memasak untuk kalian. Sedangkan Mbak yang menjadi menatu di rumah ini malah enak-enakan, serta selalu berdiam diri di kamar. Mbak tidak pernah mau membantu pekerjaan Ibu, taunya hanya makan dan menyimpan cucian kotor. Rasanya sudah cukup ya, Mbak, Ibuku melayani kalian. Jika memang Mbak tidak mau berubah, maka lebih baik tinggalkan rumah ini. Apalagi sekarang kalian sudah berumah tangga, sudah seharusnya kalian berdua belajar mandiri. Aku saja yang belum punya istri mau meladeni keperluanku sendiri, aku tidak pernah ya, membiarkan pakaian atau piring kotor bekas aku pake dicucikan oleh Ibu. Karena aku kasihan sama Ibu, aku takut Ibu sakit karena kecapean. Tapi kalian berdua malah menambah beban saja untuk Ibuku," tutur Reno panjang lebar, ia benar-benar mengungkapkan apa yang ingin ia katakan.

Mendengar penuturan Reno, wajah Wati bertambah merah padam. Suasana di dapur pun semakin panas, seperti akan ada ledakan dahsyat di sana.

"Kurang ajar kamu, Reno. Berani ya kamu menghakimi aku, dasar kalian keluarga miskin. Asal kalian berdua tau ya, aku di rumah orang tuaku itu tidak pernah melakukan pekerjaan apa pun karena semuanya dikerjakan oleh pembantu. Kalau di sini aku harus melakukan seperti apa yang dilakukan pembantu, bisa-bisa tanganku rusak. Percuma dong aku perawatan mahal-mahal, kalau hasilnya malah rusak karena harus mengerjakan pekerjaan rumah. Lebih baik aku kembali ke rumah orang tuaku dan pastinya keluargaku akan memutuskan pernikahanku dengan Roni. Jika semua itu terjadi, kalian jangan pernah menyalahkan aku. Karena kalian berdualah yang bersalah," sahut Wati, yang seolah menantang, sekaligus mengancam aku dan Reno.

"Dek, apa-apaan sih kamu, kok kamu bilang seperti itu sih? Lagian ya, mana pernah Mas memintamu mengerjakan pekerjaan pembantu. Kamu hanya cukup meladeni Mas aja, selain itu terserah Ibu saja karena dia yang memiliki rumah ini," ujar Roni membela dan membujuk istrinya.

"Mas, jadi kamu menganggap, kalau Ibu kita itu sebagai pembantu gratisan di rumahnya sendiri? Tega ya kamu bicara seperti itu kepada wanita, yang telah mengandung dan melahirkan kita. Bahkan ia telah membesarkan kita berdua tanpa ada sosok Bapak. Kamu telah dibutakan oleh perempuan yang tidak punya adab ini, Mas. Segera sadar, Mas, sebelum Allah murka kepadamu karena kamu telah berdosa terhadap Ibu." Reno menasehati Kakaknya, yang memang telah dibutakan mata hatinya oleh cinta.

Reno membelaku, ia tidak terima kalau aku dijadikan pembantu gratisan oleh anak dan menantuku. Roni dan Wati memang sudah keterlaluan. Selama ini aku selalu diam, bukan karena aku takut atau menerima diperlakukan seperti itu. Tetapi aku masih menghargai Wati dan menjaga perasaannya, makanya aku mengajak Roni untuk berbicara perihal sikap istrinya.

Tapi ternyata Roni malah membela sikap istrinya yang semaunya sendiri. Ia malah tidak memperdulikan perasaan aku lagi sekarang. Aku benar-benar kecewa dengan sikap Roni sekarang, tapi tidak mungkin juga aku berbuat kejam kepadanya untuk saat ini. Aku tetap sayang kepada Roni, sebab tadinya Roni juga tidak seperti itu.

"Reno, kamu itu jangan kurang ajar ya? Aku ini Kakak kamu, aku lebih tua dari kamu. Kamu harus sopan bicara sama orang yang lebih tua, dasar nggak punya adab. Lagian ya, siapa juga yang bilang kalau Ibu itu pembantu gratisan? Bukankah kamu sendiri yang bilang seperti itu," tanya Roni, sambil menunjuk wajah Reno.

"Mas, sepertinya Ibu sama adik kamu itu memang tidak suka dengan keberadaanku di rumah ini, makanya ia selalu mengungkit tentang kebiasaanku. Jadi lebih baik kita pergi saja dari sini karena aku nggak mau ya, kalau selalu dijadikan bahan ocehan. Lebih baik aku kembali tinggal di rumah orang tuaku, daripada tinggal di sini, tetapi selalu dipermasalahkan." Wati merajuk kepada suaminya, ia terlihat seperti orang yang teraniaya saat ini.

