Share

Mencintai dalam Diam
Mencintai dalam Diam
Author: Isha

Bab 1

Author: Isha
"Tante, aku sudah memikirkannya dengan matang. Aku bersedia meninggalkan Keluarga Buwono dan pergi ke luar negeri untuk tinggal bersamamu."

Di ujung telepon, suara Tante terdengar sangat gembira, memberikan nasihat dengan tulus.

"Baiklah, Kania, aku akan segera mengurus visamu. Mungkin butuh waktu sekitar satu bulan. Manfaatkan waktu ini untuk berkumpul dengan teman-teman dan rekan-rekanmu, karena setelah menetap di Zelandia, kalian mungkin akan sulit bertemu. Jadi, gunakan kesempatan ini untuk mengobrol dan berpamitan dengan baik."

"Terutama dengan om kamu. Dia telah membesarkanmu dengan penuh kasih sayang. Kebaikan dan pengorbanannya nggak akan pernah bisa dilupakan. Kamu harus benar-benar berterima kasih padanya."

Kania mengangguk pelan beberapa kali.

Setelah menutup telepon, dia bangkit dan berjalan dari balkon kembali ke ruang tamu, tanpa sadar menatap foto yang terpajang di atas meja.

Dalam foto itu, langit sore berwarna merah, memberikan cahaya hangat pada wajah kedua orang tersebut.

Sandi Buwono yang berusia tujuh belas tahun berdiri di bawah ayunan, tersenyum lebar sambil mendorong Kania Rusli yang berusia tujuh tahun, gaun kecilnya terbang tertiup angin, menyapu bunga tulip di taman.

Meskipun sudah bertahun-tahun berlalu, Kania masih ingat betul betapa bahagianya dia pada hari itu saat foto itu diambil.

Sayangnya, waktu telah berubah. Dia dan Sandi tak akan pernah kembali seperti dulu lagi.

Kania merasa sedih ketika memikirkan hal itu. Dia memandang jauh ke depan, mengingat masa-masa yang lampau.

Keluarga Rusli dan Keluarga Buwono telah lama bersahabat. Sandi lebih tua sepuluh tahun darinya, dan berdasarkan garis keturunan, Kania sudah memanggilnya om sejak kecil.

Ketika Kania berusia tujuh tahun, ayah dan ibu Kania meninggal karena kecelakaan pesawat. Sandi membawanya kembali ke Keluarga Buwono dan membesarkannya.

Mungkin karena merasa kasihan melihat Kania kehilangan orang tua sejak kecil, dia selalu membawa Kania ke mana-mana, dan mengurus sendiri segala keperluan Kania.

Setiap hari dia menceritakan dongeng untuk menidurkan Kania, menjemput dan mengantar ke sekolah tanpa lelah. Kalau melihat barang baru yang menarik, dia pasti membelikan untuk Kiana. Dengan cara itulah, hari demi hari, Sandi mengubah gadis kecil yang dibawanya pulang menjadi seorang gadis yang anggun.

Karena kelembutan dan perhatian Sandi, sejak kecil Kania sangat dekat dengannya.

Ketika menginjak usia remaja, dia pun secara wajar dan tanpa sadar jatuh cinta pada pria yang membesarkannya itu.

Ketika Kania berusia tujuh belas tahun, Sandi mengadakan pesta ulang tahun besar untuknya seperti biasa.

Saat itu, Sandi terlalu banyak minum, dan Kania membantunya pergi untuk beristirahat.

Melihat pria yang disukainya tepat di depan matanya, dia tak bisa menahan diri dan mencium Sandi.

Namun, dalam sekejap, Sandi membuka matanya, dan langsung mendorongnya ke ujung sofa.

Kania tidak mengerti maksudnya, hanya merasa ini adalah kesempatan emas untuk mengungkapkan perasaannya.

Namun, bagi Sandi, semua itu adalah perkataan yang melanggar norma dan tidak bisa diterima.

Dia merasa itu konyol dan jadi marah besar.

"Kania! Kamu tahu nggak, aku ini om kamu!"

"Aku memang memanggilmu om, tapi nama keluargaku Rusli, dan kamu Buwono. Kita nggak ada hubungan darah."

Melihat Kania masih tetap bersikeras, wajah Sandi langsung berubah masam.

"Aku sepuluh tahun lebih tua darimu! Kamu baru tujuh belas tahun, kamu belum bisa membedakan antara kasih sayang keluarga dan cinta, kamu belum mengerti apa itu perasaan suka!"

Kania biasanya selalu mendengarkan perkataannya, namun dalam hal ini, dia sangat keras kepala.

"Jadi kamu menolak aku karena aku terlalu muda? Nggak masalah, aku akan tumbuh dewasa. Aku akan menunjukkan kepadamu bahwa aku bisa membedakan cinta dan aku tahu apa itu perasaan suka!"

Kania sudah tidak ingat bagaimana pertengkaran itu berakhir.

Namun, sejak itu, setiap kali ulang tahunnya datang, dia selalu mengungkapkan perasaannya pada Sandi.

Sandi akan menolaknya setiap tahun, tetapi dia tidak pernah berniat untuk menyerah.

