Home / Romansa / Mencintai Seorang Climber / 19. Accessory to Murder

Share

19. Accessory to Murder

last update Last Updated: 2024-10-29 11:39:30

Ipda. Binsar tak bisa menerima asumsi seperti itu. “Bagaimana kalau jus alpukat itu salah sasaran, bukan diminum oleh Raymond, tapi malah diminum oleh orang lain. Marco kan, nggak bisa mengendalikan hal itu?”

Iptu. Ekky masih memaparkan pemikirannya. “Nggak ada anggota Adventure yang berani ngerjain Marco, kecuali Raymond yang kentara tidak suka pada Marco. Sejak awal Marco sudah menduga, kalau ada orang yang berani iseng pada makanannya, orang itu pasti Raymond!”

Ekky lanjut berujar, “Saya kira, saat Marco berada di tenda es buah dan tenda bakso, dia selalu memandang ke luar tenda. Menurut Marco, dia melihat apakah dosen walinya sudah datang, atau belum. Padahal mungkin saja Marco lagi mengintai Raymond, sudah datang atau belum, sudah masuk ke homebase atau belum. Saat dilihatnya Raymond datang ke kampus, dia buru-buru pesan jus alpukat itu."

Inspektur Ekky masih berasumsi. "Untuk mengaburkan penyelidikan polisi kelak, dia masuk ke tenda bakso, karena dilihatnya dua orang mant
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Mencintai Seorang Climber   bab 271. It's Enough to Be with You

    “Dengar-dengar, Marco sudah menikah, apakah itu benar, Bu?” Demikian pertanyaan Pak Gunardi, ayahnya Sabrina yang juga CEO baru di perusahaan konstruksi yang didirikan oleh Ardi WiratamaBu Marianne menjawab, “Hanya nikah siri, mungkin si Marco kena pelet. Sekarang ini semua sumber keuangan Marco sudah saya tutup buat sementara. Kalau Marco mau dapat uang, mesti kerja di perusahaan papanya. Gajinya beri sebatas UMR. Perempuan itu mengincar Marco karena selama ini Marco banyak uang. Kalau sekarang ini duit bulanan Marco hanya gaji sebatas UMR, perempuan itu bakal kesal karena nggak akan mendapat apa yang dia inginkan. Cepat atau lambat, mereka bakal berpisah.”Bu Marianne yakin cara yang ditempuhnya bakal segera menampakkan hasil. ***Ketika sedang sarapan pagi, Marco bicara pada Maryam.“Hari ini aku mau ke kantor papaku, aku mesti segera kerja supaya ada pemasukan lagi. Aku sudah cerita soal sahamku yang diambil lagi sama mama, dan kafe yang harus ditutup. Aku belum bisa buka toko p

  • Mencintai Seorang Climber   bab 270. Kembali Bersama

    Marco masih bicara dengan Tante Erna lewat telepon.“Karena aku, Tante jadi berhenti kerja di butik.”“Begini Marco, dulu tante kerja di butik, karena mamamu yang minta. Dulu itu beberapa orang manajer di butik mamamu, terindikasi korupsi, jadi mamamu meminta tante kerja di butik untuk turut mengawasi para manajer. Sekarang sudah tidak ada lagi yang bisa korupsi, karena sistem kerja sudah dibenahi. Tante juga sudah berpikir untuk resign, karena capek juga, sering lembur. Ternyata keinginan resign dipercepat, ya nggak apa-apa. Sekarang tante bisa lebih banyak waktu untuk mengurus suami, dan main sama cucu.”“Iya Tante, maafkan aku ....”“Sebenarnya mamamu marah pada papamu yang kawin lagi, tapi nggak mungkin ngajak bertengkar sama papamu yang lagi sakit. Jadi mamamu marah sama semua orang, termasuk sama kamu, dengan alasan nggak setuju terhadap wanita yang jadi istrimu. Padahal dulu kan, mamamu sudah setuju kamu nikah sama Maryam. Lucu sekali perilaku mamamu itu kalau lagi ngambek.”“K

