Siapa tau ada yang baca. Bisa komen
"Ada apa ini ayah?" tanya Kayana. Dia baru saja pulang. Tapi ayahnya sudah memanggil dirinya ke ruangan kerja milik ayahnya."Kayana suruh Dirza datang ke rumah sekarang!"Tapi kenapa Ayah?" tanya Kayana penasaran."Suruh Dirza temui Ayah sekarang! Ada sesuatu ingin Ayah bicarakan dengan dirinya," tutur Rendra.Kayana yang mendengar itu pun beranjak dari duduknya dan sedikit menjauh, agar ayahnya tidak mendengar percakapannya dengan Dirza. Lalu setelah itu, ia pun langsung menghubungi Dirza.TuttSuara panggilan tersambung dan tak membutuhkan waktu yang lama panggilan pun terjawab."Hallo," jawab di seberang telepon."Kamu ada dimana sekarang?" tanya Kayana saat mendengar suara riuh di sebrang telpon."Aku lagi di pasar sekarang," balas Dirza."Datang ke rumah ku sekarang!" perintah Kayana tegas."Ta-pi saat ini aku sedang kuli di pasar." Kayana yang mendengar itu mendengus kesal."Apa uang yang aku kasih sudah habis sehingga kau kembali kuli di pasar!" geram Kayana. Dengan jawaban D
Di sinilah keduanya. Saat ini Kayana dan Dirza berada di taman tepatnya di belakang rumahnya. di sana terdapat kursi taman dan kudanya pun duduk bersebelahan. Namun, sejak mereka sampai di taman tak ada satu pun yang memulai pembicaraan. Kayana yang biasanya suka memenuhi pembicaraan tanpa memberi lawan untuk bicara kini telah berbeda karena insiden yang menimpanya. Hingga suasana menjadi hening. "Apa yang ayah katakan?" Kayana memuali pembicaraan. "Kita akan menikah besok," Kayana yang mendengar itu tersentak kaget. Bagaimana bisa. Bukannya, ayahnya melarang dirinya menikah kemarin, lalu sekarang bagaimana bisa. "Tunggu, Apa ayah mengatakan hal lain?" Dirza pun menggelengkan kepalanya sebagai jawaban. Kayana pun menghembuskan nafasnya lega. Suasana kembali sunyi, Dirza masih memikirkan perkataan Rendra di ruangannya tadi. saat ia akan keluar Rendra mengatakan bahwa ia selalu tahu apa yang di perbuat putrinya. Dalam artian besar, Rendra juga mengetahui kesepakatan yang ia lakuk
Kayana begitu disibukan dengan pekerjaannya. Setelah meeting dengan klien barunya. Kayana pun harus bolak-balik ke luar kota. Sehingga tidak sadar jika pernikahannya dengan Dirza sudah melebihi satu Minggu. Dan satu Minggu perjanjian pernikahan pun di perpanjang karena kondisi sang ayah kembali drop. Padahal satu Minggu yang akan datang adalah hari pernikahan Rose adik Kayana. "Yana!" Panggil Dirza saat tak sengaja mereka bertemu di sebuah kafe. Saat ini Kayana tengah makan siang bersama Reno partner kerjanya. "Siapa?" tanya Reno. Menaikan alisnya sebelah. Sedangkan Kayana yang melihat Dirza berpenampilan OB di salah satu kantor pun mengerutkan keningnya. "Aku gak kenal," balas Kayana kepada Reno. Sedangkan Dirza yang mendengar itu merasakan perasaan sakit. Karena tidak dianggap oleh Kayana. Apa mungkin karena ia seorang OB. Padahal pekerjaan yang ia kerjakan sudah lebih baik daripada ia kuli di pasar. Namun, bagi kalangan Kayana OB adalah pekerjaan paling bawah. "Lalu kenapa dia
"Ayo kita bicara!" ajak Kayana lugas. Ia memberi isyarat untuk Dirza mengikutinya ke atas. Satu persatu Dirza pun menaiki anak tangga mengikuti langkah Kayana yang saat ini berjalan ke suatu ruangan yang jelas itu bukan kamar Kayana. Pintu pun terbuka, sebuah ruangan yang sama persis milik Rendra yang berada di bawah. Namun, bedanya jika ruangan kerja Rendra sedikit luas dan bernuansa klasik sedangkan Kayana begitu modern dan sangat tertata rapih. Dirza yang baru pertama kalinya masuk pun merasa kagum. Dalam diri Dirza bertekad suatu saat nanti ia juga akan memiliki ruangan yang sama seperti Kayana atau Rendra. Hmm Suara gumaman Kayana menyadarkan Dirza dari rasa kagumnya atas ruangan kerja Kayana. "Silahkan duduk!" perintah Kayana yang saat ini sudah duduk di kursinya. Dirza yang mendengar itu segera mengikuti perintah Kayana dan duduk di kursi yang saling berhadapan langsung dengan Kayana. "Kenapa kamu bisa ada di sini?" tanya Kayana sambil memicingkan matanya. Dirza yang men
