Share

Bab 7 Mencari Petunjuk

Author: Kak Zorah
Makan malam kurang lebih sudah selesai kumasak semuanya bertepatan dengan pulangnya Harry dan Adele. Adele melompat kegirangan e dalam pelukanku dan berkata dengan suaranya yang menggemaskan, “Mama, aku sudah pulang. Tadi Papa yang jemput aku di sekolah.”

Suaranya yang manis itu membuatku meneteskan air mata. Aku menahan diri untuk tidak menangis dan berkata, “Mama beliin buah nangka kesukaan kamu, tuh!”

“Wah! Aku mau makan! Papa, aku mau makan nangka!” seru Adele.

“Oke! Ini makan sedikit dulu, ya. Habis makan malam baru makan lagi nangkanya!” ujar Harry sambil mengupas sebagian kecil dan memberikannya pada Adele. Setelah itu dia masuk ke dapur dan memelukku dari belakang, “Tumben hari ini kamu masak banyak banget?”

Dalam hati aku bergidik geli. Keluarga kecil yang awalnya baik-baik saja kini jadi berada di ambang kehancuran karenanya.

“Kamu kan baru pulang dinas, jadi ini aku bikinin masakan enak buat kamu! Hari ini di kantor sibuk?” tanyaku.

Dia hanya menjawab seadanya. Itu membuat hatiku terasa sakit, lalu aku menyenggolnya dengan sikuku dan berkata, “Ambil sendok garpu, ayo maan!”

Aku benar-benar muak dengan tingkah mesranya padaku sekarang. Aku tidak tahu apakah ketika dia sedang memelukku dari belakang tadi, dia sedang memikirkan wanita lain.

“Mau minum? Sudah lama kita nggak minum-minum. Aku lagi mau minum segelas saja, nih,” kataku.

“Oh, tumben kamu lagi pengin minum?”

“Toh, hari ini juga sudah santai. Kamu nggak keluar lagi, ‘kan? Habis masak sebanyak ini aku jadi mau bersantai dikit!”

Harry tidak kuat minum terlalu banyak. Agar tidak menimbulkan kecurigaan, aku menuangkannya sedikit saja sedangkan untuk gelasku sendiri, aku menuang sampai setengah gelas. Kemudian aku bersulang dengannya. Alkohol memang sangat ampuh. Minum sedikit saja siapa pun pasti akan langsung bergairah dan jadi lebih banyak bicara. Aku pun berpura-pura sedikit mabuk dan mulai bernostalgia tentang masa lalu, mulai dari masa-masa kuliah sampai membangun bisnis.

Harry yang melihatku mulai girang ikut menuang lebih banyak ke gelasnya sendiri, serta mengingatkanku pula untuk tidak minum terlalu banyak, tapi pada akhirnya yang minum kebanyakan adalah dirinya sendiri. Aku memapahnya masuk ke kamar, dan dia langsung terbaring begitu saja di atas kasur. Aku buru-buru memandikan Adele dan menidurkannya, barulah aku mulai beraksi.

Sekian lama hidup bersama, baru kali ini aku membongkar barang-barangnya. Di situ aku baru menyadari betapa bodohnya aku yang terlalu percaya padanya. Aku membongkar saku dan tasnya, tapi aku tidak menemukan sesuatu yang berharga. Aku kemudian beralih ke ponselnya, tapi sayang layarnya terkunci dengan sidik jari. Diam-diam aku berjalan ke sampingnya dan ketika baru saja menggenggam tangannya, dia langsung menggenggam tanganku dengan erat dan menatapku.

“... air! Air …!”

Aku langsung mengambil segelas air untunya, lalu dia pun kembali tertidur. Setelah layar ponselnya berhasil terbuka, aku langsung mengecek semua riwayat panggilan, yang mana tidak menunjukkan satu nama pun yang mencurigakan. Aku mengenali semua kontak yang dia hubungi belakangan ini, dan sebagian besar adalah pria. Kemudian aku memeriksa chat WA, tapi tampaknya dia tidak begitu banyak berhubungan dengan nomor asing. Karena tidak menemukan apa pun yang mencurigakan, aku pun membuka pesan yang waktu itu kulihat saat dia baru pulang.

“Dia sudah tahu?”

Tiga kata itu hanya menggantung tanpa jawaban, dan tidak ada jejak-jejak pesan yang terhapus. Tak lupa aku juga memeriksa status, tapi tidak ada informasi apa pun yang bisa kugali dari sana. Sepertinya Harry memang sangat berhati-hati. Dia bilang pesan itu datang dari Jasmine, jadi aku mencari cara untuk memastikan kebenarannya.