  • Mencintai Seorang Climber   bab 269. Sebuah Rekaman

    Semua perdebatan antara Marianne dan Erna disimak oleh Sabrina, dari ponselnya. Ternyata Bu Marianne lupa menutup aplikasi telepon, sehingga tanpa disadarinya nomornya masih terhubung dengan kontak terakhir, yaitu Sabrina. Tadinya Sabrina mau menutup telepon, namun dia mendengar ucapan Tante Erna tentang alasannya menghadiri pernikahan Marco. Sabrina terus menyimak, dan dia kaget saat mendengar kalimat-kalimat yang keluar dari mulut Bu Marianne.“Oh, shame on you ....” desis Sabrina. Dia berhasil merekam beberapa kalimat terakhir Bu Marianne, sebelum kontak antarnomor itu terputus.Sabrina mencari ibunya untuk memperdengarkan rekaman itu. Pada mulanya, sang ibu tak paham apa yang menjadi topik bahasan dari wanita yang pembicaraannya direkam oleh Sabrina itu. Setelah Sabrina menjelaskan, ibunya mengernyit, cukup kaget.“Jadi itu suara Bu Marianne? Dia membahas suaminya yang selingkuh?”“That’s right.”“Astaga! Memalukan sekali, sampai segitunya ....”Ibu dan anak itu terdiam sejenak,

  • Mencintai Seorang Climber   bab 268. Aib Suami

    Sabrina menatap postingan di akun sosmed milik Marco, yang masih dia ikuti. Hatinya sungguh kecewa dan merasa sia-sia, melihat Marco dan Maryam berpoto dengan latar ruang front office KUA, di mana dalam postingan terlihat jelas tulisan Kantor Urusan Agama dari sebuah wilayah di Kota Cirebon. Dalam foto itu, Maryam mengenakan gamis dan kerudung putih, tangannya yang satu menggenggam buket bunga mawar putih dan pink, yang satu lagi memegang buku nikah. Marco berdiri di sisinya, mengenakan baju koko warna putih, dan juga memegang buku nikah.“Alhamdulillah, sah.” Itu tulisan Marco pada postingannya yang dibanjiri ucapan selamat dari rekan-rekannya. Pada akun milik Maryam juga ada foto seperti itu, dengan pose yang agak berbeda.Sabrina menghubungi Bu Marianne, lantas memberi tahu postingan Marco.“Tante nggak menganggap pernikahan itu ada. Tante nggak akan pernah menerima perempuan itu sebagai menantu.” Itu jawaban Bu Marianne.“Aku kira keluarga Tante sudah merestui, karena Tante Erna a

  • Mencintai Seorang Climber   bab 267. Isbat Nikah

    Sore itu, Marco mengajak Maryam ke butik yang ada di lingkungan sebuah pesantren. Karena tidak bisa memakai busana pengantin, Marco ingin membelikan gamis putih buat Maryam.Pegawai butik busana muslimah itu menunjukkan koleksi gamis putih. Maryam menyentuh beberapa gamis untuk merasakan bahannya. Ternyata beberapa gamis memakai bahan yang sama dengan gamis putih yang dijual di butik milik Bu Marianne. Hanya saja, butik Bu Marianne berada di kawasan elit Kota Bandung, ditambah lagi butik itu sudah punya nama yang cukup dikenal, sehingga harga busana di situ cukup tinggi untuk ukuran Maryam. Sedangkan butik muslimah di lingkungan pesantren itu hanya toko kecil di antara beberapa toko yang jadi tempat usaha milik pesantren. Busana berbahan yang sama dengan barang di butik kelas atas, dan kwalitas jahitan yang cukup baik, dihargai lebih terjangkau oleh kalangan menengah.Pegawai butik itu bicara, “Beberapa orang memilih beli gamis putih buat akad nikah. Katanya supaya baju akad nikah mas

  • Mencintai Seorang Climber   bab 266. Panggilan Kerja Lagi

    Marco tak mau berdebat dengan mamanya, maka dia tak bicara lagi. Dia membuka sebuah boks plastik ukuran besar yang berisi peralatan panjat tebing. Dia mengamati apakah masih komplet, lantas menutup lagi box itu. Diambilnya ransel yang biasa buat naik gunung, juga matras dan sleeping bag.“Permisi Ma, aku pamit.” Marco mendekati mamanya, lantas mencium kening sang mama. Bu Marianne diam saja, kecewa. Marco menemui papanya di ruang kerja.“Aku pamit ya Pa, besok mau ke Cirebon.”“Sudah ngomong sama mamamu?”“Sudah Pa.”Marco memeluk bahu papanya, mencium kening. Marco berjalan dengan membawa banyak barang. Pak Ardi mengikuti putranya, tadinya mau bertanya soal reaksi Bu Marianne. Namun, dilihatnya Marco tidak memasukkan barang-barangnya ke bagasi mobil. Marco malah mengeluarkan motornya dari garasi, lalu diparkir di halaman. Dia menaikkan boks ke atas jok motor, sleeping bag dan matras ditaruh di atas boks, lantas mengikatnya dengan tambang plastik. Ransel besar ditaruh di bagian depa

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status