Keesokan paginya, semua sudah berkumpul di meja makan termasuk Dirza yang saat ini sudah rapih dengan baju kerjanya."Bu, gedung yang aku sewa buat resepsi pernikahan aku sama Rizal sudah di pesan kan?" tanya Rose."Sudah. Semuanya sudah beres, kamu tidak perlu memikirkan itu. Karena orang tua Rizal dan Ibu sendiri yang urus itu semua, yang perlu kamu pikirkan sekarang adalah kesehatan kamu dan juga bayi kamu," ujar Fitri.Sedangkan Rose yang menderanya itu menatap Kayana dengan senyum mengejek. Rose ingin menunjukkan kalau pernikahannya itu akan diadakan secara meriah dan akan diadakan di gedung, bukan seperti Kayana yang hanya di adakan di rumah dan akad saja tanpa ada resepsi."Oh ya. Yana, Dirza. Apa kalian tidak berminat untuk melakukan resepsi pernikahan yang sama dengan Rose?" tanya Rendra."Tidak usah Ayah!" balas Kayana. Karena menurutnya itu tidak penting. Karena sebentar lagi mereka akan berpisah."Ayah kenapa menanyakan itu. Ayah sudah menyinggung perasaan kakak ipar denga
4 tahun kemudian .... Waktu bergulir begitu cepat, kini semua telah berubah begitu juga dengan kehidupan Kayana. Yang saat ini tak lagi sama, seperti dulu. Bukan lebih baik tapi bisa di sebut lebih buruk. "Yuhu saatnya pesta!" Teriak Adella kegirangan. "Nah," kata Della sambil menarik kursi yang ada di hadapan meja Kayana. Sedangkan Kayana yang saat ini tengah fokus mengerjakan laporannya pun harus terganggu dengan kedatangan Adella yang membawa berkas yang harus di tanda tangani oleh atasnya. Namun, sebelum berkas itu sampai pada Dave Kayana harus memeriksanya terlebih dahulu. Apa itu penting atau sangat penting. Kayana pun segera memeriksanya dan melihat berkas yang berisi tentang persetujuan di adakannya pesta atas keberhasilan karena telah menerima kontrak baru dengan perusahaan besar. "Baiklah nanti aku akan berikan ini kepada pak Dave, kau bisa keluar," ujar Kayana setelah melihat berkas yang di bawa Adella. Sementara Adella yang mendengar itu hanya mencibir dengan sikap Ka
Setelah kejadian dimana, ia mendapati dirinya di hotel tak memakai sehelai benang pun. Kayana pun seolah-olah lupa dengan semua itu dan merasa semua baik-baik saja. Tidak ada perasaan sedih atau menyesal karena bagi Kayana, mau masih gadis atau tidak. Itu akan sama saja. Kayana tidak akan pernah membangun sebuah komitmen yang bernama pernikahan jadi hilangnya kegadisannya itu bukanlah sesuatu yang harus ia tangisi dan sesali.“Selamat pagi, “ sapa Kayana ketika surya datang. Setelah pesta satu bulan yang lalu Surya pun resmi menjadi atasan Kayana yang menggantikan Dave yang pindah ke Jerman.“Butkan saya kopi,” pintanya kemudian duduk di kursi kebesarannya.Kayana yang mendapat perintah itu pun mengangguk dan segera membuatkan kopi yang selama ini biasa Kayana buat untuk Surya.“Permisi Pak ini kopinya,” Kayana pun meletakkan kopinya di meja Surya dan berpamitan untuk ke ruangnya.“Tunggu!” Kata Surya menghentikan langkah Kayana.“Selama saya di sini, kenapa baru kali ini kopi yang bu
Setelah Rossi, anak Rose dan Rizal mengajaknya untuk sarapan bersama. Kayana pun ikut bergabung. Dan hal itu membuat semua orang bahagia. Karena pada akhirnya setelah sekian lama Kayana ikut sarapan bersama.“Selamat pagi,” sapa Kayana dan menarik kursi untuk dirinya. Rendra yang melihat putri sulungnya ikut sarapan bersama setelah sekian lama pun mengembangkan senyumnya.“Pagi juga sayang,” balas Rendra.“Tumben biasanya juga sudah ada di kantor jam segini,” sindir Rose.“Rose jangan seperti itu. Ini adalah hal yang baik jika Yana bisa sarapan bersama kita. Hal ini sangat jarang bukan.” Tutur Fitri lembut kemudian menyiapkan sarapan untuk Kayana.“Anty mau calapan,” pinta Rossi pada Kayana.“Sini sayang sama Mommy aja,” kata Rose.“Mau cama anty,” ungkap Rossi.“Tapi sayang anty gak bisa.” Kata Rose melarang anaknya untuk berdekatan dengan kakaknya.“Nadk mau,” Rossi menggelengkan kepalanya.“Gak papa Rose aku bisa kok, hanya untuk menyuapi anak kecil,” ujar Kayana kemudian mengambil