Share

Bab 38

Penulis: Zizara Geoveldy
last update Terakhir Diperbarui: 2025-06-10 15:24:09

Langkah Joandra sore itu dicegat oleh Aruna. Entah dari mana gadis itu muncul tiba-tiba sudah berdiri di hadapannya.

"Jo, sorry, kamu mau ke mana?"

"Pulang," jawab Joandra singkat.

"Hmm ... nanti malam kamu ada acara?"

Joandra bermaksud menggelengkan kepala. Namun dengan cepat lelaki itu menangkap sesuatu. Maka yang dikatakannya adalah, "Ada."

"Oh." Aruna tampak kecewa. Hal itu berarti dia tidak akan bisa mengajak Joandra dinner seperti yang tadi direncanakannya.

"Kenapa, Run?"

"Tadi aku bermaksud ngajak kamu dinner, tapi kalau kamu ada acara lain apa boleh buat." Aruna menyisipkan rambutnya ke belakang telinga. "Tapi kalau habis ini gimana? Maksudku kalau dinner-nya dimajukan?" Aruna menunggu dengan hati harap-harap cemas. Jangan sampai Joandra juga menolak ajakannya itu.

Lalu dua detik setelahnya kekhawatiran Aruna menjelma menjadi kenyataan.

"Sorry, Run, saya nggak bisa. Setelah ini saya ada janji sama orang dan mungkin sampai malam. Sorry ya." Joandra lalu melangkah tanpa memberi
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci
Komen (2)
goodnovel comment avatar
Cessyta Tanod
Oalaaahh, kasian kamu Runa. Gak tau kamu si Abang Jo lagi galau ya
goodnovel comment avatar
Ivana Oktaviana
gak ada malu2nya jdi cewek, semoga konsisten yaa Jo jgn kasi cela.. sumpaahh ya muak bgt akutuu
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Mencintai Musuh Ayahku   Bab 39

    "Lo udah kelewatan, Bang!" Panji langsung menyerang Joandra keesokan paginya."Kelewatan gimana?""Masa ada Mbak Runa di sini tapi lo cuekin. Bukannya ditemenin malah ditinggal tidur.""Oh." Hanya itu tanggapan Joandra."Kok cuma oh?" tuntut Panji yang belum puas dengan respon singkat tersebut. Dia mau jawaban yang memuaskan. Bukannya begini.Joandra bangkit dari kursi, mengambil ceret air yang mencicit di atas kompor lalu menuangkannya ke gelas. Seketika aroma kopi yang khas menyeruak memenuhi ruangan. Lalu Joandra kembali ke tempat duduknya. Panji masih di sana menanti jawaban lelaki itu."Seharusnya tahu gue nggak keluar dari kamar dia juga tahu diri. Seharusnya dia pergi bukannya masih di sini.""Lo kok gitu banget sih, Bang? Masa cewek cantik gitu dianggurin? Mbak Runa kurang apa coba? Udah cantik, bohay, kaya, baik, mana ramah banget." Panji menguraikan satu demi satu kelebihan Aruna yang semuanya hanya sekadar lewat di depan telinga Joandra.Sayangnya dia bukan Utami, batinnya.

  • Mencintai Musuh Ayahku   Bab 38

    Langkah Joandra sore itu dicegat oleh Aruna. Entah dari mana gadis itu muncul tiba-tiba sudah berdiri di hadapannya."Jo, sorry, kamu mau ke mana?""Pulang," jawab Joandra singkat."Hmm ... nanti malam kamu ada acara?"Joandra bermaksud menggelengkan kepala. Namun dengan cepat lelaki itu menangkap sesuatu. Maka yang dikatakannya adalah, "Ada.""Oh." Aruna tampak kecewa. Hal itu berarti dia tidak akan bisa mengajak Joandra dinner seperti yang tadi direncanakannya."Kenapa, Run?""Tadi aku bermaksud ngajak kamu dinner, tapi kalau kamu ada acara lain apa boleh buat." Aruna menyisipkan rambutnya ke belakang telinga. "Tapi kalau habis ini gimana? Maksudku kalau dinner-nya dimajukan?" Aruna menunggu dengan hati harap-harap cemas. Jangan sampai Joandra juga menolak ajakannya itu.Lalu dua detik setelahnya kekhawatiran Aruna menjelma menjadi kenyataan."Sorry, Run, saya nggak bisa. Setelah ini saya ada janji sama orang dan mungkin sampai malam. Sorry ya." Joandra lalu melangkah tanpa memberi

