Home / Romansa / Mencintai Kekasih Saudari Kembarku / Episode 4 (Mengejar target)

Share

Episode 4 (Mengejar target)

Author: Kindi.da
last update Last Updated: 2022-04-01 18:00:24

Kantor nampak hening, Dafa dan Sandi sibuk dengan pekerjaan masing-masing. Tidak ada suara yang terdengar selain suara keyboard komputer Sandi serta kertas yang bergesekan di meja Dafa. Sementara itu, Bia hanya termenung, ia nampak jenuh.

Dafa beranjak dari kursi dan pergi ke belakang, tempat toilet kantor. Bia pun menggunakan kesempatan untuk bertanya-tanya pada Sandi.

"Sandi." Bia mulai memanggil Sandi dengan suara pelan.

"Kamu ingat siapa aku, Bel?" tanya Sandi yang sontak terkejut mendengar Bia memanggil namanya.

Bia menunjuk akrilik yang terpampang nama Sandi. Sandi pun kecewa, "iya, kan ada papan nama ya, kirain kamu udah ingat," ucap Sandi melemas.

"Oh iya, aku liat semua pada sibuk. Emang banyak kerjaan?" tanya Bia lanjut. Bia dan Sandi mengobrol dalam kejauhan. Meja mereka berjarak sekitar 5 meter.

"Iya lah, Bel. Kita gak pernah gak ada kerjaan," jawab Sandi yang kini kembali fokus pada komputer di hadapannya.

"Oh ..." Bia mengangguk-angguk. "Terus aku ngapain? Gak ada kerjaan?" tanya Bia lanjut.

"Ya nanti, kalau kita udah action," jawab Sandi dengan santai.

Bia nampak kebingungan, "action?"

"Iya, kalau udah mau tangkap buronan." Kali ini Sandi menghentikan pekerjaannya dan memutar kursi ke arah meja Bia.

"Terus aku ngapain?" Bia tidak berhenti bertanya.

"Nyetir lah, kamu kan driver disini."

Sontak Bia terkejut, ia seakan dihantam besi dengan berat 1 ton. Bagaimana mungkin gadis sepertinya menjadi driver untuk berburu narapidana.

"Kenapa? Gak trauma nyetir mobil kan, Bel?" tanya Sandi yang melihat Bia tampak menyedihkan.

Bia menggelengkan kepala sambil tersenyum ragu. Pantas saja saat kecelakaan terjadi Bella tengah mengemudi dengan kecepatan tinggi, ternyata ia sudah terlatih menjadi driver.

"Gue harus latihan nyetir," bisik Bia pada dirinya sendiri. Tak lama setelah Bia dan Sandi menghentikan obrolan, Dafa datang dan kembali pada mejanya.

"Kringgg ... ." Telepon yang berada di meja Sandi berdering. Ia pun dengan cepat mengangkat telepon.

"Halo."

"San, kompatriot NJ berhasil gue lacak. Gue kirim ke hp lo. Segera ya,"

"Oke," jawab Sandi lalu menutup telepon dengan cepat. Ia pun memberitahu Dafa untuk segera berangkat.

"Daf, ketemu. Yok," ajak Sandi sambil membereskan meja. Sementara itu, Dafa juga bergegas dengan memasang jaket yang semula tergantung di kursi.

"Ayo, Bel, buruan," ajak Sandi yang melihat Bia terpaku.

"Ha, eee ... oke," balasnya sembari ikut bergegas.

Dafa, Bia, dan Sandi kini berada di parkiran depan kantor.

"Ini kunci mobilnya. Cepet ya, Bel." Sandi melempar kunci mobil ke arah Bia sambil berjalan dengan cepat. Bia menangkap kunci dengan cukup baik.

Bia mengemudi mobil dengan kecepatan tinggi. Sandi berada di sampingnya, sementara Dafa memilih kursi di belakang. Sandi terus mengarahkan Bia pada jalan yang harus dilalui. Menggantikan Bella bukanlah hal yang mudah, namun tekad Bia kali ini mengharuskan ia mampu melakukan apapun yang bisa Bella lakukan.

