"Aiko sensei?" Seorang laki-laki berkacamata minus dengan frame persegi panjang tersenyum kepada Seika.
Seika sedikit mengangguk mengiyakan. Debt colector?. Tidak. Ia tidak mempunyai hutang apapun yang membuat seorang debt colector mendatanginya.
Aoi melangkah masuk ke ruang konsultasi, matanya menatap khawatir bercampur takut kepada Seika yang dibalas gadis itu hanya dengan senyuman menenangkan. Seika mengisyaratkan matanya kepada Aoi, menyuruh sang suster untuk keluar dari ruangan, melihat betapa ketakutannya gadis muda itu kepada dua laki-laki berjas hitam.
"Ada yang bisa saya bantu?" Seika tersenyum simpul mencoba bersiap tenang walau sebenarnya ia juga takut akan dua laki-laki tersebut.
"Perkenalkan nama saya Akira Nakama, kami ke sini karena kami membutuhkan anda untuk memeriksa kumicho (pemimpin) kami yang sedang sakit" Akira memperkenalkan diri dengan bahasa sopan.
Seika menggelengkan kepala, masih dengan senyum profesionalnya, "Maaf tuan, saya tidak melakukan kunjungan rumah".
Tolong, menjauhlah dariku!!
"Tapi kumicho kami ingin anda yang memeriksa sakitnya" Akira tetap kekeuh memaksa agar Seika menyetujui permintaan kecilnya.
"Saya tidak melakukan kunjungan rumah tuan, jika tuan ingin saya memeriksa kumicho anda, sebaiknya anda bawa dia ke klinik ini" Balas Seika tetap menolak.
Bagaimana menjelaskan kepada pria itu bahwa ia tidak menerima panggilan rumah?!.
"BERANINYA KAU MENGATAKAN DIA KEPADA KU..." Bentakan seorang laki-laki di samping pria berkacamata berhenti ketika melihat atasannya mengangkat sebelah tangan.
Tubuh Seika tersentak akan teriakan kuat sang laki-laki, ia menyembunyikan tangannya yang bergetar di balik meja.
"Kita harus memperlakukan anee-san dengan baik" Akira memperingatkan bawahannya dengan suara berbisik namun tetap bisa di dengar oleh Seika.
Anee-san?
Laki-laki yang membentak Seika berdeham sejenak lalu membungkuk rendah badannya untuk meminta maaf.
"MAAFKAN AKU" Suara tinggi Sang pria menggema dalam ruangan.
Seika hanya diam membisu, keringat dingin mulai muncul di dahi gadis itu.
"Saya harap sensei mau melakukan kunjungan ke rumah kumicho kami" Pria berkacamata tersenyum namun aura yang dikeluarkan oleh tubuhnya sangat mengintimidasi.
Kamisama, watashi o tasukete!!!(Tuhan, tolonglah aku).
&&&
Pupil mata Seika membesar menatap nama di papan tersebut yang dilukis dengan sangat indah, ia tahu kelompok Yamaguchi-gumi. Organisasi yakuza terbesar di Jepang yang berjumlah lebih dari 50.000 anggota dan terdiri dari 850 clan, organisasi Yamaguchi-gumi di pimpin oleh 1 orang Kumicho (Pemimpin), 15 Shatei (Adik) dan 86 Wakachu (Anak), bahkan organisasi itu telah merebak ke negara Eropa dan negara Asia seperti Taiwan, Korea Selatan dan China.
Seika menggigit bibirnya supaya tidak menangis, ia telah masuk ke sarang singa, tangan gadis itu terkepal kuat agar tidak terlihat bergetar.
Pintu pagar di buka oleh dua orang laki-laki yang juga memakai jas hitam yang keluar dari mobil lainnya.
"SELAMAT DATANG, ANIKI!!!" sambut serentak para laki-laki yang telah berbaris menyambut kedatangan senior mereka.
Seika terkejut dan refleks mundur beberapa langkah, matanya melotot dan tangannya memegang jantung yang berdebar kencang. Ia mengutuki dirinya sendiri karena menuruti permintaan Akira.
"Suara kalian terlalu besar, kalian mengejutkan tamu istimewa kita" Akira berjalan masuk ke halaman rumah terlebih dahulu, laki-laki itu mengibaskan tangan kanannya menyuruh bawahannya untuk bubar.
