Home / Romansa / Mencintai Seorang Climber / bab 67. Tidak Mau Bertemu

Share

bab 67. Tidak Mau Bertemu

last update Last Updated: 2025-01-16 23:59:38

Hanif secara sengaja memperlihatkan berita online yang sedang dibacanya, pada Marco. Berita tentang Lyla dan kasus pembunuhan di bridal, tidak akan membesar, andai status Marco bukan putra Ardianto Wiratama, seorang pengusaha dan politikus yang siap ikut Pilkada. Dalam berita itu bahkan ditampilkan bukan cuma foto, melainkan rekaman video saat Marco berjalan ke luar dari kantor polisi, dan Lyla mengekor di belakangnya. Lantas keduanya menaiki mobil milik Marco.

Hanif bicara, “Aku sudah bolak-balik melihat video ini, tapi wajah ini memang mirip denganmu, Marco. Apakah pria di video ini memang kamu?”

Marco belum menjawab.

Hanif bicara lagi, “Menjelang menikah memang terkadang banyak godaan, aku juga mengalaminya.”

Hanif tersenyum. “Tapi kalau sampai selingkuh dengan wanita lain, itu sih, bukan godaan lagi! Itu pengkhianatan, dan pelecehan terhadap komitmen untuk menikah!”

“Masa bodoh kalau lo percaya sama berita sampah itu! Sekarang berikan copy transkrip nilai punya Maryam, kare
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Mencintai Seorang Climber   bab 199. Membalas Rasa Sakit

    Ponsel Marco berbunyi, ternyata panggilan dari mamanya.“Iya Ma ....”“Kamu ada di mana, Marco? Sepupumu bilang kamu sudah pulang kemarin siang, tapi sampai sekarang kamu belum balik ke rumah.”“Aku ada perlu sebentar ke rumah teman .... nanti aku pulang.”“Rumah teman di mana? Di Cirebon? Kamu bolak-balik mendatangi Maryam? Benar kan?”“Iya Ma ....”“Jangan bilang kalau kamu sudah nekad nikah siri dengan Maryam!”“Nggak Ma, belum ....”“Kamu menjalin hubungan lagi dengan Maryam?”“Iya Ma, karena aku sudah merasa cocok dengan Maryam.”“Cocok apa maksud kamu?”“Maryam yang paling cocok jadi istriku.”“Tapi mama nggak cocok sama Maryam.”Marco terdiam sejenak, dia tidak mau berdebat dengan mamanya, apalagi melalui ponsel,“Nanti aku pulang, Ma.”“Hari Sabtu pagi kamu harus sudah ada di Bandung. Bisa, kan?”“Ada acara keluarga ya, Ma?”“Ya, kamu harus hadir. Bisa kan? Harus bisa!”“Iya Ma.”Pembicaraan selesai. Hari itu hari Jumat. Marco ada di penginapan milik Sunedi. Belum ada kelanjut

  • Mencintai Seorang Climber   bab 198. Ujungnya Damai

    Marco dan Maryam sedang bicara lewat ponsel.“Marco, kalau benar bukan Daffa pelakunya, apakah mungkin ... adiknya adalah pelaku sesungguhnya dari kebakaran rumah Irma?”“Adiknya, atau bisa saja emaknya. Si Daffa sepertinya pasang badan buat pelaku sebenarnya.”Marco teringat, bahwa dirinya pun pernah pasang badan untuk papanya. Hanya bedanya, saat itu Marco tidak jadi tersangka, dia hanya memberikan alibi buat seorang wanita yang merupakan istri siri papanya. Namun, ternyata akibatnya fatal karena Maryam mengira dirinya punya hubungan pribadi dengan wanita itu. Saat itu bahkan Maryam membatalkan rencana pernikahan mereka.Kali ini, Marco dapat merasakan apa yang dirasakan oleh Daffa. Seperti dirinya dulu, niat awal hanya untuk menutupi kesalahan papanya karena menikah lagi, ujung-ujungnya rencana pernikahannya yang gagal total. Sekarang hal semacam itu dilakukan oleh Daffa, tapi sepertinya Daffa bakal dapat masalah lebih berat, karena yang dia akui adalah sebuah tindak pidana.“Marco

