"Tentu saja kau akan tidur disini malam ini" ujar Kenichi.
"Aku tidak mau" bantah Seika lalu berjalan keluar kamar Kenichi.
Kenichi segera menangkap tangan Seika dan menariknya untuk mendekat ke arahnya. Kenichi menatap mata Seika namun gadis di hadapannya memalingkan wajahnya menghindari tatapannya, jarak wajah mereka begitu dekat hingga Seika bisa merasakan napas hangat Kenichi di wajahnya. Jantungnya berdetak tidak karuan, ia bahkan bisa memastikan bahwa pipinya sekarang sedang memerah.
"Aku tidak ingin mendengar kata tidak malam ini" ujar Kenichi berbisik sambil terus memperpendek jarak diantara mereka.
"Ak.. aku sudah bilang tidak mau" ujar Seika gugup, ia masih memalingkan wajahnya membuat Kenichi menyenderkan kepalanya di leher Seika.
"Hei, kau terlalu dekat" ujar Seika tidak nyaman mendorong badan Kenichi untuk menjauh darinya. Wajahnya semakin merona karena napas lelaki itu m
"Aku pulang" Ucap Seika melangkah memasuki rumah. "Selamat datang anee-san" jawab Michio yang mengintip dari balik ruang dapur. "Wah, keliatannya enak" Seika menatap nasi goreng yang baru saja di letakkan di piring besar oleh Michio. Michio tersenyum. "Sebentar lagi makan malamnya akan siap". Seika tersenyum dan mengangguk lalu keluar dari dapur menuju kamarnya dan meletakkan tas kerjanya di gantungan tas. Teringat perdebatannya dengan Kenichi, Seika memutuskan untuk pergi ke kamar Kenichi. "Masuk" ujar Kenichi dari dalam. Seika menggeserkan pintu dan menatap Kenichi yang sedang membaca buku. "Sebentar lagi makan malam Kenichi" Seika tidak tahu harus berkata apa ketika melihat Kenichi yang hanya diam saja. Biasanya laki laki itu segera menghampiri dan memeluknya. "Hm" jawab Kenichi tanpa melepaskan pandangan dari
Seika menatap kagum kepada dirinya sendiri di dalam cermin. Ia menjelma begitu cantik dan menawan dalam balutan kimono formal berwarna merah muda dengan motif bunga sakura. Penampilannya disempurnakan oleh rambut yang di gulung ke atas dengan rapi dan diselipkan tusuk konde berwarna perak berbentuk naga sebagai penghiasnya. Wajahnya diberi riasan tipis membuat Seika semakin manis. Malam ini ia akan merayakan festival akhir musim panas dengan Kenichi di lapangan yang tidak jauh dari rumah. "Kau sangat cantik anee-san" ujar Michio menatap kagum kepada Seika. Seika tersenyum malu dengan pujian Michio. "Makasih Michio, ini juga berkat dirimu" jawab Michio "Ayo, kumicho sudah menunggu di luar" ucap Michio. Seika menganggukkan kepalanya. Ia melangkah pelan menuju depan rumah karena sempitnya kimono yang ia pakai. Ia menjinjing tas kecil di tangan kirinya dan memakai zouri,
"Ohayo gosaimasu Aiko sensei (Selamat pagi)" sapa Aoi. "Ohayo gosaimasu Aoi" sapa Seika ceria. Aoi menaikkan alisnya ketika melihat raut wajah Seika yang tampak lebih ceria dari biasanya. "Sepertinya Aiko sensei sedang bahagia ya?" tanya Aoi penasaran. Senyuman Seika menghilang di ganti dengan wajah gugup yang berusaha ia tutupi. "Tidak. Aku seperti biasanya" ujar Seika sedikit gugup. "Ya. Kau terlihat bahagia sensei" ujar Aoi yakin. Ia tersenyum nakal. "Apa yang kau bicarakan? Sudah. Ayo mulai bekerja" ujar Seika mengalihkan perhatian. Aoi tertawa pelan melihat tingkah gugup Seika. Seika masuk ke dalam ruang kerjanya lalu memegang wajahnya yang memanas. "Apa sejelas itu raut wajah senangku?" tanya Seika kepada dirinya. Seika menggelengkan kepalanya untuk mengembalikan fokusnya. Ia beranjak ke ku
Seika terkejut mendengar pintu di geser dari luar, ia belum siap bertatap muka dengan Kenichi, wajahnya pasti memerah, ia meringkuk diatas tatami berwarna hijau sambil mengeratkan selimutnya. "Seika" panggil Kenichi. Seika diam tidak menjawab. "Seika. Lihat aku" ujar Kenichi kembali. Seika tetap tidak bergeming. Kenichi mengangkat tubuh Seika lalu mendudukkan gadis itu menghadapnya. Tubuh Seika tersengat ketika merasakan tubuh berpidah posisi. "Apa yang kau lakukan?" tanya Seika mengeluarkan wajahnya dari balik selimut dan menatap waspada kepada Kenichi. Kenichi tersenyum. "Akhirnya kau mau menatapku juga". Seika kembali ingin menyembunyikan wajahnya ke dalam selimut tebal namun gerakannya ditahan oleh Kenichi. "Lepaskan Kenichi" ujar Seika dengan wajah memerah. Ia sangat malu bertatap muka dengan kekasihnya. "Ken