"Tidak seperti itu juga, Sayang. Bagaimana kata orang tuamu nanti, kalau sampai kita tinggal di rumahnya. Lagian ya, kalau kita pergi dari sini, sama saja kita mengakui kalau kita yang salah. Sudah biarlah mereka seperti itu, jangan kamu masukan ke dalam hati. Jangan pedulikan apa kata mereka, anggap saja hanya kita berdua yang ada di rumah ini. Karena memang ada hak Mas juga di rumah ini," bujuk Roni.

Ia mengajak istrinya untuk pergi dari dapur, sepertinya mereka berdua kembali masuk ke kamar mereka. Sebelum pergi, Wati melirik ke arahku sambil tersenyum miring seakan meledekku. Aku hanya bisa mengusap dada, serta tidak ada kesempatan mengungkapkan kata, pada saat mendengar dan melihat perlakuan anak dan menantuku tersebut.

"Tuh, Bu, Ibu sudah melihatnya sendiri kan, bagaimana Ibu itu tidak dihargai oleh Mas Roni dan juga Mbak Wati. Bahkan Mas Roni tega meminta Mbak Wati, supaya tidak menganggap keberadaan kita di rumah ini. Mas Roni itu sudah keterlaluan banget, Bu. Ia bukannya mendidik istrinya supaya merubah sikapnya, tetapi malah menyuruh istrinya, supaya tidak menganggap kita. Dasar suami gen-deng," sungut Reno.

"Iya, Reno, terus Ibu harus bagaimana lagi sekarang? Karena sepertinya Kakakmu itu memang sudah terpengaruh banget oleh istrinya. Bahkan nasehat Ibu pun tidak dihiraukan olehnya," tanyaku meminta saran anakku.

Bersambung ...

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Menantuku Selalu Diam Di Kamar    Bab 66

    "Wa ... Wati ...," lirihku."Iya, Mas, itu benar Mbak Wati. Tapi kok ia mau ngapain datang ke sini, bahkan datang sepagi ini di sini? Apa kamu memintanya supaya datang ke sini ya, Mas?" tanya Risma dengan raut wajah yang nampak curiga terhadapku."Sayang, kamu itu ngomong apaan sih? Mana mungkin, Mas meminta Wati datang ke sini! Lagian untuk apa coba, Mas menyuruhnya datang? Kamu mah ada-ada saja, Yang," sahutku berusaha memberi penjelasan kepada Risma, kalau aku tidak tahu-menahu tentang kedatangan Wati ke hotel tempat menginap kami."Lalu untuk apa dia datang ke sini dan dari mana dia tahu kalau kita ada di sini?" tanya Risma lagi, seakan tidak percaya dengan apa yang aku katakan barusan."Ya mana Mas tahu, Sayang. Mungkin dia sengaja datang ke hotel ini karena ada urusan sendiri, bukan mau menemui Mas," pungkirku lagi.Karena memang kenyataannya aku tidak ada urusan dengan Wati, apalagi sampai menyuruhnya untuk datang ke hotel tempat bulan madu aku dan Risma. Aku juga sebenarnya

  • Menantuku Selalu Diam Di Kamar    Bab 65

    "Nggak kok, Mbak. Aku nggak kedinginan, sebab aku berdua ma suami. Mungkin Mbak kedinginan karena Mbaknya sendirian," sahut Risma, sambil tangannya menggandeng erat tanganku."Hee ... He, iya kali ya, Mbak" ujar perempuan tersebut, sambil terkekeh dan kembali mengerlingkan matanya padaku.Karena aku takut khilaf, lalu aku pun menjauh dari wanita tersebut. Kini Risma lah, yang berada di samping wanita genit itu. Karena aku tidak mau istriku salah paham nantinya, sebab wanita ini sudah berani menggodaku, padahal kami baru saja bertemu.Aku tidak mau karena wanita yang tidak jelas ini, keharmonisan rumah tanggaku yang baru saja aku bangun akan menguap begitu saja. Sementara sangat susah mencari wanita seperti Risma ini. Mungkin hanya ada beberapa saja, wanita yang nyaris sempurna seperti Risma. Risma istriku bukan hanya cantik rupa, serta postur tubuhnya yang menggoda, tetapi ia juga memiliki hati yang baik. Dan yang paling utama, ia sangat menyayangi Bapak ibuku, yang merupakan me