Di tengah jalan, Bia mengerem mendadak.

"Ada apa, Bel?" tanya Sandi.

"Ada kucing nyeberang," jawab Bia.

"Bel, kemampuan nyetir kamu udah ilang juga?" tanya Sandi keheranan.

"Udah, gak usah cerewet. Kita harus sampai paling nggak 7 menit dari sekarang. Atau target keburu pergi." Dafa mulai panik. Ia menekan Bia untuk terus melanjutkan perjalanan. Bia pun kembali menancap gas.

Setelah sampai di tempat, Sandi dan Dafa turun dari mobil. Mereka tiba di sebuah hotel besar bintang 7. Hotel itu nampak tak begitu ramai.

"Kayanya hotel ini gak asing deh," ucap Bia ketika melihat hotel yang ada dihadapannya. Ia pun turun dari mobil hendak menyusul rekannya.

"Bella kamu tunggu di mobil," ucap Dafa yang melihat Bia turun dari mobil.

"Ha, oke ... ." Bia tidak melawan. Situasi memang terlihat cukup menegangkan, ia pun kembali memasuki mobil.

"Wah, seru juga ya." Bia menarik nafas sembari tertawa. Ia merasa pengalamannya menjadi Bella memang cukup menyenangkan walau seringkali menegangkan.

Sementara itu, Sandi dan Dafa tengah bersiap menangkap target. Sandi terus berkomunikasi dengan Yoga by telepon.

"Gimana, Yog? Target belum terlihat," ucap Sandi.

"Terget di lantai empat, berjalan melewati kamar nomor 103 ke arah selatan," jawab Yoga dari seberang telpon.

"San, lo dari kiri gue dari kanan. Kalau bisa sebelum 5 menit, target ada di depan kamar 112," jelas Dafa yang kini mulai memainkan otak matematikanya.

"Siap mengerti," jawab Sandi. Mereka pun bergerak dari arah berbeda.

Setelah 3 menit lebih berjalan dengan langkah lebar, Dafa sampai di jarak 7 meter dari target. Ia pun tanpa ragu mengeluarkan borgol yang ia bawa di dalam jaket hitam miliknya.

Target merupakan seorang pria yang berusia sekitar 38 tahun. Berpakaian rapi dengan jas biru setel dengan dasi yang melingkar di lehernya. Memiliki tinggi sekitar 175 cm. Ia tengah berjalan melewati kamar hotel tepat seperti prediksi Dafa.

"Bapak ditangkap atas dugaan kerjasama penyelundupan tekstil." Dafa menangkap target dan langsung memborgol kedua tangannya.

"Ada surat perintah?" tanya si target dengan wajah yang begitu tenang.

Sandi pun datang sambil menunjukkan kartu identitas. Dalam kartu tersebut tertulis bahwa Sandi merupakan anggota bareskrim (Badan Reserse Kriminal). Ternyata Sandi adalah seorang polisi, lalu bagaimana dengan Dafa dan rekan yang lain? Apakah mereka juga seorang polisi atau hanya agen penyelidikan?

Target tersenyum santai, "baik," ucapnya pasrah. Pria berkacamata ini membawakan diri begitu tenang. Terlihat dari sikapnya ia adalah pria yang cukup cerdik.

Dafa dan Sandi membawa pria yang telah diborgol itu menuju mobil. Sesampai di mobil, mereka bertemu dengan Bia yang kini mengenakan masker. Tentu saja hal itu membuat Dafa dan Sandi tampak heran, namun mereka memilih untuk tidak bertanya hal sepele tersebut. Mereka lebih fokus untuk membawa buronan itu sampai di kantor polisi.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Mencintai Kekasih Saudari Kembarku   Episode 20 (Rasa apakah ini?)

