Beranda / Romansa / Mencintai Seorang Climber / bab 144. Menjenguk Ningrum

Share

bab 144. Menjenguk Ningrum

Penulis: Yanti Soeparmo
last update Terakhir Diperbarui: 2025-03-21 08:42:54

Maryam kembali ke Bandung dengan bus. Rasanya rugi banget, disuruh tinggal selama beberapa hari di rumah orang tuanya, sampai minta izin tidak masuk kerja di TK dan di bimbel, demi menuruti keinginan orang tuanya untuk menunggu kedatangan keluarga yang katanya mau melamar. Tahunya zonk, malah dapat penghinaan pula. Hanya karena keluarga Maryam sudah terbiasa menahan diri untuk tidak membalas hinaan orang, maka urusan tidak berkepanjangan.

Keluarga yang katanya mau melamar itu pergi dari rumah orang tua Maryam dengan gerutuan dan sindiran yang bernada menghina. Justru karena tidak ditanggapi, mereka malu sendiri. Keesokan harinya, si ibu menelepon ke ponsel milik bapaknya Maryam, katanya mau ngobrol dengan emaknya Maryam. Ibu itu minta maaf sudah bicara kurang enak saat datang berkunjung. Emaknya Maryam tentu memaafkan. Ibu itu sepertinya menyadari bahwa dia masih akan sering ketemu emaknya Maryam, di acara pengajian, arisan, karena domisili dalam satu RW. Makanya dia minta maaf. Semud
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Mencintai Seorang Climber   bab 209. Dua Korban

    Polisi penyidik di Polres sedang memeriksa kesaksian Pak Wardoyo dan Seno.Polisi bertanya, “Memangnya apa muatan truk itu, sehiagga Anda menolak untuk membawanya?”Seno menjawab, “Ratusan anj1ng dan kucing yang akan dikirim ke rumah jagal di Jawa tengah, buat dipangan dagingnya.”Para polisi yang ada di ruangan itu saling pandang.Polisi bertanya lagi, “Anda tahu nomor plat truk itu?”Seno menggeleng. “Tidak tahu, waktu ketemuan di warung, orang itu bawa mobil kecil.”Polisi : “Anda tahu identitas orang itu?”Wardoyo yang menjawab, “Dia ngaku bernama Tatang, umurnya sekitar empatpuluh tahun. Hanya itu yang saya tahu.”Seno memperlihatkan video di ponselnya. “Saya sempat merekam percakapan bapak saya dengan si Tatang. Karena waktu itu bapak saya sudah menolak, tapi orang itu seperti mau memaksa. Saya videokan saja, karena khawatir kalau orang itu mengeluarkan senjata buat memaksa bapak bawa truknya. Tapi dia nggak mengeluarkan senjata. Setelah bapak saya menolak, si Tatang itu pergi.”

  • Mencintai Seorang Climber   bab 208. Banyak Bohong, Banyak Dalih

    Ruhiyat datang ke markas polres untuk klarifikasi tentang air soft gun yang ditemukan di mobil. Memang mobil itu milik Ruhiyat, dipinjamkan ke anak buahnya yang dia suruh untuk mencari Wardoyo dan Seno. Karena Ruhiyat mengira Wardoyo dan Seno yang sudah melukai putranya, yaitu Daffa.Anak buahnya terlanjur mengibuli polisi dengan mengatakan bahwa mobil itu miliknya, dibeli dari Ruhiyat, tapi belum balik nama. Ruhiyat terpaksa melanjutkan omong kosong itu.“Iya, itu mobil sudah dibeli sama rekan saya, namanya Bardi.” ucap Ruhiyat di hadapan polisi.“Bagaimana dengan air soft gun yang ada di laci mobil itu? Apakah milik Anda?”“Iya Pak, itu punya saya yang ketinggalan di mobil. Ada surat izin penggunaan air soft gun, untuk kegiatan olah raga menembak. Dulu selagi muda, saya ini pernah jadi atlet menembak. Saya punya kartu member di klub menembak, yang resmi di bawah Perbakin.” Ruhiyat mengeluarkan selembar kartu.Polisi mengamati kartu itu. Ruhiyat lantas mengeluarkan beberapa bukti la

  • Mencintai Seorang Climber   bab 207. Siapa yang Melukaimu?

