Share

Mencari Suami Sewaan
Mencari Suami Sewaan
Author: Little_susi22

Bab 1 awal masalah

Seorang wanita muda baru saja memasuki rumah dan disambut dengan langkah cepat oleh wanita tengah baya. Tanpa adanya aba-aba tamparan keras mendarat tepat di pipinya yang seketika memerah. memegangi pipi, merasa ngilu dan panas. 

"Ibu!" Rose menatap wajah sang ibu, meminta penjelasan atas kejadian barusan. Ia berpaling, menatap sang ayah. Ada kemarahan serta kekecewaan di setiap kerutan-kerutan di wajah pria tua itu. 

"Rose, jelaskan apa maksud dari ini semua?" tanya Rendra sembari membuang tes kehamilan bergaris merah dua ke lantai. Ia tidak ingin sampai kelewatan dan melayangkan tangan seperti istrinya. 

"Ayah, Rose bisa jelaskan," ucap Rose dengan tubuh bergetar. 

"Cepat!" 

"Itu bukan punya Rose, Ayah. Itu ... itu milik teman Rose." Rose harus menciptakan kebohongan di tengah kericuhan. Terpaksa, tidak ada pilihan. 

"Jika ini milik temanmu lalu kenapa ada di kamarmu?" tanya  Rendra sambil menujuk tes kehamilan yang di temukan istrinya di tempat sampah. "Apa kamu mau membohongi Ayah, Rose!"  

Rose menggeleng pelan seraya menunduk. 

"Ayah." Rose menangis ketakutan. Ia tidak pandai berbohong apalagi di hadapan kedua orang tuanya. Ia lantas membungkukkan badan, lalu memegang kaki ayahnya. 

"Rose, minta maaf," ucapnya, "Rose ... Rose ...." Rose tidak bisa mengatakan apa pun yang terjadi kepada ayahnya yang selama ini begitu membanggakan dirinya. 

"Kenapa ini semua bisa terjadi?" tanya Rendra. Ia merasa menjadi ayah yang gagal dan tidak bisa mendidik putri-putrinya. 

"Rose sangat mencintai Rizal, Ayah. Rose enggak mau kehilangan Rizal. Dia mau dijodohkan sama orang tuanya dengan orang lain." 

Mendengar alasan Rose, Rendra  sama sekali tidak bisa membenarkannya. Di matanya, alasan itu sama hal dengan menjerumuskan putrinya ke jurang malapetaka. 

"Ayah tidak menerima alasan apa pun. Salah tetap salah. Suruh Rizal datang ke mari." 

Rose mengangkat wajah, menatap sang ayah yang sangat kecewa dengan perbuatannya. 

"Ibu!" panggil Rose. 

"Ibu tidak bisa membelamu. Karena apa yang telah kamu lakukan adalah salah. Kenapa? Kenapa kalian bisa berbuat nekad seperti ini?" Fitri menatap Rose dengan kekecewaan yang sangat dalam. Air matanya telah kering menangisi bukti yang baru saja ia temukan tadi pagi saat membereskan kamar putrinya. 

"Masa depan kalian masih panjang. Orang tua Rizal juga bukan orang biasa yang menjodohkan anak-anaknya." 

Rose menunduk. Jelas orang tuanya tidak akan terima. 

"Lalu bagaimana dengan Ayahmu, Kakakmu, pernah kamu memikirkannya?" 

"Kakakmu lebih dewasa dari dirimu, tapi dia belum pernah mengecewakan kami seperti ini." 

Rose mengepalkan tangan ketika orang tuanya mulai membanding-bandingkan dirinya dengan sang kakak. 

"Contoh Kayana. Dia pintar, cerdas, dan mandiri. Bisa menjaga kehormatan." 

"Ibu bisa tidak, untuk tidak membandingkan aku dengan Kakak? Kita berbeda," kesal Rose tidak suka. Ia pun memutuskan untuk meninggalkan kedua orang tuanya tanpa mau menyaring nasihat mereka. 

"Tunggu, Rose! Kita belum selesai!" teriak Fitri. Akan tetapi, ucapannya tidak didengar oleh putrinya itu. 

Brak! 

Suara pintu dibanting dengan kencang. 

Fitri yang melihat itu menghela napas. 

"Lalu bagaimana jika sudah seperti ini. Apa kamu masih memegang prinsipmu, untuk menikahkan Kayana terlebih dahulu sebelum Rose?" Fitri menatap suaminya dengan lekat. Setelah semuanya telah terjadi. Apa mungkin mereka masih mengharapkan Kayana menikah lebih dulu sebelum Rose? 

"Akan aku pastikan. Kayana akan menikah sebelum Rose. Bagaimanapun Kayana adalah seorang wanita, dia putri pertama dari keluarga ini." Rendra tetap pada pendiriannya, meskipun semuanya sudah terjadi. Namun, Kayana putri pertamanya harus menikah terlebih dahulu sebelum adiknya. Bagaimanapun caranya. 