    Bia terdiam mendengar ucapan Dafa. Ia teringat bahwa besok adalah hari Jum'at, hari dimana Dafa akan berlibur dan menemani kekasihnya."Nemenin Selly?" Meski telah mengetahuinya, Bia tetap ingin memastikan bahwa pria di dekatnya itu akan meninggalkannya sendirian dirumah untuk bersama sang kekasih.Dafa mengangkat tubuhnya. Kini ia duduk berhadapan dengan Bia. "Gak takut sendirian?""Kan udah pernah," jawab Bia ketus, nampak tidak rela jika Dafa harus meninggalkannya sendirian.Dafa mengangguk pelan, "apa mau ikut?" tanyanya."Gila! Ngapain ngikutin orang yang mau pacaran. Mau jadi nyamuk? Ogah." Dafa berhasil memancing emosi Bia. Namun, hanya beberapa saat, Bia kembali berbicara pelan. Kali ini, nampak begitu serius. "Tapi kenapa sih, harus nemenin Selly tiap hari Jum'at? Emang dia tinggal dimana? Orang tuanya kemana?" tanya Bia mencaritahu lebih dalam tentang Selly.Dafa terdiam. Ia menyenderkan bahunya pada sofa. Seakan begitu berat untuk menjawab pertanyaan Bia. "Rumit." Satu kata

  • Mencintai Kekasih Saudari Kembarku   Episode 19 (Kini rumah terasa hangat)

    Bia membuat semua orang terkejut. Emosinya tak mampu lagi ia redam. Walau Bia memiliki pemikiran yang sama dengan Sandi, namun hatinya tetap sakit. Ia tak mampu menerima jika orang yang paling menyayanginya adalah sosok wanita tua yang jahat."Kenapa bukan?" tanya Dafa sambil memutar kursi mengarahkannya pada meja Bia. Bia memandang Dafa dengan mata yang sedikit memerah."Kayanya kita jangan berprasangka dulu deh," ucap Yoga menengahi.Sandi mengangguk, "ya, semoga aja bukan."Bia perlahan mengontrol emosinya. Matanya pun jernih kembali. Menarik nafas lalu mengeluarkannya secara perlahan.***"Bia yang awalnya menjalankan peran dengan sangat baik, kenapa sekarang mendadak ceroboh?" tanya Dafa. Di dalam ruangan hanya tersisa Dafa dan Bia. Sementara Sandi dan Yoga pergi untuk makan siang.Bia melirik ke arah Dafa yang memandanginya sedari tadi, "menurut kamu apa mungkin Oma pelakunya?" tanyanya."Mungkin," jawab D

  • Mencintai Kekasih Saudari Kembarku   Episode 18 (Dafa akan membantunya)

    Ruangan begitu hening. Desir angin malam masuk melewati celah jendela, tak terasa menyentuh kulit Bia. Sekujur tubuh Bia menjadi kaku, ia bahkan tak berani untuk sekedar mengedipkan mata.Dafa berjalan mendekati Bia. "Bianca Lariza. Nama panggilannya Bia. Keponakan dari almarhum pak Tiar. Cucu dari Dahlia Rani, pemilik perusahaan kopi yang cukup besar. Berpura-pura menjadi Bella. Sementara Bella dimakamkan atas nama Bia. Apa tujuannya?"Dafa berhenti tepat di hadapan Bia. Sementara itu Bia masih terdiam kaku, ia tak memiliki keberanian untuk menatap langsung mata pria yang telah mengetahui rahasianya itu."Kenapa diam padahal punya sejuta pertanyaan di kepala?" tanya Dafa menekan Bia agar berbicara padanya.Bia menghela nafas. Diamnya tak akan merubah kenyataan bahwa Dafa telah mengetahui siapa dirinya. "Udah tau, kenapa selama ini diam aja?" tanya Bia perlahan melirik ke arah Dafa. Dafa tersenyum, "penasaran aja, sejauh mana Bia bisa be