  • Mencintai Seorang Climber   bab 197. Permintaan Mama

    Marco kembali mendapat panggilan wawancara kerja di Jakarta. Kali ini dari sebuah grup perusahaan yang bergerak di bidang perhotelan dan wisata kapal pesiar. Marco teringat wawancara sebelumnya di sebuah perusahaan transportasi udara, bahkan dirinya sudah menjalani tes kesehatan, tapi ternyata belum ada kabar lagi. Marco merasa mungkin dirinya tidak masuk kualifikasi untuk perusahaan transportasi udara itu. Sekarang ada panggilan wawancara lagi, berasal dari perusahaan perhotelan yang sudah punya banyak cabang di Indonesia.Ketika berpamitan pada mamanya, saat sarapan pagi, sang mama tampak tidak suka jika Marco bersikukuh dengan niat untuk bekerja di perusahaan milik orang lain.“Mau sampai kapan kamu menghindar dari keluarga?”“Aku tidak menghindar dari keluarga. Buktinya aku pulang ke rumah Mama.”“Mama sedang ikut pameran fashion, kamu mau antar Mama?”“Kapan?”“Hari Sabtu ada fashion show di Sabuga, mama menampilkan busana pengantin klasik dan muslimah. Kamu antar mama, ya?”Marc

  • Mencintai Seorang Climber   bab 196. Pelaku Pembakaran

    Polisi memanggil Ruhiyat sebagai pemilik rumah yang terbakar itu. Sebelum memenuhi panggilan polisi, Ruhiyat sudah mengerahkan beberapa orang untuk mencari tahu, apakah benar ada CCTV yang merekam mobil milik anaknya terparkir di minimarket dekat lokasi rumah yang terbakar itu? Selain CCTV yang di minimarket, apakah ada CCTV lain, di dekat rumahnya itu?Dari hasil pengamatan dan penyelidikan anak buahnya, ternyata tidak ada CCTV. Di minimarket itu, CCTV milik minimarket sedang rusak. Polisi mendapat foto mobil dengan plat nomor yang merupakan milik keluarga Ruhiyat, ternyata foto tersebut berasal dari tukang parkir. Bukan sengaja tukang parkir itu membuat foto mobil tersebut, pada mulanya dia hanya iseng merekam kelakuan kucing di halaman minimarket itu, pada pukul sepuluh malam. Minimarket itu sudah tutup pada pukul Sembilan malam. Walaupun sudah tutup, halaman minimarket kerap kali dimanfaatkan oleh banyak pihak untuk tempat parkir. Dan para juru parkir menjadi penguasa sepenuhnya j

  • Mencintai Seorang Climber   bab 195. Pinjam Rumah

    Pagi hari, di markas polisi wilayah Cirebon, seorang reserse dari Satuan Reskrim, bernama Inspektur Polisi Dua [Ipda.] Jayadi, 25 tahun, melaporkan hasil penyelidikannya.“Rumah milik Almarhum Sugiyono, dijual oleh anak-anaknya. Sebulan lalu rumah itu dibeli oleh Ruhiyat, 50 tahun, seorang pengusaha transportasi. Menurut keterangan Ketua RT. setempat, Ruhiyat menikah dua minggu lalu di rumah itu. Pernikahan siri dengan wanita muda yang menjadi istri kedua. Kemudian ada laporan bahwa istri pertama serta kedua anak Ruhiyat melabrak ke rumah itu, dan melakukan tindak kekerasan serta pengeroyokan terhadap seorang wanita muda bernama Maryam.”“Apakah wanita yang dikeroyok itu istri muda Ruhiyat?” tanya komandan markas.“Bukan. Mereka memang hendak melabrak istri muda Ruhiyat, tapi salah sasaran. Sempat ada laporan polisi tentang kasus pengeroyokan itu, tapi Maryam sudah mencabut laporan. Kasus itu diselesaikan secara kekeluargaan. Tapi ternyata tadi malam ada yang sengaja membakar rumah Ru

  • Mencintai Seorang Climber   bab 194. Korban Kebakaran

    Seorang pria menghentikan laju motornya di depan pagar rumah Irma. Pria itu tercengang ketika melihat kobaran api di teras, tepat di depan pintu. Segera dia berlari ke halaman rumah itu. Dilihatnya lidah api sudah mulai menjilati pintu dan kusen jendela yang terbuat dari kayu. Dia tidak bisa memasuki rumah melalui pintu depan.“Kebakaran! Kebakaran! Tolong! Tolong!” Pria itu berteriak. Kemudian dia teringat ada pintu satu lagi di samping rumah. Pintu yang terhubung ke ruang tengah. Hanya saja dia belum pernah melewati pintu samping itu, dan seingatnya, belum pernah melihat pintu samping itu dibuka.“Kebakaran! Tolong! Ada kebakaran!” pria itu Kembali berteriak, untuk memberitahu tetangga, karena api bisa merembet ke rumah tetangga. Dia juga bakal butuh bantuan andai pintu samping itu tidak bisa dibuka karena mungkin saja terkunci dari dalam.Benar dugaannya, pintu samping itu terkunci, atau disel0t dari dalam. Sementara di dalam rumah, ada dua orang wanita. Pria itu sudah berusaha ber