Lalu tiba-tiba saja Rendra memegang dadanya yang terasa sakit. Fitri yang melihat itu segera menghampiri suaminya. 

"Mas, kamu kenapa?" tanya Fitri panik. 

"Panggil Kayana!" titah Rendra. 

Fitri mengangguk. Ia segera menghubungi putri sulungnya. Namun, sebelum Fitri menelepon, Kayana ternyata sudah pulang. 

"Ada apa ini?" tanya Kayana setelah melihat ayahnya memegangi dada menahan rasa sakit. 

"Kayana," panggil Rendra dengan suara lirih. 

Kayana tidak menjawab dan memutuskan menghubungi dokter. 

"Kayana ...." 

"Tunggu sebentar, Ayah. Aku akan panggil dokter untuk datang ke mari." 

Rendra menggelengkan, melarang Kayana menghubungi dokter. "Kayana, bisakah kamu mengabulkan keinginan Ayah. Kali ini aja." 

Kayana menatap Rendra dengan sedih. 

"Apa?" 

"Menikahlah." 

Permintaan Rendra sukses membuat jantung Kayana berdetak keras. 

"Apa tidak ada hal yang lain, Ayah?" 

"Jika kau ingin melihat Ayah bahagia dan baik-baik saja. Hanya itu permintaan Ayah," kata Rendra masih dengan menahan rasa sakit di dadanya. 

"Ayah, sebaiknya jangan pikirkan itu. Ayah harus cepat diperiksa oleh dokter." Kayana mencoba mengalihkan permintaan sang ayah dengan menyibukkan diri memanggil dokter agar segera datang ke rumah dan memeriksa Rendra. 

Tidak lama kemudian, dokter pun datang dan langsung saja memeriksa Rendra. 

"Ibu, kenapa Ayah bisa kambuh jantungnya? Apa ada berita yang tidak mengenakkan sampai ke telinga Ayah?" tanya Kayana. 

Fitri diam, hanya menatap putri sulungnya dengan perasaan bersalah. 

"Jawab, Bu. Kenapa diam saja?" 

"Lalu, ada yang bisa menjelaskan ini punya siapa? Aku melihat tadi." 

Kayana pun menunjukkan sebuah alat tes kehamilan kepada ibunya. 

"Apa ini penyebab Ayah sakit?" 

"Itu punya Rose." 

Mendengar nama adiknya disebut, seketika emosi Kayana pun memuncak. Tanpa banyak kata Kayana langsung saja menggedor kasar pintu kamar Rose. 

"Rose, buka pintunya!" Teriak Layanan.

Di dalam kamar. Saat ini Rose sedang menangis. Ia masih tidak terima ketika ibunya membandingkannya dengan Kayana. 

"Apa!" Rose membukakan pintu dan menatap Kayana penuh benci. 

Kayana menampar pipi mulus Rose. 

"Apa ini, Rose?" Kayana melempar tes kehamilan ke wajah Rose. 

"Apa?" tanya Rose dengan perasaan tidak bersalah. 

"Ayah sakit gara-gara ini, kan?" Tatapan Katana begitu menakutkan dipenuhi kemarahan dan semakin bertambah ketika mendeteksi sang adik juga melakukan hal yang sama. 

"Ayah sakit bukan karena aku, tapi semua itu karena dirimu." Rose malah balik menyalahkan Kayana. 

"Kau menyalahkanku?" 

"Ya." 

"Berani sekali kamu, Rose." 

"Kalau aku berani kamu mau apa? Jangan sok suci. Padahal kamu juga sama." 

"Aku tidak pernah melakukan hal itu." 

"Wanita munafik." 

"Cukup, Rose!" Kayana mengangkat tangannya. 

"Harusnya kamu sadar apa yang kamu lakukan salah.  Harusnya kamu memperbaikinya dan menyesalinya. Bukan menyalahkan orang lain! Lihat, apa yang terjadi dengan Ayah. Harusnya kau sadar itu." 

"Ayah sakit bukan karena aku, tapi karenamu. Andaikan saja kamu mau menikah, pasti pikiran Ayah akan tenang dan tidak berpikir ke mana-mana.Lihat, apa yang terjadi dengan diriku itu adalah hasil keras kepalamu yang terus saja memikirkan karirmu!" 

"Cukup, Rose!"bentak Kayana tidak terima jika dirinya disalahkan. Ia menatap Rose dengan tajam. 

"Kamu!" Kayana tidak lagi melanjutkan kata-katanya. Hanya suara tamparan keras mewakili emosi Kayana.

Comments (1)
goodnovel comment avatar
rebeccaa Moontag
aku suka dengan Kisah ini, tapi aku sudah mencoba membuat novel tapi sialnya setiap kali aku mendraf ceritaku pasti saja rusak, atau kalau saja ada Iklan, Semua ketikan ku hilang membuatku ingin menangis dengan kuat tapi aku malu dengan dunia,
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status