LOGIN“Kenapa belum selesai? Aku ingin memakainya sekarang!”
Seperti biasa, Luna menjerit begitu kenyataan hidup tidak sesuai dengan apa yang diinginkannya. Suri baru saja mengatakan kalau gaun yang diinginkannya belum selesai.
Kesalahan yang langsung diukur sejajar dengan tindakan kriminal oleh Luna. “Aku harus berangkat sebentar lagi!” bentak Luna sambil mendorong tubuh Suri, dan merebut gaun yang ada di tangannya.
Ia baru puas setelah memeriksa sendiri kalau memang jahitannya belum sempurna. Tapi bukan tidak mungkin. Hanya bagian lengan yang masih terbuka, juga sedikit merapikan ujung gaun.
Untuk warna dan model, Luna tidak memiliki keluhan. Sudah sesuai dengan apa yang diinginkannya.
Apa yang ia bayangkan saat meminta gaun itu pada Suri sudah dituruti dan memang seindah itu.
Akan sangat sayang kalau tidak dipakai saat pesta pernikahan sepupunya itu. Luna sangat ingin memakainya. Sudah ada perhiasan dan make up yang bisa dipadukan.
Luna menatap gaun itu sambil mendesah. “Berapa lama lagi yang kau butuhkan untuk menyelesaikan semuanya?”
“Em.. empat atau li.. Lima jam.” Suri dengan sengaja memberikan tenggat waktu yang tidak mungkin ditunggu oleh Luna.
“Aghhhh!” Luna menghentakkan kaki di lantai, kembali terlihat seperti anak berumur lima, bukan dua puluh tiga.
“Ini tinggal sedikit, kau seharusnya bisa cepat menyelesaikannya!” Luna tidak mau menunggu empat jam, karena masih harus melakukan perjalanan ke Leicester yang akan memakan waktu dua jam. Ia akan terlambat kalau menunggu gaun itu selesai.
“Kenapa juga kau harus mengacaukan desain yang pertama? Seharusnya aku bisa memakainya sekarang!” Luna marah lagi sambil menyabetkan gaun lain yang kemarin dibelinya untuk cadangan seandainya Suri tidak bisa menyelesaikan gaun buatannya.
Gaun yang kini tampak semakin jelek, karena gaun buatan Suri itu memang lebih diinginkan Luna.
“Ada apa? Kenapa kau belum berangkat?” Keributan yang ini mendatangkan bala bantuan lebih cepat—dari Lottie, ibunya. Ia adalah tipe wanita yang akan muncul di majalah feminim tentang ibu ideal yang pandai memasak.
Wajahnya tampak hangat dan ceria, dengan pipi kemerahan sehat, dan penampilan yang rapi—tidak sampai berlebihan, tapi semua orang tahu kalau pakaian yang menempel di tubuhnya adalah mahal.
Tapi ia berjenis sama dengan Mark. Suri awalnya berharap Lottie akan lebih masuk akal, tapi ternyata tidak
Lottie menghampiri Luna begitu melihatnya marah dan frustasi, mengabaikan Suri yang berantakan dan jelas pucat karena kurang tidur selama dua hari ini.
“Kenapa kau marah lagi? Bukankah kau sudah punya gaun baru?” Lottie membujuk sambil mengusap kedua pipi Luna dengan lembut. “Jangan menangis lagi.”
Suri memalingkan wajah, tidak ingin menatap pemandangan itu.
“Kenapa kau masih iri? Tidak penting.” Suri menengur hatinya sendiri di dalam kepala.
Iri yang sudah basi dan tidak perlu. Seharusnya Suri sudah terbiasa. Tapi memang kasih sayang Lottie adalah apa yang paling diharapkan Suri saat pertama datang ke rumah itu.
Saat ada orang yang mengabarkan kalau kedua orang tuanya yang selama ini tidak tahu kemana ditemukan, tentu saja Suri langsung membayangkan pelukan hangat seorang ibu yang akan menyambut.
Bayangan yang menjadi semakin indah saat Suri mendengar kalau dirinya ternyata memiliki adik perempuan. Orang tua yang lengkap dan adik perempuan!
Keluarga lengkap seperti yang diinginkannya sejak kecil—menjadi impian hampir setiap anak yang ada di rumah singgah. Tentu saja setiap anak yatim piatu pernah membayangkan kalau jati dirinya adalah anak hilang dari keluarga kaya raya.
Suri merasa seperti berhasil menangkap bintang jatuh saat berita bak dongeng itu datang. Ia sempat tidak yakin, tapi benar terjadi karena diyakinkan dengan tes DNA dan pengecekan riwayat. Suri memang anak hilang yang dicari oleh keluarga Quinn.
Semua gembira dan girang yang tentu disesali Suri sekarang. Ia tidak mengerti kenapa, tapi semua Quinn menganggapnya seperti tanah. Harus diinjak setiap saat. Tentu Suri pernah bertanya kenapa mereka bersikap seperti itu, tapi hanya menghasilkan luka lain.
Suri tidak lagi bertanya setelah itu—berhenti bertanya tentang apapun karena memang tidak boleh. Suri bertahan hidup sampai sekarang dengan banyak diam.
Mimpinya tidak menjadi nyata dengan indah. Bintang jatuh yang ditangkap Suri ternyata terus menyala, sampai membakar dan meninggalkan bekas luka di sekujur tubuhnya.
***
“Bawa saja dia ke Leicester. Dia bisa menjahitnya saat menginap. Acaranya masih besok. Hari ini kau hanya perlu menghadiri bachelorette party, belum perlu memakai gaun itu.”
Suri tadi sudah agak muram karena mengingat kebodohan masa lalunya, tapi nyaris tidak bisa menahan senyum saat mendengar usulan Lottie itu.