  • Mencintai Seorang Climber   bab 193. Menyala

    Marco masih berada di sebuah rest area wilayah Kabupaten Cirebon. Ketika dia sudah memasuki mobilnya, dia melihat kedua pria yang tadi ada di toilet, sedang berjalan menuju tempat parkir. Marco tidak buru-buru menyalakan mobilnya, dia melihat dulu kedua orang itu, apakah naik mobil bersama, atau masing-masing. Ternyata keduanya naik mobil masing-masing. Pria yang pernah ditampar Marco, bernama Daffa, naik mobil berwarna gelap, tapi bukan mobil yang pernah dipakai menabrak pagar rumah Irma. Sedangkan pria yang seorang lagi naik mobil warna silver.Marco mengemudikan mobilnya ke luar dari rest area. Sempat dilihatnya mobil yang dinaiki Daffa mampir dulu di pom bensin yang ada di rest area tersebut. Sedangkan mobil warna silver yang dinaiki oleh rekannya Daffa, sudah melaju ke luar dari rest area itu. Marco tidak peduli lagi dengan kedua orang itu, dia fokus memegang kemudi dan melihat jalan. Rencananya dia tidak akan mampir lagi di rest area. Setelah keluar dari gerbang tol Palimanan, M

  • Mencintai Seorang Climber   bab 192. Banyak Tamu

    Merasa hari itu adalah hari terakhirnya di Kota Cirebon, Marco mengajak Maryam jalan-jalan lagi. Maryam baru dapat waktu luang di atas pukul dua siang, karena dia sibuk membantu di warung nasi emaknya. Pada jam makan siang, warung cukup padat oleh pembeli yang makan di tempat ataupun makanannya dibungkus. Setelah customer surut, cucian piring dan gelas sudah selesai dikerjakan, Maryam mandi dan sedikit berdandan. Dia minta izin pada ibunya untuk jalan-jalan dengan Marco.“Aja suwe-suwe ya Nok, kalian belum halal kalau berdua-duaan.” ucap ibunya. Aja suwe-suwe maksudnya jangan lama-lama.“Hanya sebentar Mak, sebelum maghrib sudah pulang.”Maryam menunggu kedatangan Marco. Tak lama Marco datang, kali ini dia mengendarai mobilnya. Marco sempat masuk ke warung, untuk minta izin pada emaknya Maryam.“Makan dulu!” Itulah ucapan khas emaknya Maryam pada setiap tamu yang datang, maklum saja, namanya juga owner warung nasi.“Terima kasih, Bu, tadi saya sudah makan siang.” jawab Marco.Maryam m

  • Mencintai Seorang Climber   bab 191. Sudah Biasa Dilabrak

    Sore hari, ketika sudah berada di rumah, Maryam menelepon Irma.“Teh, lagi ada di mana?”“Aku di rumah emak.”Maryam merasa lega karena Irma ada di rumah ibunya yaitu Wartini. Setahu Maryam, di rumah Wartini ada keponakan Wartini yang ikut tinggal di situ. Lagipula, rumah Wartini berada di sebuah wilayah yang cukup padat penduduknya. Beberapa kerabat Wartini tinggal tak jauh dari rumah Wartini. Jika ada orang-orang yang datang ke situ untuk melabrak Irma, pastinya bakal banyak kerabat yang membela Irma.“Teteh aman, kan?”“Kenapa kamu nanya begitu, Maryam? Aku mah, selalu aman-aman saja.”“Aku khawatir kalau Teteh tinggal sendirian di rumah yang kemarin dipakai tempat akad nikah itu. Khawatir Teteh dilabrak lagi sama keluarga suamimu.”“Aduh Maryam, soal dilabrak mah, aku sudah biasa ....”“Hah? Memangnya ... istri pertama suamimu sudah pernah melabrak Teteh sebelum kasus yang kemarin itu?”“Bukan dia sih ... Aku ini biduan Pantura, banyak bapak-bapak yang nyawer aku kalau aku pentas.

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status