Share

Bab 7

Naura mengatur napas sampai dirinya merasa tenang setelah mobil terparkir di halaman rumah Kenzo. Dia lalu turun dan berjalan pelan menuju pintu utama, menekan bel sampai akhirnya seorang pelayan membuka pintu itu.

"Eh, ternyata Non Naura," ucap pelayan itu ramah karena sudah cukup mengenal Naura.

"Hehe iya, Bi. Kak Kenzo ada di rumah tidak, Bi?" tanyanya pada pelayan itu.

"Ada, Non. Tuan Muda sedang bersama keluarganya. Mari masuk!" ajak si pelayan dengan sopan.

Naura mengangguk kemudian masuk dengan berjalan di belakang pelayan itu. Dia lalu duduk di sofa ruang tamu setelah pelayan mempersilakan.

"Non Naura tunggu di sini dulu ya, saya panggilan Nyonya dan Tuan Muda!"

"Iya, Bi. Silakan!" Naura mengangguk dan tersenyum ramah, entah kenapa jantungnya berdetak lebih kencang sekarang. Samar-samar dia mendengar suara berisik dari ruangan lain yang tidak jauh dari ruang tamu.

Suara ramai dari ruang sebelah membuat Naura yakin kalau di rumah itu sedang banyak orang sekarang dan entah kenapa Naura jadi menyesal karena datang ke rumah Kenzo seorang diri.

"Eh, ternyata Naura tamunya," ucap Arumi dengan tersenyum mendekatinya.

"Assalamu'alaikum, Tante." Naura langsung beranjak berdiri kemudian mencium punggung tangan wanita itu.

"Wa'alaikumussalam, Nak. Kamu ke sini sendirian?" Arumi mengusap pelan kepala gadis itu.

"Iya, Tante. Aku mau menjemput Nathan," aku Naura berbohong.

"Nathan sekarang malah lagi pergi keluar sama Kenzie, Sayang. Ditunggu saja di sini, mungkin sebentar lagi mereka pulang." Arumi mengajak Naura kembali duduk di sofa ruang tamu.

"Iya, Tante." Naura mengangguk patuh.

"Mama sama Papa kamu apa kabar?"

"Baik, Tante."

"Alhamdulillah." Arumi tersenyum hangat.

"Em, Kak Kenzonya ada, Tan?" tanya Naura basa-basi, padahal sudah jelas dia tahu kalau Kenzo ada di rumah itu karena pelayan tadi sudah memberitahu.

"Ada, nah itu dia ke sini," kata Arumi seraya menunjuk Kenzo yang berjalan menghampiri mereka dengan raut wajah sedikit terkejut ketika melihat Naura.

"Loh, ternyata kamu? Kenapa ke sini kamu, Ra?" Kenzo langsung bergabung dengan mereka, duduk di sebelah mamanya sambil memeluk lengan wanita itu manja.

"Kak Kenzo sehat?" Bukannya menjawab pertanyaan, gadis itu malah balik bertanya.

"Sehat kok, memangnya kenapa?" Dahi Kenzo mengerut cukup dalam.

"Aku pikir Kak Kenzo sedang sakit tadi, makannya aku bela-belain datang ke sini buat menjenguk, Kakak," kata Naura jujur dan hal itu membuat Arumi tersenyum sambil menggelengkan kepala karena dia merasa telah dibohongi.

"Jadi alasan kamu ke sini untuk menjemput Nathan tadi bohong, Nak?" tanya Arumi dengan ekspresi wajah sedih.

"Em, bukan begitu, Tante." Naura langsung menggeleng merasa malu sendiri dengan Arumi.

"Kangen ya sama kakak?" goda Kenzo seraya menggerakkan alisnya naik turun.

"Ti-tidak kok, Kak. Tadi aku menelepon Kak Kenzo dan mengirim banyak pesan, tetapi tidak ada satu pesan pun yang dibaca dan nomor Kakak tidak aktif. Aku khawatir mengira Kak Kenzo sakit, makannya aku ke sini," ucap Naura lagi-lagi dengan jujur walau menahan malu dengan Arumi.

"Aku sehat kok, cuma menang ponselnya tidak aktif karena kehabisan daya dan lupa mengisinya," jawab Kenzo sambil tersenyum penuh arti.

"Ini buat, Kakak." Naura memberikan parsel buah tadi kepada Kenzo.

"Terima kasih, lain kali kalau mau main tidak perlu repot-repot begini." Kenzo menerimanya dengan senang hati.

"Tidak repot kok, Kak."

"Naura!" panggil Khanza pelan sambil menghampiri gadis itu kemudian memeluknya. "Makin cantik aja kamu sekarang, pantesan Kak Kenzo suka," katanya sembarangan.

"Maksudnya?" Naura bingung sendiri tidak paham dengan maksud saudari kembar Kenzo.

"Kamu cantik, katanya sudah punya kekasih ya sekarang?" tanya Khanza sengaja karena ingin membuat kakaknya kesal.

"Kata siapa aku punya kekasih?" Naura lagi-lagi bingung.

"Kak Kenzo yang bilang tadi." Khanza berbohong.

"Heh, aku tidak pernah mengatakannya, Za. Aku cuma bilang kalau Naura pergi berdua sama Ihsan, itu saja." Kenzo langsung menutup mulutnya karena malah keceplosan bicara yang sebenarnya.

"Tuh, Kan. Kak Kenzo itu cemburu sama kamu, Naura. Kamu peka tidak sih kalau dicemburui sama saudaraku?" Khanza mencubit gemas pipi Naura yang malah bengong mendengar ucapannya.

"Kak Kenzo tidak mungkin cemburu, dia 'kan sudah aku anggap sebagai kakak, begitu juga sebaliknya. Iya, 'kan, Kak?" Naura meminta persetujuan dari pria itu.

"Perasaanmu saja itu," jawab Kenzo datar kemudian mengangkat parsel buah tadi lalu dia bawa ke dapur. Meninggalkan ketiga wanita itu di ruang tamu tanpa kata.

"Tuh 'kan, Naura! Perasaan kamu doang yang nganggap kalian kakak adik, kalau Kak Kenzo mah tidak begitu," ucap Khaza dengan begitu santai, tidak peduli dengan Naura yang tiba-tiba bingung sendiri.

"Kenzo suka sama kamu sepertinya," kata Arumi lembut.

"Hah?" Naura melongo.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status