Perjalanan menuju tempat pernikahan membuat Ara berdebar debar. Gadis itu harus menghirup dan menghembuskan nafasnya beberapa kali untuk mengurangi rasa gugup yang datang menghapirinya.
Di belokan pertama, kepala Ara mulai mengernyit pasalnya dia masih ingat dengan jalanan itu, jalan menuju hotel yang di lihatnya bersama Gilang waktu itu. Tetapi masih berpikir positif, mungkin saja jalannya memang sama, lagian dia juga tidak hafal dengan jalan di Negara ini.
Hingga akhirnya mobil berbelok menuju Axana Hotel. Kakinya langsung gemetar, kenapa bisa di sini. Bukannya ini tempat yang di reservasi Gilang waktu itu?
“Kok kita ke sini, bunda?” Fenna menoleh kemudian tersenyum. Carista dan Ayu yang duduk di sampingnya juga ikut tersenyum.
“Iya, memang tempat pernikahannya di Axana Hotel sayang.” Mata Ara melebar. Posisi duduknya langsung menjadi tidak nyaman.
“Ini tempat Gilang akan menikah juga hari ini.” Fenna pur
“Sudah, lanjutkan jalannya, tidak enak dilihatin sama para tamu undangan.”“Tapi…” Fenna dan Carista menarik Ara pelan agar terus berjalan.DiantaraTanpa sadar mata Ara memperhatikan tulisan namanya di dinding aula yang tertulis dengan sangat indah dengan tinta gold, terpajang di atas panggung pelaminan. Kemudian, dia melihat senyum cerah seseorang yang menunggunya di atas panggung sana. Air mata Ara menetes tanpa bisa ditahannya. Pria misterius tersebut malah tertawa saat melihat wanita yang sekarang telah resmi menjadi istrinya itu menangis.“Selamat ya sayang.” Ara melihat ayah dan bunda nya yang tertawa ke arahnya. Ara benar benar menangis karena semua orang telah mengerjainya dengan sangat bagus. Hingga teguran dari sang bunda membuatnya kembali melanjutkan langkah kakinya menuju panggung.“Istriku cantik banget hari ini,” bisik Gilang seraya mengulurkan tangannya kepada Ara. Gilang langs
Memikirkan malam pertama saja sudah membuat kepala Ara terasa berat, apalagi memikirkan cucu seperti yang di bicarakan oleh mamah mertuanya dengan sang bunda.Setelah merasa baikan, Ara kembali ke depan dengan mamah mertuanya dan juga sang bunda yang berdiri di kiri dan kanannya.Bianca juga sudah berdiri dengan anggunnya di depan pelaminan.“Terima kasih, Kak. Akhirnya doa aku di kabulkan sama Tuhan.” Ara tersenyum kepada Bianca seraya mengusap kepala gadis itu dengan sayang. Gadis yang semenjak kenal dengannya sudah di anggapnya sebagai adik itu, hari ini resmi menjadi adik iparnya.Selanjutnya di lanjutkan dengan sesi pemotretan untuk para tamu yang masih tersisa dan foto foto bersama keluarga lainnya.Akhirnya rangkaian acara pesta pernikahan Gilang dan Ara selesai juga. Besoknya adalah hari yang paling membahagiakan bagi pasangan pengantin baru tersebut. Gilang sudah menyusun rencana honeymoon mereka dengan sangat matang tanpa meli
Hari ini langit biru terlihat sangat cerah dengan sedikit awan putih yang menaunginya. Sungguh suatu pemandangan yang sangat menakjubkan.Sakia Rahayu atau Ara biasa gadis itu dipanggil, sedang duduk-duduk dikursi taman yang terletak di halaman belakang rumahnya. Ara sedang menikmati pemandangan sore yang cerah.Ara mengayun-ayunkan kakinya diatas ayunan, sambil membaca sebuah novel love story kesukaanya.Ditengah keasyikannya, Ara dikejutkan oleh sebuah suara yang berasal dari buk Darmi yang merupakan housekeeper dirumah keluarga Erlangga.“Maaf mengganggu, Kak,” ucap buk Darmi.“Ada apa, Buk?” tanya Ara.“Kakak dipanggil Bapak,” buk Darmi menambahkan.“Baik Buk, sebentar lagi saya kesana,” jawab Ara sopan.Meskipun buk Darmi adalah housekeeper dirumahnya, akan tetapi semua anggota keluarga sangat menghormati buk Darmi. Wanita paruh baya tersebut