"KAMI MENGERTI ANIKI" jawab mereka serentak dan masih dengan suara tidak kalah tinggi.
Seika mencengkeram kuat tas kerjanya, wajah gadis itu menunduk sembari berjalan mengikuti Akira.
"SELAMAT DATANG ANEE-SAN" Seorang laki-laki berkepala plontos yang berbaris dari sisi kiri Seika menyapa gadis itu tanpa aba-aba.
Tubuh Seika bergetar sejenak. Ia begitu ketakutan di kelilingi oleh laki-laki bermuka seram. Gadis itu kembali memaki dirinya sendiri. Seharusnya ia lari saja menjauh dari Akira yang mengajaknya untuk kunjungan rumah ataupun menolak dengan tegas permintaan pria itu.
Anggota yang berdiri di samping laki-laki berkepala botak langsung memukul kepala laki-laki itu dari belakang dan mengunci lehernya sembari berbisik sesuatu.
Seika menatap rumah minka - sebutan untuk rumah tradisional Jepang di hadapannya. Mereka masuk ke dalam ruang genkan, tempat melepas sepatu lalu berjalan melewati lorong koridor yang diapit oleh ruang-ruang di sisi kiri kanannya.
Mereka berhenti di depan pintu sebuah ruangan, Akira menggeser pintu sorong tersebut dan membungkuk memberi hormat kepada orang-orang yang berada di dalam ruangan lalu mempersilahkan Seika untuk masuk.
Di dalam ruangan, terdapat beberapa pria yang duduk bersimpuh berhadapan dengan seorang laki-laki yang duduk santai di atas futon. Berbeda dengan semua laki-laki yang Seika temui di rumah tersebut. Laki-laki di hadapannya tidak memakai setelan jas melainkan memakai yukata berwarna hitam pekat. Tubuh atletis dipadu dengan wajahnya yang tampan khas Asia membuat laki-laki itu terlihat sempurna. Sang laki-laki tersenyum lembut kepada Seika.
"Senang kau memenuhi panggilanku, Aiko sensei" Laki-laki berambut ikal tersebut berkata tanpa menggunakan bahasa formal yang biasa digunakan ketika berbicara dengan seseorang yang tidak ia kenal.
Dia adalah Kenichi Shinoda, pemimpin Yamaguchi-gumi, tebak Seika dalam hati.
Seika sedikit membungkuk badannya memberi salam tanpa kata.
Para pria yang duduk di atas tatami berdiri dan membungkukkan badan mereka ke arah Seika. Gadis itu juga melakukan hal yang sama. Para pria yang rata-rata berumur 40 tahunan tersebut pamit kepada Kenichi dan keluar ruangan.
"Kau tetap disini Akira"
"Baik Kumicho" Akira menundukkan badan sekilas dan duduk bersimpuh tidak jauh dari Kenichi.
"Senang bertemu denganmu, namaku Kenichi Shinoda" Kenichi mengulurkan tangannya kepada Seika.
Aku sudah mengetahuinya!
"Seika Aiko" Seika menjabat tangan Kenichi dan dengan cepat melepaskannya.
"Bisakah anda jelaskan sakit yang anda alami" Tutur Seika to the point, gadis itu tidak ingin berlama-lama di rumah yang penuh dengan laki-laki yang mengerikan.
"Ah, aku sampai lupa dengan penyakitku ketika melihat senyum manismu Seika" Kenichi merayu gadis di hadapannya tanpa merasa malu.
Aku tidak tersenyum sedikitpun dasar gila, bagaimana aku bisa tersenyum kalau auramu begitu menakutkan!!
"Jadi anda mengalami sakit di bagian apa?" tanya Seika yang tidak meladeni rayuan Kenichi.
"Aku merasa sakit di sini" Kenichi memegang dadanya.
Seika mengeluarkan stetoskop dari dalam tasn untuk memeriksa jantung Kenichi.
"Jantungku bermasalah ketika setiap kali mengingat kamu Seika" Penuturan Kenichi berhasil membuat aktivitas Seika terhenti, gigi gadis itu gemeretak menahan kesal. Ia sekarang mengerti, laki-laki ini hanya ingin mempermainkannya.
"Bisakah anda tidak bercanda? Saya ingin langsung memeriksa kondisi anda karena masih banyak pasien yang menunggu saya di klinik" Seika menatap gusar mencoba memperlihatkan bahwa ia tidak suka dengan rayuan kuno yang dilayangkan oleh Kenichi.