  • Menantuku Selalu Diam Di Kamar    Bab 64

    Season 2"Mas, alhamdulillah ya, acara pernikahan kita berjalan dengan lancar. Semoga saja pernikahan kita ini langgeng dan bisa menjadi keluarga yang SAMAWA ya, Mas!" Risma berkata, saat aku baru saja duduk di atas kasur dan berada di sampingnya. "Iya, Sayang, semoga ya," ucapku, sambil mengusap pucuk kepala wanita, yang baru tadi siang aku jadikan dia istri. Ia membuka percakapan, setelah aku selesai bersih-bersih dan berganti pakaian dan bersiap untuk tidur. Ini adalah kali pertama aku bisa tidur bersamanya, setelah hampir satu tahun lamanya kami menjalin kasih.Walaupun aku sudah pernah menjalani pernikahan, dengan istri pertamaku yang bernama Wati. Tapi tetap saja dadaku berdegup kencang, saat akan menjalani ritual malam pertama seperti sekarang ini. Risma pun aku lihat sudah siap, bahkan ia bepenampilan seksi seakan sengaja menggodaku. Ia bahkan begitu manja padaku, membuat napasku bertambah sesak dibuatnya."Mas, apa kamu sakit? Kok kamu keluar keringat dingin begitu, bahk

  • Menantuku Selalu Diam Di Kamar    Bab 63.

    Bab 42"Iya, Marni, ada apa lagi kamu menelponku? Bukannya sudah jelas ya, kalau kita itu sudah tidak sepaham!" Mas Romli berkata dengan nada tinggi.Rupanya yang meneleponnya barusan adalah istrinya, yang kemarin melabrak keluargaku untuk meminta apa yang sudah diberikan Mas Romli untuk Roni dan Reno. Aku dan kedua anakku yang sedang sarapan sampai berhenti, kami bertiga malah fokus mendengarkan Mas Romli, yang sedang berbicara dengan istrinya.Kami bertiga fokus melihat gerak-gerik Mas Romli, yang bicaranya dengan begitu emosi. Aku yang tadinya tidak tahu permasalahannya kini menjadi tahu. Ternyata Mas Romli saat ini sedang ada permasalahan dengan istrinya. Pantes aja pagi-pagi ia sudah ada di rumahku, padahal seharusnya saat ini ia sedang sarapan bersama keluarganya. "Pokoknya aku tidak mau, Marni! Karena apa yang telah aku berikan itu adalah hak kedua anakku. Mereka itu sudah sepantasnya mendapatkan semua itu, apalgi aku telah menelantarkan mereka demi kamj. Jadi sudah sepantasny

  • Menantuku Selalu Diam Di Kamar    Bab 62

    "Itu lho, Mas, mereka berdua berbeda sifat dan karakternya. Mbak Risma itu orangnya baik dan juga sopan, sama Ibu juga sayang banget. Ia juga bahkan tidak segan mau membantu Ibu. Sedangkan Mbak Wati kebalikkannya," sahut Reno menjelaskan."Oh ... tentang itu, aku kira apaan? Apa yang kamu bilang memang benar, Reno. Wati dan Risma itu dua orang yang karakternya berbanding terbalik. Sayang sekali memang, aku baru bisa mengungkapkan perasaan akunya sekarang. Tapi aku masih beruntung, Ren, sebab sampai saat ini Risma-nya ternyata belum menjadi milik siapa-siapa." Roni membenarkan perkataan adiknya tersebut. Memang benar adanya, jika Neng Risma itu istimewa, sebab aku sudah merasakan sendiri bagaimana baiknya dia, serta rasa pedulinya padaku. Aku akan merasa sangat bahagia, jika memang dia bisa bersanding dengan Roni dan menjadi menantuku. "Hayo, kalian sedang ngomongin apa? Sedang ngomongin aku ya," tanya Neng Risma, yang nongol dari pintu dapur."Is, siapa yang sedang ngomongin kamu s

  • Menantuku Selalu Diam Di Kamar    Bab 61

    "Maaf, Bu, Ibu ini siapa ya? Kok Ibu berani sekali berteriak dan berkata kasar di depan rumah kami," tanya Roni."Siapa kamu berani berkata seperti itu? Apa kamu anaknya Mas Romli, yang dari mantan istrinya? Aku ini istrinya Mas Romli, aku mau minta sama keluarga mantan istri suamiku, supaya mengembalikan semua harta benda yang diberikan olehnya. Karena itu hak aku dan juga anakku," ujarnya dengan raut muka yang penuh emosi."Maaf ya, Bu, tapi apa yang diberikan Bapak untuk kami itu hak kami! Karena selama ini beliau tidak pernah memberikan kami nafkah sedikitpun, terhitung dari semenjak Bapak menikahi Ibu." Roni menjawab ucapan perempuan, yang memang istrinya Mas Romli.Mendengar perkataan Roni, perempuan itu semakin tidak terkontrol. Ia malah berteriak-teriak tidak karuan, sehingga membuat para tetanggaku datang untuk melihat perdebatan ini. Aku pun berbisik kepada Reno, supaya ia menelepon Bapaknya dan memberitahu Mas Romli, kalau ada istrinya sedang membuat rusuh."Bu Reni, ini a

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status