Dalam galeri foto juga hanya ada beberapa foto Adele serta Jasmine. Lagi-lagi aku tidak menemukan apa-apa di sana, bahkan aku juga sudah mengorek-ngorek foto dengan file manager, tapi tidak ada yang bisa kudapat. Semuanya bersih tanpa ada jejak-jejak yang mencurigakan.

Dari penemuanku ini, aku menarik kesimpulan bahwa selingkuhannya bukan orang perusahaan ataupun karyawan Brilliant Tower, atau resepsionis juga tidak mungkin menyebut wanita itu sebagai istrinya. Siapa sebenarnya wanita yang dimaksud? Apakah dia punya kontak lain di luar semua yang sudah kuperiksa?
Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Mencari Selingkuhan Suamiku   Bab 299 – Pertarungan yang Kejam

    Aku menenangkan diri untuk sesaat. Kemudian, aku menyalakan mobil dan perlahan-lahan meninggalkan jalan kecil itu. Dari persimpangan di depan, aku kembali ke jalan utama. Pada saat ini, kemacetan sudah agak mendingan. Aku langsung bergegas pulang ke rumah.Ibuku langsung merasa lega begitu melihatku sudah sampai di rumah. Dia buru-buru mulai memasak makanan. Jarang sekali aku bisa makan bersama mereka di rumah seperti ini.Begitu mendengar jika aku ingin makan di rumah, kedua orang tuaku langsung menunggu kepulanganku. Ibuku mengatakan, makanan yang paling enak adalah makanan yang baru dimasak.Setelah makan malam, aku menelepon Fanny dan bertanya apakah dia sedang ada di rumah. Fanny mengatakan jika dirinya baru saja sampai di rumah. Oleh karena itu, aku mengajak Adele jalan-jalan dan pergi menemui Fanny.Sudah beberapa hari aku tidak bertemu dengan Fanny. Begitu melihatku, Fanny langsung menanyakan tentang Taufan. Aku hanya bisa menggelengkan kepala tanpa daya.Fanny mengatakan, akhi

  • Mencari Selingkuhan Suamiku   Bab 298 – Mati Secara Tidak Wajar

    Entah kenapa, pada saat itu, punggungku terasa dingin dan merinding. Aku merasa ngeri saat memikirkannya. Bayangkan saja, manusia yang masih hidup dan baik-baik saja ditabrak mobil hingga tewas saat dalam perjalanan menemui diriku. Mungkinkah semua ini hanya kebetulan belaka?Selain itu, dia hanya ingin menyampaikan informasi mengenai Taufan kepadaku. Hanya sebuah informasi. Akan tetapi, apakah semua itu harus ditebus dengan mengorbankan nyawanya? Bagaimana mungkin orang yang begitu lembut itu sekarang dibilang sudah meninggal …Semua ini makin membuatku mengerti jika situasinya tidaklah sesederhana itu.Melihat Danny yang buru-buru pergi, makin aku memikirkannya, makin aku merasa jika ada yang tidak beres. Kenapa polisi tidak menanyakan apa pun mengenai Taufan kepadaku? Bukankah itu adalah pertanyaan yang paling penting? Apakah mungkin bagi mereka untuk mengabaikan pertanyaan sepenting itu?Selain itu, jika sudah dipastikan bahwa sopir mobil karavan kecil itu mabuk dan Bastian meningg

  • Mencari Selingkuhan Suamiku   Bab 297 – Petugas Polisi Datang

    Yang datang ke kantorku adalah dua petugas berseragam polisi.Hal ini membuatku agak terkejut dan bingung. Apa yang menyebabkan polisi mendatangiku di kantor?Aku mempersilakan mereka untuk duduk dan menatap mereka. Salah satu dari mereka bertanya kepadaku dengan sangat serius, “Bolehkah aku bertanya padamu? Apa kamu kenal Bastian Luzman?”“Siapa?” Aku agak bingung dan langsung menyangkalnya. “Aku nggak kenal.”Petugas polisi itu langsung menatapku dengan tajam. Jelas, dia tidak percaya dengan jawabanku. Kemudian, dia melirik rekannya dan berkata, “Mana fotonya?”Polisi satunya buru-buru mengeluarkan foto dari tas kerja yang dipegangnya dan menyerahkannya kepadaku. “Perhatikan baik-baik orang yang ada di foto ini.”Aku menerima foto tersebut dengan kedua tanganku dan melihat orang yang ada di foto itu. Dia adalah seorang pria. Wajahnya terlihat cukup tampan. Sepertinya dia adalah seorang mahasiswa yang masih berusia sekitar 20 tahun.Aku menggelengkan kepalaku dan berkata dengan tegas,