"Aku tidak bercanda, Seika. Jantungku berdebar kuat setiap mengingatmu" Kenichi menatap serius, meyakinkan gadis di depannya bahwa ia benar-benar serius dengan ucapannya.
"Akan sangat nyaman jika anda memanggil saya dengan nama keluarga saya, bukan nama depan saya" Tegur Seika dengan bahasa sopan namun tangan yang terkepal menunjukkan emosi yang sebenarnya ia rasakan. Sikap profesional yang ia perlihatkan perlahan mulai retak.
Kenichi memegang dagu, tampak berpikir sesaat lalu menggelengkan kepalanya.
"Memanggilmu Aiko membuat hubungan kita seperti menjauh"
Sejak kapan kita pernah dekat?!
"Karena anda tidak mengalami SAKIT apapun, kalau begitu saya permisi" Seika berdiri dan membungkuk badannya dengan cepat lalu berbalik badan melangkah keluar, ia tidak mau lagi meladeni gurauan sang pemimpin yakiza itu. Namun langkahnya terhenti ketika melihat Akira berdiri di ambang pintu.
Kenichi terkekeh. "Atas izin siapa kau boleh keluar dari ruangan ini Seika?"
Tubuh Seika menggigil seperti tersiram air dingin mendengar kalimat Kenichi yang tampak bercanda namun insting gadis itu mengatakan bahwa laki-laki itu serius.
Seika benar-benar ketakutan, apakah ia dijadikan Geisha ataupun Enjo Kosai?!. Tidak!!, ia tidak mau mengalami hal itu.
Bermodal nekad, Seika melempar kuat tas kerjanya kepada Akira lalu memegang tangan laki-laki itu hendak ingin menguncinya ke belakang namun gerakan Seika tidak lebih cepat dari Akira, dengan mudah laki-laki berkacamata tersebut mengunci tubuh Seika yang membuatnya merintih kesakitan.
Kenichi semakin tertawa senang. "Aikidomu tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan beladiri yang Akira miliki, Seika" Kenichi memegang perutnya yang kram karena menahan tawa.
Kenichi berdiri dan menghampiri Seika, memegang dagu gadis di hadapannya dengan gerakan lembut namun Seika menepis kasar membuat Kenichi tersenyum geli dan kembali memegang dagu Seika dengan sedikit menambahkan kekuatan pada cengkeramannya membuat dahi Seika mengerut menahan sakit.
"Tatap mataku, Seika" Suara bass rendah milik Kenichi seperti dapat menghipnotis siapa saja yang mendengarnya, membuat pipi Seika memerah karena ia tidak pernah sedekat itu dengan seorang laki-laki. Namun gadis itu bersikeras untuk tidak menatap mata Kenichi. Jangan bercanda, laki-laki itu pasti punya masa lalu yang mengerikan.
"Gadis kecilku, akhirnya aku mendapatkan mu" Gumam Kenichi sembari membelai lembut pipi Seika yang memerah.
Pipi Seika yang merona seketika menjadi pucat seperti kehilangan darah ketika mendengar perkataan Kenichi. Gadis itu yakin bahwa laki-laki ini telah mengincarnya sejak lama. Kunjungan rumah hanya perangkap untuknya.
"Bawa dia ke kamarnya"
"Baik, kumicho"
"Lepaskan aku!!" Seika memberontak mencoba melepaskan diri dari tangan Akira. Namun usahanya tidak membuahkan hasil. Akira bahkan tidak mengalami kesulitan dalam menghadapi pemberontakannya.
Akira sedikit menyeret Seika ke sebuah ruangan dan mendorong gadis itu untuk masuk ke dalamnya. Di dalam kamar tersebut hanya terdapat futon, lemari dan meja kecil.
"Mulai hari ini, anda akan tinggal disini anee-san, jika anda membutuhkan sesuatu panggil saja penjaga yang berada di luar, saya permisi" Akira membungkukkan badannya setelah mengucapkan apa yang perlu ia ucapkan dan keluar dari ruangan.
Seika jatuh terduduk di atas tatami, ia merapat kakinya lalu menenggelamkan wajah di lututnya, isak tangis terdengar memenuhi ruangan yang tidak begitu besar tersebut.