Ryan lengah, ia hanya memastikan bahwa Kenichi tidak akan bertemu Seika pada jam seperti ini namun melewatkan Shigeo karena berpikir itu adalah hal yang tidak mungkin, secara laki-laki itu tinggal di Osaka. Shigeo menatap tajam kepada Ryan, seakan ingin membunuhnya di dalam pikirannya. Ryan semakin gelisah. “Nishiguchi-san” ujar Seika tersenyum sembari berdiri. Sudah lama ia tidak bertemu dengan Shigeo. “Siapa dia?” tanya Shigeo tersenyum lebar menoleh ke arah Ryan. “Oh, dia orang yang menolongku sewaktu aku hampir jatuh di festival kembang api. Aku baru saja bertemu lagi dengannya” jelas SeikaTatapan dingin Shigeo membuat Ryan terintimidasi membuat tatapan milik Shigeo semakin curiga, sedangkan Seika memaklumi tatapan gelisah Ryan. Mungkin ia tau bahwa Shigeo adalah pemimpin kelompok Sumiyoshi-kai. “Kenalkan ini Ryan, ini Nishiguchi-san” ujar Seika memperkenalkan keduanya.
“Bodoh, kenapa sampai ketahuan?” tanya Mark melemparkan gelas wine yang sedang di pegangnya ke arah Ryan. Gelas wine mendarat di kepalanya, membuat dahinya berdarah dan mengalir ke wajahnya. “Maafkan aku bos” ujar Ryan menundukkan kepalanya. “Sial, akan semakin sulit menculik gadis itu kalau Shigeo sampai tau” ujar Mark kesal. “Bukankah Shigeo musuhnya Kenichi bos?” tanya Ryan. “Ya. Tapi aku juga tidak mengerti mengapa Shigeo dekat dengan perempuannya Kenichi” ujar Mark. “Anda harus pulang ke Rusia bos” usul Ryan. Ia tidak memperdulikan darah yang terus mengalir dari dahinya. “Bodoh. Kalau aku tidak punya masalah disana, untuk apa aku bertahan disini?” tanya Mark kesal. “Maafkan aku bos” ujar Ryan. “Pokoknya sekarang kau harus lebih hati-hati dalam mengawasi gadis itu” ujar Mark. “Baik bos” ujar Ryan lalu berlalu
“Ohayo gozaimasu Aiko sensei” sapa Aio tersenyum manis. “Ohayo” jawab Seika datar. Rasa kesal belum menghilang dari hatinya. “Kau kenapa Aiko sensei?” tanya Aoi penasaran. Seika mengisyaratkan dengan wajahnya ke arah pintu luar. Penasaran Aoi berjalan ke pintu dan terkejut dengan keempat laki-laki bersetelan jas berdiri dengan tegak di depan pintu klinik. “Mengapa mereka menjadi banyak?” tanya Aoi sedikit takut. “Aku juga tidak tau” ujar Seika menghela napas kembali. Aoi semakin bingung, sedangkan Seika menahan kesalnya dalam hati lalu berjalan ke ruang kerjanya. Aoi juga melakukan hal yang sama. Beberapa jam berlalu, Seika dan Aoi masih menunggu pasien yang datang, namun tidak ada satupun yang masuk ke dalam klinik mereka. Seika menggigit bibirnya, sekuat tenaga menjaga ketenangannya untuk tidak mengamuk kepada keempat anak buah K
Seika menatap dirinya di dalam cermin, ini kedua kalinya ia merasa takjub dengan perubahan dirinya yang dramatis. Saat ini Seika memakai kimono merah bermotif burung merak, rambutnya digulung dan disematkan tusuk konde bermotif sama, burung merak. Wajahnya diberi riasan yang sedikit tebal dan bibir merah yang menjadi pusat perhatian.Hari ini ia akan menghadiri acara perjamuan teh di ruangan besar washitsu, perjamuan teh ini diadakan setiap awal tahun.Kenichi mengatakan kepadanya kalau acara tersebut akan di hadiri oleh para pemimpin klan di bawah naungan Kenichi sehingga saat ini seluruh rumah penuh dengan orang-orang yang berlalu lalang menyiapkan acara tersebut. Baik dalam hal konsumsi, dekorasi atau hal yang lainnya.Dua orang perempuan yang menghias Seika tersenyum melihat betapa cantiknya gadis dihadapannya. Badan Seika yang ideal sangat pas dalam balutan kimono apalagi rambut hitamnya membuat pesona Seika semakin bertambah.“Anata wa kirei d