  • Mencari Selingkuhan Suamiku   Bab 296 – Panggilan Telepon yang Aneh

    Orang yang meneleponku itu adalah seorang pria asing. Dia memintaku untuk menemuinya seorang diri. Pria itu mengatakan bahwa dia punya informasi mengenai Taufan.Aku menanyakan siapa dirinya. Namun, pria itu langsung menutup teleponnya. Akan tetapi, dia mengirimkan pesan kepadaku, berupa sebuah alamat. Sepertinya, alamat tersebut merupakan lokasi di mana kami akan bertemu nanti.Tanpa berpikir panjang, aku langsung mengambil tasku dan turun ke bawah.Setelah mengatur navigasi, aku langsung menuju ke tempat yang dia sebutkan sebelumnya. Hatiku merasa cemas. Dalam beberapa hari terakhir, inilah pertama kalinya aku mendengar ada seseorang yang memberitahuku bahwa dia memiliki informasi mengenai Taufan.Aku bahkan tidak memikirkan apakah informasinya itu benar atau salah. Sekalipun salah, aku tetap ingin mendengar apa yang ingin dia katakan. Setidaknya, itu lebih baik daripada aku tidak tahu apa-apa.Dalam beberapa hari terakhir, kecelakaan mobil yang menimpa Taufan seakan-akan tidak perna

  • Mencari Selingkuhan Suamiku   Bab 295 – Memulai Perang Secara Terang-terangan

    Hatiku langsung berdebar kencang saat melihat nama yang muncul di layar ponselku adalah nama Luna.“Luna, kalau kamu mau bicara omong kosong, sebaiknya hentikan saja. Aku sedang malas berurusan denganmu.” Aku mengangkat telepon dan langsung berkata kepada Luna. “Informasi mengenai Taufan, kalian mau mengatakannya atau nggak, aku pasti akan tetap mengetahuinya.”“Hahaha … Kak Maya, kayaknya kamu benar-benar cemas.” Luna terlihat aneh saat mengetahui kecemasanku. Sikapnya begitu menyenangkan. “Kayaknya Kakak marah besar.”“Kayaknya kamu lagi nggak ada kerjaan ya?” Setelah berkata seperti itu, aku langsung menutup teleponnya. Aku tahu betul. Makin aku memedulikannya, Luna akan makin menjadi-jadi.Benar saja. Ponsel di tanganku kembali berdering. Aku menahan diri dan baru mengangkatnya setelah berdering beberapa kali. “Jangan menguji kesabaranku.”“Hahaha … Kak Maya, aku cuma ingin memberitahumu kalau dia baik-baik saja. Sungguh.” Nada bicara Luna menyiratkan jika dia bersukacita atas musi

  • Mencari Selingkuhan Suamiku   Bab 294 – Beberapa Mobil Saling Bertabrakan

    Bagai membuka pintu misterius, aku buru-buru melangkahkan kakiku dan masuk ke dalam. Aku memeriksa setiap ruangan yang ada, tetapi tidak ada seorang pun di sana.Sampai-sampai seorang perawat membentakku dengan tegas, “Apa yang kamu lakukan? Ini ruang steril. Bagaimana kalian bisa masuk ke sini? Cepat keluar!”Aku mencengkeramnya dengan satu tanganku. “Kalau begitu, katakan padaku. Di mana orang yang barusan kalian selamatkan? Bagaimana keadaannya?”“Cepat keluar! Orang yang diselamatkan apa? Banyak yang kami selamatkan.” Perawat itu berusaha melepaskan diri dari cengkeramanku dan mendorong kami keluar. “Cepat keluar!”“Pak Taufan. Pak Taufan yang barusan kalian selamatkan. Bagaimana keadaannya?” Aku masih belum mau menyerah.Perawat itu terlihat marah dan langsung mendorongku keluar. “Aku nggak tahu.”Kemudian, pintu dibanting dengan keras sampai berbunyi ‘brak’ dan terdengar suara kunci pintu yang diputar dari dalam.Aku bersandar di dinding dengan putus asa dan agak hilang akal. Aku

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status