Hancur sudah hidup Seika.
Suara ketukan dari luar pintu membuat tubuh Seika terperanjat, mata gadis itu memerah dan membengkak karena menangis untuk waktu yang lama. Ia mengeratkan pelukan di lututnya sembari menatap waspada ke arah pintu sorong. "Anee-san, makan malam sudah siap. Aku akan meletakkannya di depan pintu" Suara seorang laki-laki terdengar dari balik pintu. Seika hanya diam sambil terus menatap was-was ke arah pintu genka. Tak lama, suara langkah menjauh membuat Seika menghela napas lega. Matanya menatap nanar ke arah tatami di hadapannya, berharap seseorang dapat menolongnya keluar dari rumah tersebut. Menyadari bahwa itu hanya sebuah harapan kosong, Seika kembali menangis, badannya jatuh ke atas tatami, meringkuk dan memeluk tubuhnya mencoba memberikan rasa aman. Mengapa ia selalu mengalami hal yang mengerikan dalam hidupnya, Seika teringat perkataan kakeknya bahwa ia adalah anak yang beruntung karena mendapatkan anugerah dari Tuhan. Beruntung? Jika ia ada
"SELAMAT DATANG KUMICHO" Anak buah Kenichi yang berdiri berjajar rapi sepanjang pintu gerbang sampai ke pintu rumah menunggu kepulangan pemimpin mereka. Kenichi menatap gusar, "Kalian pikir ini sudah jam berapa?". "SUDAH JAM SETENGAH SATU PA..." Salah seorang anak buah Kenichi menjawab dengan semangat, ia tidak menyadari nada peringatan dalam pertanyaan bosnya. Teman di samping laki-laki itu langsung membekap mulut milik sang pria lalu meninju perut membuat sang pria berlutut meringis kesakitan. "Aho ka omae wa?!!(Bodoh), kau ingin mati ya" temannya berbisik dengan nada mendesis. Kedua laki-laki tersebut segera merendahkan badan mereka memohon ampun kepada Kenichi yang hanya dibalas dengan tatapan datar sekilas lalu melewati mereka tanpa berkata apapun. Keduanya menghela napas lega. &&& Kenichi menghela napas panjang ketika meja kecil yang ber
Seika melangkah keluar rumah. Ia memakai kemeja putih dan celana kain berwarna hitam, disampirkan jas putih di lengan kanannya sedangkan tangan kirinya menjinjing tas kerja dan tidak lupa dengan sarung tangan khasnya. Di halaman rumah, para anak buah Kenichi sudah berdiri berjajar rapi menunggunya untuk berangkat kerja. " ITTERASHAI ANEE-SAN(Hati-hati dijalan) !!" mereka serentak membungkukkan badan memberi hormat kepada Seika. Seika menghela napas sambil memegang dadanya mencoba menenangkan jantungnya yang tidak terbiasa dengan suara teriakan. Dua orang pengawal yang telah ia pilih berjalan mengikutinya. Pengawal pertama adalah seorang laki-laki berumur 30-an, berkulit putih dengan rambut jingkrak berwarna hitam. Ia bernama Kenzo. Seika memilihnya karena laki-laki itu yang paling normal dimatanya di bandingkan anak buah Kenichi lainnya. Sedangkan pengawal kedua, Seika memilih Botan, karena ia terlihat tidak begitu mengerikan dimatanya. Gadis itu masuk
Suasana di dalam ruang serba guna terasa hidup karena kehadiran Michio yang merupakan idola para anak buah Kenichi. Michio menanggapi semua perkataan atau candaan dari para seniornya sembari tersenyum lebar.Seika ikut tersenyum hangat melihat keakraban mereka. Ia menatap makanan yang tersaji diatas meja dengan antusias, malam ini mereka sepertinya akan berpesta, mungkin menyambut kepulangan Michio.Menu makan malam kali ini adalah Sukiyaki yang biasanya di sebut dengan shabu shabu, makanan yang sangat pas untuk dinikmati oleh banyak orang."Ittadakimasu (Selamat makan) " Ucap Kenichi yang diikuti oleh para anak buahnya.Mereka sangat antusias mencicipi kuah Sukiyaki, namun beberapa detik kemudian semua orang mematung karena rasa hambar di indera pengecap mereka, tidak terkecuali Seika."Michio mengapa skill memasakmu tidak ada perkembangan sedikit pun?" Kenichi menatap Michio speech