    Mobil patroli polisi berhasil mencegat mobil yang membawa Wardoyo dan Seno. Dua orang polisi yang menghampiri mobil itu, memulai pemeriksaan standar.“Boleh lihat SIM dan STNK kendaraan ini?"Sopir mengeluarkan SIM dari dompetnya, dan STNK dari laci mobil, diperlihatkan kepada polisi. Sementara polisi yang seorang lagi, sedari tadi hanya mengamati isi mobil dari sisi yang lain. Dia melihat sebuah benda ada di dalam laci dashboard, saat barusan laci itu dibuka sekejap untuk mengambil STNK.“STNK atas nama Ruhiyat? Yang mana Ruhiyat?” tanya polisi.“Ehmmm ... itu nama pemilik pertama, Pak. Saya beli mobil ini dari Pak Ruhiyat, tapi STNK belum sempat balik nama, begitu Pak.” jawab pria yang duduk di dekat sopir.Polisi itu menuding ke arah dashboard, “Tolong buka lagi laci itu! Barusan saya lihat ada pistol di situ!”Laci itu dibuka, di dalamnya ada sepucuk pistol. Pria yang duduk di depan, memberikan pistol itu pada polisi seraya mengatakan bahwa itu hanya air soft gun, pistol mainan.

  • Mencintai Seorang Climber   bab 206. Menolak Job

    Pria yang baru tiba itu berusia awal empatpuluhan, dia menyalami Pak Wardoyo dan Seno.“Bagaimana Pak? Jadi mau berangkat ke Jawa Tengah?” tanya Pak Wardoyo. “Saya dan anak saya akan gantian mengemudikan truk.”“Iya Pak, truk sudah siap. Kita bicarakan biayanya.”“Sebentar dulu, sebelum bicara soal biaya, saya mau tahu dulu, apa muatan truk?” tanya Wardoyo pada pria yang baru datang itu.“Saya kira ... Bapak nggak pilih-pilih muatan, apa saja mau, ya kan?”“Asal jangan ada narkoba yang disusupkan dalam muatan truk. Karena nanti saya yang kena, kalau ada razia.”“Tenang Pak, nggak ada narkoba. Ehmmm, Bapak nggak keberatan kan, kalau bawa hewan?”“Saya pernah bawa sapi, kuda, kambing, ayam, bebek, semuanya masih hidup saat tiba di tujuan. Tapi ... hewan apa yang mau dibawa ke Jawa Tengah?”“Ehmmm ....”Seno nimbrung, “Kalau hewannya b@bi, saya nggak mau ikut. Bukan masalah haram, karena kalau masalah haram mah, itu kalau dimakan. Kalau masalah najis, bisa dibersihkan. Tapi saya dan Bapa

  • Mencintai Seorang Climber   bab 205. Siapa Pelakunya?

    Wartini mengira, anak laki-lakinya yaitu Seno melakukan penyerangan terhadap Daffa, anaknya Ruhiyat.“Seno pasti marah sekali karena Irma dilukai. Emak jadi takut, kalau benar Seno yang balas dendam sama anaknya Ruhiyat ... Seno bisa dilaporkan ke polisi.”Irma tampak gelisah. “Kalau dilaporkan ke polisi itu masih mending ... Kang Ruhiyat punya banyak anak buah, aku khawatir dia menyuruh anak buahnya untuk menyiksa orang yang sudah melukai anaknya. Aku khawatir sama Kang Seno ....”Maryam terdiam, tapi dalam hati dia ragu jika Seno bertindak untuk membalas rasa sakit yang sudah diderita oleh adiknya. Dalam pandangan Maryam, Seno bukan tipe orang yang mau berkorban untuk saudaranya, atau mau melakukan sesuatu demi harga diri saudaranya. Kalau ada yang balas dendam atas penderitaan Irma, itu bukan Seno ... tapi mungkin pria lain?Wartini menelepon putranya, tapi nomor yang dihubungi sedang tidak aktif. Saat nomor istrinya dihubungi, bisa terhubung.“Kang Seno tadi pagi pamitnya mau ada

  • Mencintai Seorang Climber   bab 204. Balas Dendam

    Maryam menatap foto-foto dan video prewedding yang diposting di sebuah akun.“Apa-apaan ini? Kalau benar Marco dan Sabrina bikin prewedding, ngapain juga diposting di akunnya Siska?” gumam Maryam. Siska adalah rekan kerjanya saat di butik. Dalam postingan itu, Siska nge-tag beberapa akun milik rekan-rekannya yang sudah resign, termasuk akun Maryam. Itulah sebabnya muncul notif, dan Maryam melihatnya.Maryam memang merasa cemburu dengan foto-foto dan video itu, tapi saat ini dia sudah bisa berpikir lebih bijak. Berkaca dari pengalaman pahit yang telah lalu, saat dirinya begitu tergesa-gesa menyimpulkan hal yang negatif tentang Marco, tanpa mau mendengar penjelasan dari Marco, hanya menuruti kata hati yang dibakar rasa cemburu. Akibatnya rencana pernikahan batal.Saat ini Maryam dan Marco memang belum lagi merencanakan kapan mereka akan menikah, tapi Marco bilang ingin membina rumah tangga dengan Maryam. Jika Marco hanya sekadar main-main, mestinya dia tidak akan buang-buang waktu dan b

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status