Satu bulan lagi, dia akan merayakan ulang tahunnya yang ke-21.

Namun tahun ini, dia memutuskan untuk tidak mengungkapkan perasaannya lagi.

Karena sebulan yang lalu, Sandi membawa pacarnya pulang dan mengenalkan gadis itu kepada Kania.

Kania merasa sangat sedih, tapi dia tetap menahan air mata dan bertanya apakah Sandi sengaja menggunakan pacarnya untuk membuat Kania menyerah.

Sandi hanya menatapnya dengan dingin, suaranya sangat tidak bersahabat.

"Jangan terlalu berpikir macam-macam, usiaku sudah cukup. Hanya sekadar punya pacar, itu sangat normal."

Pandangan Sandi yang tenang malah terasa sangat menyakitkan bagi Kania.

Dia menangis sepanjang malam, pikirannya kacau. Dia terus teringat semua peristiwa yang terjadi selama bertahun-tahun ini.

Keesokan paginya, tante yang berada di luar negeri mengirimkan pesan.

"Kania, apa kamu mau pergi ke luar negeri dan tinggal bersamaku?"

"Sebenarnya, ketika keluarga Rusli baru saja mengalami kecelakaan, aku sudah mau membawamu pergi. Tapi saat itu karierku belum stabil, ditambah lagi aku mengalami depresi pascamelahirkan, jadi semuanya tertunda. Sekarang kamu sudah dewasa, tinggal di keluarga Buwono rasanya jadi kurang cocok. Keadaan Tante juga sudah membaik di sini. Apa kamu mau datang dan berkumpul bersama kami?"

Kania tidak membalas pesan itu.

Karena dia tidak ingin meninggalkan Sandi, dia ingin berusaha lagi.

Namun, dalam dua minggu terakhir, Sandi seperti sengaja memamerkan pacarnya, Zita Kurnia, di hadapan Kania.

Mereka berpegangan tangan, berpelukan, berciuman, semua hal yang hanya dilakukan oleh pasangan kekasih.

Malam sebelumnya, Sandi bahkan membiarkan Zita menginap, membawa wanita itu ke kamarnya.

Kania duduk termenung di lantai bawah sampai pukul tiga pagi, barulah dia melihat lampu di kamar itu padam dan samar-samar mendengar suara-suara mesra dari dalam.

Dia menutup mulutnya erat-erat, air mata jatuh tanpa suara, membasahi sofa.

Pada saat itu, akhirnya dia memutuskan untuk menyerah.

Menyerah untuk mencintai Sandi.

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (2)
goodnovel comment avatar
Tasya Amero
menarik dan seru banget
goodnovel comment avatar
Mita Ita
mkin seruuu
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Mencintai dalam Diam   Bab 26

    Meskipun Keluarga Kurnia bukan dari kalangan pejabat atau pedagang kaya, mereka selalu dihormati di Jintara berkat warisan budaya literatur mereka yang sudah turun-temurun.Hingga generasi Zita, Keluarga Kurnia hanya memiliki satu anak perempuan, sehingga mereka membesarkannya dengan penuh perhatian, mencurahkan banyak sumber daya sejak kecil untuk memastikan masa depan cerah yang dapat mendukung keluarga.Untuk itu, Keluarga Kurnia secara khusus mengundang seorang maestro seni lukis tradisional yang paling terkenal di negeri ini untuk mendidik Zita sejak kecil. Dengan reputasi sebagai murid langsung dari Pak Jayadi, Zita berhasil menciptakan nama besar di dunia seni lukis meski usianya masih muda.Melalui Pak Jayadi pula Zita bisa mengenal Sandi.Ketika berita pertunangan mereka menyebar, Keluarga Kurnia sangat gembira, mengira inilah kesempatan untuk mencapai puncak kesuksesan.Namun, tidak sampai satu bulan kemudian, berita bahwa Zita diusir dari vila Keluarga Buwono menyebar luas d

  • Mencintai dalam Diam   Bab 25

    Setelah upacara pembukaan selesai, Kania mengantar keluarga tantenya keluar dari kampus, lalu berbalik menuju fakultasnya.Baru saja sampai di gerbang, dia mendongak dan langsung bertemu dengan sepasang mata yang sangat tidak asing.Entah kenapa, setelah sepenuhnya melepaskan perasaan itu, setiap kali bertemu Sandi, dia selalu merasa seperti anak kecil yang ketahuan berbuat salah oleh orang tuanya.Rasanya persis seperti saat dia diam-diam memberikan kalung ibunya kepada temannya dan ketahuan.Apakah ini yang disebut wibawa dari seorang senior?Bertemu langsung seperti ini, dia tidak mungkin berpura-pura tidak melihatnya. Dengan gugup, dia maju untuk menyapa Sandi."Om, kenapa Om ke sini?"Melihat matanya yang menghindar, hati Sandi terasa sakit.Namun, dia menekan gejolak emosinya dan berpura-pura tenang."Aku datang untuk melihat upacara pembukaan."Kania mengangguk pelan tanpa berkata apa-apa lagi.Keduanya berjalan dalam diam, perlahan memasuki fakultas.Keheningan ini membuat Sand