Diruang keluarga, tampak ayah sedang duduk santai sambil membaca Koran yang ditemani secangkir kopi hangat, yang aroma kopinya menggelitik hidungku.Sekarang adalah hari Minggu, jadi ayah tidak ke kantor.“Pagi Ayah,” sapaku melihat ayah, sambil mencium sayang kedua pipi ayah. Meskipun sangat kecewa dengan keputusan ayah, akan tetapi aku mengenyampingkan ego, karena aku sangat menyayangi ayah.“Pagi juga sayang,” jawab Ayah.“Ayah sudah sarapan?” tanya Ara.“sudah sayang,” jawab Ayah lirih.“Ara sarapan dulu ya, Yah,” ucap Ara“Happy breakfast sayang,” terdengar jawaban ayah saat aku berjalan menuju meja makan untuk mengisi lambungku yang sudah tidak bisa diajak kompromi lagi.Aku sarapan sendiran dengan tenang. Setelah sarapan dan membereskan meja makan, aku melangkahkan kaki menuju ruang tamu dan duduk disamping ayah.“Bunda kapan pulan
Carista merupakan sahabatku dari masa putih dongker.Kami selalu bersama kemanapun. Akan tetapi hobi kami bertolak belakang.Carista sangat feminim, sedangkan aku tidak feminim sama sekali.Carista bekerja di sebuah perusahaan ternama dengan posisi sebagai sekretaris dari pemimpin perusahaan tempatnya bekerja.Liat cowok bening dikit, mood-nya langsung bagus.Mata Carista akan selalu berbinar jika melihat cowok keren seperti saat sekarang.Ibaratnya, cowok keren itu merupakan obat mata yang sangat manjur buat Carista.Suara pelayan restoran menghentikan obrolan kami. Pelayan restoran menata makanan yang telah kami pesan tadi.Setelah mempersilahkan untuk makan, sang pelayan pun meninggalkan meja kami.Selanjutnya, kami menikmati menu makan siang dengan diam.“Ada cerita nih Car,” curhatku membuka obrolan setelah selesai makan.“Tentang apa?” tanya Carista menoleh kearahku.
Sama dengan buku yang sudah aku punya. Pikiranku menerawang dengan sukses.“It’s ok,” jawabnya sambil tersenyum manis.Aku serasa meleleh melihat senyumannya dengan lesung pipi kembarnya.“Sadar Ara,” ucapku sambil menepuk-nepuk pipiku sendiri. Sedangkan cowok yang aku tabrak tadi sudah menghilang entah kemana.Entah berapa lama aku tertegun, yang pastinya pria tersebut sudah tidak kelihatan lagi.Setelah puas melihat-lihat dan membaca-baca buku, akhirnya aku memutuskan untuk pulang kerumah karena hari sudah mau maghrib.Sampai dirumah, aku langsung mandi untuk membersihkan diri terlebih dahulu dan bersiap-siap untuk menunaikan sholat maghrib berjamaah.Beginilah suasana rumah setiap harinya, jika maghrib sudah menjelang, disaat siang sudah berganti dengan malam.Setiap malamnya, semua anggota keluarga termasuk penjaga rumah, tukang kebun, dan supir selalu sholat maghrib berjamaah dengan a
Sebenarnya, dulu aku tinggalnya di apartemen karena ingin mandiri.Hingga suatu hari terjadi tragedy yang membuatku kritis, karena aku menjadi sasaran dari lawan bisnis ayah.Semenjak itu, aku tidak dibolehkan lagi untuk tinggal di apartemen, karena ayah khawatir dengan keadaan dan keselamatanku jika tanpa pengawasan darinya.Ayah memintaku kembali tinggal dirumah untuk menghindari hal-hal yang mengancam keselamatanku diluar sana.“Iya, Ayah,” jawabku dengan nada memohon sambil memandang Ayah penuh harapan.“Baiklah kalau itu pilihanmu. Ayah akan kabulkan semua permintaanmu, dengan syarat, jaga diri baik-baik. Hati-hati bertindak diluar sana, jangan gampang percaya sama orang yang baru dikenal, bisa jadi dia adalah musuh kita, dan hal yang paling penting adalah jaga nama baik keluarga. Ingat satu hal, sekarang sudah punya calon suami, yang artinya jangan memiliki hubungan dengan ”pria” manapun. Setelah satu
“Ayah mengizinkanku kembali ke apartemen, dengan syarat tinggal bersamamu di apartemen. So, you must join with me, Car. Let’s join us!”jawab Ara sambil tersenyum.“Wow, ada saham aku ternyata,” ucapnya dengan mata yang berbinar bahagia.“Pastinya. Kalau nggak mana mungkin Ayah akan setuju,” kata Ara.“Kenapa syaratnya nggak dipertemukan dulu sama orangnya, Ra?” usul Carista.“Aku nggak mikirin orangnya Car. Secara, kalau sudah pilihan orang tua nggak mungkin salah kan?” bela Ara.“Sangat betul. Kalau begitu kamu harus membayarku dengan gaji yang besar,” canda Carista“Ok. Satu saja cukup kan?” yakin Ara.Aku sudah tau “gaji” yang dimaksud Carista. Apalagi kalau bukan tas branded incarannya untuk menambah koleksinya.”it’s ok Ra. Ayo cepat makan, aku sudah nggak sabar dengan tasnya. Nanti kusampaikan d