  • Mencintai Kekasih Saudari Kembarku   Episode 17 (Dafa memanggilnya Bia)

    Perlahan genggaman tangan itu melonggar. Bia mengambil kesempatan itu untuk melepaskan tangannya. Ia pergi meninggalkan Dafa yang masih tercengang mendengar perkataannya. Tanpa sadar, air mata Bia terjatuh seiring dengan tetesan darah di tangannya. Tangan yang semula berada di genggaman Dafa itu kini terluka akibat jam tangan di pergelangan tangan Bia yang ikut tergenggam oleh Dafa.Di luar, Bia berpapasan dengan Sandi dan Yoga yang kini tengah kembali dengan membawa botol minuman bersamanya."Kamu kenapa, Bel?" tanya Sandi ketika melihat Bia berjalan sambil menangis. Bia tidak memperhatikan Sandi, ia berlari meninggalkan kantor."Tangannya berdarah," ucap Yoga saat melihat tangan Bia."Serius? Ayo masuk," balas Sandi dan segera memasuki ruangan.Sandi dan Yoga kembali ke meja masing-masing. Ruangan begitu hening. Baik Sandi maupun Yoga tak berani bersuara. Mereka hanya menatap satu sama lain. Sementara Dafa masih berdiri di dekat tembok

  • Mencintai Kekasih Saudari Kembarku   Episode 16 (Bertemu pacar Dafa)

    Bia berjalan memasuki kantor dengan wajah tertunduk lesu. Sedari tadi ia berpikir siapa orang di dalam rumah Oma yang berhubungan dengan Bella?"Makan dulu, Daf, keburu dingin." Suara seorang wanita terdengar begitu asing di telinga Bia. Bia pun mengangkat wajahnya. Ia melihat seorang wanita berada di sebelah Dafa. Duduk berdekatan tanpa sekat. Wanita itu membawakan sarapan untuk Dafa.Sementara itu, Yoga dan Sandi saling berpandangan. Mereka merasa canggung dengan situasi saat ini."Hai, Bel," menyadari kehadiran Bia, wanita dengan kulit putih itu mulai menyapa dengan senyuman.Dafa tampak membeku, ia tidak bergerak sedikit pun. Suasana yang memang cukup canggung, terutama untuk Dafa.Bia membalas senyuman wanita di dekat Dafa itu, "Hai," balasnya. Bia berjalan mendekati meja Dafa. Ia menarik kursi plastik di meja Sandi dan memindahkannya tepat di sebelah Dafa. Hal itu membuat Dafa semakin merasa sesak.Melihat Bia duduk dekat d

  • Mencintai Kekasih Saudari Kembarku   Episode 15 (Siapa yang menghubungi Bella?)

    Dafa beranjak dari sofa lalu pergi meninggalkan Bia yang masih ternganga mendengar perkataan pria berwajah dingin itu."Dia udah tau?" tanya Bia pada dirinya sendiri. Ia begitu bingung dengan kata yang terucap dari mulut Dafa. Apakah Dafa benar mengetahui bahwa wanita yang tinggal serumah dengannya bukan Bella melainkan Bia? Ataukah perkataan itu hanya persepsi Dafa semata?Bia memasuki kamar dengan wajah cemas. Ia tak ingin rahasianya terbongkar begitu cepat. Sudah larut malam dan Bia belum bisa tidur lagi. Matanya pun kembali segar, perkataan Dafa kini terngiang-ngiang di telinganya. Setelah cukup lama gelisah, gadis cerdik itu pun bereaksi. Bia menggeledah seluruh isi kamar Bella yang tak sempat ia cek sebelumnya. Entah apa yang dicarinya.Bia menemukan tumpukan struk di dalam laci meja rias. Ia melihat satu persatu isi struk belanja milik Bella."Mie instan? Kopi? Dari ratusan struk cuma isi mie instan sama kopi doang?" keluh Bia ketika meliha

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status