  • Mencintai Musuh Ayahku   Bab 37

    Utami mengesah pelan ketika melihat spanduk dan baliho para calon legislatif di sepanjang jalan yang dilaluinya. Tahun ini adalah tahun politik dan hanya dalam hitungan bulan pemilihan presiden akan diselenggarakan. Kampanye demi kampanye terlihat di mana-mana, yang membuat Utami bosan. Dia tidak suka politik. Karena menurutnya politik itu kotor. Di dalam dunia politik banyak orang melakukan berbagai cara keji hanya demi melancarkan keinginan mereka termasuk menjegal teman bahkan saudara mereka sendiri. Malah Utami jarang menggunakan hak suaranya karena dia tidak percaya.Lampu merah di traffic light menyala tepat sesaat sebelum Utami berhasil melintasinya. Dia terpaksa berhenti di bagian paling depan. Lalu di belakangnya kendaraan lain mulai mengular.Sambil menanti, tanpa sengaja mata Utami bertemu dengan spanduk para caleg itu yang berada beberapa meter di depannya. Hanya spanduk biasa. Namun wajah yang berada di dalamnya sudah tidak asing lagi dengan Utami.Joandra.Dia ada di san

  • Mencintai Musuh Ayahku   Bab 36

    Seiring berjalannya waktu, masa kampanye akhirnya tiba. Para partai politik pendukung capres pilihan mereka berlomba-lomba mempromosikan pilihan mereka tersebut. Mulai dari blusukan mendatangi masyarakat yang sekiranya potensial, lalu menanam citra positif mengenai pasangan capres yang diusung.Begitu pun dengan para kader partai yang mencalonkan diri menjadi calon legislatif. Spanduk dan baliho terpampang hampir sepanjang ruas jalan, termasuk Joandra.Kadang Joandra bertanya-tanya di dalam hati, apa dirinya pantas untuk menjadi wakil rakyat? Apa dirinya bisa amanah setelah terpilih nanti. Namun keraguannya itu sirna ketika ingat hinaan Daniel dan segala olokannya."Keren kali lah Abangku ini."Joandra tertawa ketika Shella main ke kantor partai lalu menunjukkan foto baliho yang dipotretnya saat melewati salah satu ruas jalan."Apanya yang keren, Dek?" tanya Joandra."Ya Abanglah. Kalau nanti Abang terpilih jangan sombong ya, Bang. Jangan lupa dari mana tempat kita berasal." Adiknya i

  • Mencintai Musuh Ayahku   Bab 35

    Utami duduk memberengut di sebelah Daniel yang saat ini sedang menyetir. Utami memang kecewa pada Joandra. Namun dia juga merasa kesal pada Daniel yang bicara sembarangan dan menghina Joandra seenak perutnya.Saat tiba di traffic light menanti lampu hijau menyala, Daniel memandang ke sebelah. Dilihatnya Utami yang sejak awal mereka meninggalkan hotel tadi tidak mengatakan sepatah kata pun. Alih-alih akan berbicara banyak tunangannya itu malah memberengut seperti orang sakit gigi."Kamu kenapa diam aja, Tami?"Utami mendengar dengan jelas pertanyaan Daniel. Tapi dia sengaja tidak merespon laki-laki itu.Sikap yang ditunjukkan Utami tak ayal membuat Daniel kesal. Pria itu mendengkus menahan emosi. "Jadi kamu baper karena ketemu dia? Lagian aku heran kenapa kalian masih sering ketemu.""Aku nggak baper," sangkal Utami membantah tuduhan Daniel."Jangan bohong, Utami. Aku bisa membaca perasaan kamu," ujar Daniel tak percaya. "Aku curiga kenapa kalian selalu ketemu. Apa jangan-jangan kamu d

  • Mencintai Musuh Ayahku   Bab 34

    Joandra mulai terbiasa dengan rutinitasnya yang baru sebagai politisi. Dia tidak perlu waktu lama untuk beradaptasi karena pada dasarnya pekerjaannya sebagai advokat ‘tidak berbeda jauh’ dengan profesi baru yang digelutinya.Hari ini Joandra dan kader partai yang lain baru saja selesai rapat sekaligus pengikraran koalisi antara Partai Nusantara Muda dengan Partai Merah Putih dan Partai Kebangkitan Baru. Karena merasa memiliki visi dan misi yang sama ketiga partai tersebut sepakat untuk berkoalisi mendukung pasangan capres pilihan mereka.Setelah rapat selesai dilanjutkan dengan makan siang di restoran hotel tempat rapat tersebut diselenggarakan."Saya ke toilet sebentar, Om." Joandra meminta izin pada Adnan.Pria itu mengangguk.Toilet yang dituju berada di lantai yang sama dengan restoran tersebut. Beruntung siang itu toilet tersebut tidak terlalu ramai.Joandra baru saja membuka toilet setelah selesai buang air ketika matanya menangkap sosok yang juga sedang keluar dari toilet wanit

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status