Kenichi berjalan masuk ke gedung Sands Macau, kasino terbesar yang ada di Macau, China. Ia didampingi oleh Akira yang berada di samping kanannya dan Tendo yang memiliki beberapa tindik di telinga, berambut jingkrak berwarna kuning keemasan disamping kirinya. Mereka mengelilingi meja-meja poker sambil sesekali Tendo menjelaskan kepada Kenichi mengenai bisnis mereka. Baik laki-laki maupun perempuan duduk di meja poker dengan chip chip dihadapan mereka. Akira menjawab telepon lalu berbisik kepada Kenichi. "Biarkan saja, aku akan memberinya kebebasan untuk terakhir kalinya, cukup awasi saja dia" instruksi Kenichi. Akira mengangguk kepalanya tanda mengerti lalu mulai menekan beberapa nomor dan menjauh dari Kenichi dan Tendo untuk mengintruksikan perintah pimpinannya. &&& Seika membuka mata dan tersenyum senang menatap langit-langit apartemen barunya, ini adala
Kenichi mengangkat tinggi gelas wine ke arah para anak buahnya, mereka sedang berada di salah satu club malam yang terkenal di Macau untuk merayakan keberhasilan bawahannya dalam mengelola usaha yang berada di Macau. Suara dentaman musik membuat suasana sangat pas untuk melepas stres entah karena kerja atau pun karena masalah hidup. "Untuk kesuksesan kita bersama" ucqp Kenichi dengan suara lantang. Para anak buah Kenichi mengikuti perkataan pimpinan mereka sambil mengangkat tinggi gelas wine. "Kampai" teriak mereka bersama lalu mulai meneguk minuman beralkohol. Dua orang wanita berbaju seksi menghampiri Kenichi dengan langkah sensual. Mereka duduk disisi kiri dan kanannya dan membelai bahunya dengan tatapan penuh hasrat. "Aku ingin sendiri malam ini, sebaiknya kalian goda Akira saja" ucap Kenichi sembari melepaskan tangan sang wanita dari bahunya. Kedua wanita itu mencoba bersikap manja agar Kenichi merubah keputusannya, namun tatapan datar Kenichi membuat mereka langsung berdiri
Suara ketukan pintu tidak membuat gadis itu menoleh, ia masih menatap tatami dengan pandangan kosong."Anee-san, bolehkah aku masuk?" suara Michio terdengar dari balik pintu.Seika hanya diam membisu.Beberapa saat kemudian, Michio menggeser pintu kamar dan melangkah masuk sambil membawakan meja kecil yang berisi makan malam untuk Seika."Anee-san, sudah waktunya makan malam, aku membawakan makanan yang enak, di makan ya?" Michio membujuk Seika dengan suara lembut.Seika tidak merespon, tatapannya masih berada di atas tatami menatap karpet hijau itu dengan pandangan hampa.Michio mencoba memegang pundak Seika dengan gerakan lembut namun membuat gadis itu terperanjat dan menepis kasar tangan pemuda itu."Jangan menyentuhku, aku mohon jangan menyentuhku. Aku mohon" Seika terisak, tubuhnya mundur ke ujung ruangan lalu meringkuk sambil memeluk lututnya.
Seika menatap pintu shogi dengan tatapan nanar, ia berbaring diatas futon dengan posisi menyamping menghadap pintu teras. Ia masih memikirkan kata-kata Michio. Lelah dengan pikirannya, Seika menghela napas berkali-kali untuk mengenyahkan pikiran yang membuat kepalanya menjadi sakit.Pintu digeser dengan kasar membuat mata Seika terbelalak tanpa berani untuk menoleh ke belakang."Kumicho, Anda salah kamar" Akira mencegah Kenichi untuk masuk kamar."Aku tau" Kenichi mengibaskan tangannya, wajahnya memerah karena sedang mabuk. Ia cekukuan sambil mengerjap matanya yang tidak fokus."Kumicho, kumohon sadarlah" Bujuk Akira pelan, takut membangunkan Seika."Minggir, tinggalkan aku. Ini perintah Akira" Kenichi menepis tangan Akira.Akira menghela napas panjang lalu keluar dari kamar.Tubuh Seika bergetar ketika Akira keluar kamar meninggalkannya bersamqa Ken