  • Mencintai dalam Diam   Bab 24

    Sejak mengetahui bahwa Nona Kania bukan kabur dari rumah melainkan pindah ke luar negeri, dahi pengurus rumah selalu berkerut.Dulu, saat Nona Kania masih di sini, jika mereka melakukan kesalahan, masih ada yang membela mereka.Selama Nona Kania yang bicara, kesalahan sebesar apa pun, Sandi pasti akan memaafkannya.Karena sekarang dia tidak ada, yang menderita adalah para pelayan di bawah Sandi.Entah kenapa, Sandi belakangan ini tidak hanya murung, tetapi juga gemar mencari kesalahan.Juru masak tidak memasak bubur pagi, Sandi langsung marah besar. Juru masak yang panik hanya bisa buru-buru memasak sambil menggerutu. "Nona Kania nggak ada, Pak Sandi sendiri juga nggak suka bubur. Wajar dong, kalau nggak dimasak?"Tukang kebun memangkas dua pohon di halaman, gajinya langsung dipotong dua bulan. Tukang kebun itu berpikir keras, tetapi tidak mengerti. Bukankah dua pohon itu ditanam oleh Nona Kania, yang sebelum pergi terus berpesan agar sering dipangkas supaya bisa tumbuh tinggi? Apa yan

  • Mencintai dalam Diam   Bab 23

    Setelah tiba di Jintara, asisten yang pengunduran dirinya ditolak langsung datang menjemput Sandi dengan mobil.Setelah melewati peristiwa ini, asisten itu melihat banyak hal dengan lebih jelas. Sekarang dia bekerja dengan sungguh-sungguh, pikirannya hanya tertuju pada atasannya dan Nona yang pernah menyelamatkan nyawanya.Selama dua hari ini, ponselnya hampir tidak berhenti berdering karena masalah pernikahan yang dibatalkan. Namun, dia tetap tutup mulut, tidak mengungkapkan sepatah kata pun.Kini bosnya sudah kembali, beban dan tekanan yang dia pikul akhirnya bisa dilepaskan, membuat suasana hatinya jauh lebih baik.Satu-satunya masalah adalah suasana hati bosnya tampaknya tidak terlalu baik, sehingga dia menyampaikan laporan dengan nada yang sangat hati-hati."Pak Sandi, meskipun pernikahan telah dibatalkan, Nona Zita terus membuat keributan. Kemarin dia bahkan membawa barang-barangnya dan pindah ke vila, tinggal di kamar yang dulu dihuni oleh Nona Kania."Mendengar hal ini, Sandi l

  • Mencintai dalam Diam   Bab 22

    Kemala tidak bicara, hanya memandanginya dengan tatapan tajam.Malam musim panas yang terik membuat Sandi berkeringat dingin di bawah tatapan itu.Sandi mengira Kemala tidak mendengarnya dengan jelas, dan saat hendak bertanya lagi, Kemala akhirnya berbicara."Kania bilang hari ini hari pernikahanmu. Kenapa kamu ada di Zelandia? Pengantin pria nggak perlu menghadiri pernikahan sendiri, ya?"Nada suaranya terdengar sangat tenang, tetapi kata-katanya mengguncang hati Sandi seperti badai besar.Di bawah tekanan dan aura kuatnya, akal sehat Sandi yang sempat hilang akhirnya kembali."Pernikahan dibatalkan.""Kenapa dibatalkan? Apa karena mau menemui Kania? Apa Om Buwono tahu soal ini?"Kemala tidak memberinya kesempatan untuk bernapas sama sekali. Rentetan pertanyaan itu seperti butiran mutiara yang jatuh ke piring keramik, menimbulkan suara gemerincing.Setelah beberapa menit hening, Sandi akhirnya memaksa dirinya memberikan jawaban."Dibatalkan sebelum aku datang. Ini nggak ada hubunganny

  • Mencintai dalam Diam   Bab 21

    Setelah Kania membawa Liana pergi, Sandi duduk sendirian di ruang pribadi hingga langit gelap.Baru setelah pelayan masuk untuk membereskan meja dan dengan hormat mengatakan bahwa restoran akan tutup, dia membayar ganti rugi atas barang-barang yang rusak, lalu meninggalkan restoran itu dengan linglung.Dalam gelapnya malam, lampu jalan mulai menyala di mana-mana.Saat dia membuka ponselnya, ada lebih dari seratus panggilan tak terjawab dan 99+ pesan yang belum dibaca.Ada dari Zita, dari orang tuanya, dari teman-temannya, dan dari pembawa acara.Pembawa acara?Oh, benar. Hari ini adalah hari pernikahannya. Dia hampir lupa.Namun, ingat atau tidak, apa bedanya?Pernikahan ini pada dasarnya hanya pura-pura. Sebuah sandiwara yang diatur olehnya dan Zita untuk menghancurkan delusi Kania terhadap dirinya.Apa yang dia inginkan sudah didapatkan tanpa usaha berarti, jadi pernikahan ini tidak lagi diperlukan.Mengingat bagaimana selama dua bulan ini dia menahan rasa tidak nyaman, berpura-pura

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status