Share

Mencintai Calon Istri Sahabatku
Mencintai Calon Istri Sahabatku
Author: Karlina Sulaiman

Bab 1.

"Cicin ini sangat cantik dan cocok disematkan di jari manis Naura, aku sangat harap malam ini berjalan sesuai dengan rencana." Kenzo mengulas senyum tampan yang jarang dia perlihatkan kepada orang lain. Dia sangat menantikan hari ini karena telah menetapkan hati untuk menyatakan cinta kepada anak dari sahabat orangtunya. Seorang gadis yang sudah menarik perhatiannya sejak mereka masih berusia belasan.

Kenzo berdiri di depan cermin rias di kamarnya lalu merapikan rambut cepaknya yang sebenarnya sudah sangat rapi. Namun, dia harus tetap memastikan penampilannya rapi dan sempurna karena hari ini akan menjadi hari yang sangat spesial untuknya. Kenzo kemudian menyambar kunci mobil miliknya dari tempat gantungan kunci lalu keluar dari kamar dan berjalan cepat keluar rumah karena dia akan pergi ke restoran tempatnya membuat janji dengan Naura hari ini.

Kenzo segera masuk ke mobil dan mengendarainya dengan kecepatan sedang menuju restoran. Tidak butuh waktu lama dia sampai juga di restoran dan melihat seorang gadis cantik sudah duduk di bangku yang mereka pesan sebelumnya.

"Naura," dia memanggil nama gadis itu pelan, kemudian tersenyum ketika gadis itu berbalik dan pandangan mereka bertemu.

"Kak Kenzo, aku merindukan kamu. Akhirnya setelah beberapa bulan lamanya tidak bertemu aku bisa menemui kamu juga." Naura seperti biasa tersenyum manis sekali, selalu berhasil membuat hati pria tampan di depannya berdebar. "Aku sudah menunggu Kakak cukup lama, kenapa Kakak telat?" tanya Naura dengan bibir mengerucut dan Kenzo hanya terkekeh melihat wajah Naura yang imut di matanya.

"Maaf, kakak tadi terjebak macet di jalan." Kenzo tidak berbohong, kemudian dia duduk di depan Naura.

"Oke, tidak apa-apa. Kak, apa kamu tahu?" Naura menatap lekat mata Kenzo yang juga sedang menatapnya.

"Tidak." Kenzo menjawab dengan suara yang lembut seraya menggeleng pelan.

"Aku mencintai Kak Ihsan. Namun, aku masih belum mengatakan padanya." Wajah Naura bersemu merah ketika mengatakannya, terlihat jelas di mata Kenzo kalau gadis itu sedang malu sekarang.

Mendengar pengakuan Naura, rasanya seperti ada ribuan samurai tajam yang menusuk dan mencabik-cabik hatinya sampai hancur berkeping-keping dan tidak berbentuk lagi. Hatinya terasa sakit, niatnya untuk menyatakan cinta pada Naura pupus sudah sebelum dia sempat mengatakannya.

Kenzo tanpa sadar mengepalkan tangannya erat di bawah meja restoran tempat mereka berada sekarang.Dia hanya bisa tersenyum getir setelah mendengar pengakuan itu.

"Apa dia juga mencintai kamu, Naura?" Suara Kenzo masih terdengar normal. Namun, pada kenyataannya, saat ini dia sedang susah payah menyembunyikan emosi.

"Aku tidak tahu." Naura menggeleng lemah. "Tapi, Kak Ihsan pernah mengatakan kalau dia menyukai aku." Wajah Naura kembali bersemu ketika menyebut nama Ihsan.

"Dia pernah mengatakannya padamu?" Sebelah alis Kenzo terangkat ke atas.

"Pernah." Naura mengangguk cepat.

"Kapan?" Kenzo semakin penasaran.

Naura langsung memejamkan mata, mencoba mengingat-ingat waktu ihsan mengatakan kalau menyukai dirinya. Sekarang ingatan gadis itu sudah melayang ke kejadian di masa lalu.

Beberapa bulan yang lalu, Naura sempat diperintahkan mamanya yang berprofesi sebagai seorang dokter untuk pergi ke rumah sakit dan membawakan dokumen penting yang berisikan tentang beberapa data pasien yang tertinggal di rumah.

Ketika dia sampai di rumah sakit, dia berlari karena terburu-buru dan tanpa sengaja menabrak seorang laki-laki tampan dan berwibawa sampai membuat jas dokter yang dipakai laki-laki itu kotor karena noda kopi yang berasal dari dalam gelas yang dibawa laki-laki itu.

Naura sangat terkejut, dia ingin meminta maaf, tetapi karena sedang buru-buru, dia akhirnya hanya bisa meminta maaf secara cepat kepada laki-laki itu.

"Maaf, aku sedang terburu-buru dan tidak sengaja menabrak kamu," ucapnya jujur seraya berlari menuju ruangan sang mama.

Dokter laki-laki yang cukup tampan itu mengerutkan dahinya dalam dan tersenyum ramah padanya. "Tidak apa-apa, lain kali kamu harus lebih berhati-hati!" teriak dokter itu agar Naura mendengar suaranya.

Naura mengangguk dan berpamitan untuk segera pergi memberikan dokumen penting pada dokter senior di sana. "Aku pergi, ya?" pamitnya walau sudah sangat telat.

"Aku jarang sekali melihat gadis itu di sini, dia seorang pekerja, atau hanya pengunjung rumah sakit?" Dokter laki-laki itu sepertinya penasaran, dia terpesona dengan wajah Naura yang sangat cantik, walau tanpa riasan yang tebal.

Dari sana mereka mulai mengenal satu sama lain dan hubungan mereka mengalir dengan sendirinya karena sering tanpa sengaja bertemu di rumah sakit. Sampai suatu hari, tiba-tiba saja dokter tampan itu menyatakan perasaannya.

"Naura, aku menyukaimu. Aku sudah tertarik padamu sejak pertemuan pertama kita di rumah sakit beberapa bulan yang lalu." Dokter Ihsan tersenyum begitu manis padanya.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status