Suri sebenarnya akan mengusulkan hal yang sama kalau pikiran Luna tidak sampai ke sana, tapi Lottie sampai rupanya.
“Tidak mau! Apa kata orang kalau melihatnya?!” Luna menggeleng. Pikiran Luna tidak sampai ke sana karena tidak mau menjelaskan kepada orang lain siapa Suri.
“Katakan saja dia asistenmu atau pelayan. Mereka tidak akan peduli setelahnya.” Lottie mengusulkan hal lain yang membuat kegembiraan Suri agak rusak.
Tapi sekali lagi Suri menegur hatinya. Saran Lottie itu yang paling masuk akal, Suri saja yang berharap terlalu tinggi. Tidak mungkin tiba-tiba Lottie mengusulkan untuk mengakui kalau Suri adalah kakak Luna.
“Tapi… tapi…” Luna masih menimbang, sebelum akhirnya mengangguk. Kalau ingin memakai gaun itu, maka ia perlu membawa Suri.
“Awas saja kalau kau bicara dan membuatku malu. Pokoknya kau tidak boleh menemui siapapun! Di kamar saja.” Luna setelah itu menyebutkan seribu satu macam larangan yang tentu tidak didengar.
Suri sudah punya rencana sendiri. Ia butuh ikut ke acara pernikahan itu untuk Leland tentu. Leland termasuk undangan karena juga teman dari pengantin pria—pengantin wanita sepupu Luna.
Suri akan melanjutkan rencananya di sana. Suri tentu tidak naif dan menganggap kalau menunjukkan tubuhnya sekali saja sudah cukup untuk membuat Leland tergoda atau kasihan.
Menggoda pria memang tidak mudah, apalagi kalau yang digoda adalah pria yang penuh perhitungan.
Suri sudah cukup lama mengamati buruannya dari jauh—setiap kali pria itu datang menemui Luna—dan tahu kalau Leland bukan tipe pria yang mudah berliur saat melihat tubuh wanita.
Karenanya Suri membutuhkan strategi yang tepat dan detail.
Lottie dan Mark saling berpandangan, tidak ada yang terucap, tapi mata mereka penuh sukacita.“Kau akan selamat… kau akan sehat lagi …” Lottie meremas tangan Mark yang mengangguk.“Suri…” Mark menatap Suri dengan mata penuh air mata haru. “Terima kasih.”Terdengar suara muak dari Leland, yang mendekati Suri. Masih ingin berusaha. “Rain… aku mohon. Jangan—”Suri mengangkat tangan, meminta Leland diam, kemudian berjalan mendekati Mark, berdiri di samping ranjangnya.“Te…terima kasih, Suri.” Mark berterima kasih lagi, bahkan berusaha meraih tangan Suri—yang mana dihindari.Suri mundur, masih dekat tapi di luar batas jangkauan tangan Mark. Pandangan Mark pun berubah heran.“Baru sekarang aku mendengar mu begitu sering menyebut namaku. Kau dulu lebih sering menyebutku ‘makhluk’, ‘anak sialan’, ‘kutukan’, ‘pembawa sial’, ‘makhluk aneh’ dan lainnya. Kau nyaris tidak pernah memanggilku dengan nama.” Suri hanya memberi sedikit contoh, masih banyak yang lainnya. Mata Mark melebar kebingungan. T
Leland ingin mencari Suri, tapi saat sampai di luar tentu Suri sudah tidak terlihat. Leland sangat bisa bertanya dimana Suri, tapi rasanya akan percuma. Suri terlihat sangat bertekad tadi.“Belum tentu akan cocok. Kau tenanglah.” Kaiden yang sudah menyusul keluar menepuk punggung Leland ingin menenangkannya.“Bagaimana kalau cocok?” Leland melotot padanya.“Well…” Kaiden mengangkat bahu. “Sekali lagi itu terserah Suri. Ia berhak memutuskan apa yang terjadi pada tubuhnya sendiri. Apalagi ini bukan hal ilegal.”“Seharusnya ilegal! Kenapa Suri harus menghabiskan seumur hidup hanya dengan satu ginjal? Pria itu tidak pantas mendapatkan apapun dari Suri!”Leland menghempaskan diri di atas kursi sambil meremas rambutnya sendiri. Tidak berusaha mencari Suri karena ia juga yakin usahanya itu akan percuma. Suri kemungkinan tidak mau mendengarnya.“Suri lebih baik dari kita. Aku pun mungkin tidak akan sudi memberikan.” Kaiden duduk di samping Leland, menepuk pahanya.Leland hanya bisa menghela na
Suri mendekat, menatap mata cekung yang tidak lagi menakutkan. Suri masih ingat bagaimana mata itu membuatnya takut. Mata itu yang dipakai Mark untuk memberi peringatan padanya. Suri akan menghindar setiap kali mata itu tertuju padanya.Tapi tidak untuk saat ini, Suri menatap balik. Mata gelap itu tidak menakutkan. Tidak bisa melotot, sayu dan tampak tidak fokus. Sama sekali tidak menunjukkan tanda kalau dulu pernah menjadi sumber teror.“Su—tolong aku…” Mark berbisik, lirih. Tangannya bergerak, ingin menggapai, meminta Suri menyentuhnya.Suri hanya menatap tentu. Tangan itu yang selalu menyakitinya. Tidak mungkin Suri ingin menyentuhnya.Tangan Mark akhirnya hanya menggantung di udara—tidak bersambut, sebelum akhirnya kembali jatuh lemas.Meski hanya separuh sadar, Mark mengerti kalau dirinya baru saja diabaikan, matanya tampak memerah.“Kau tahu…” Suri bergumam, tanpa senyum, hanya tatapan.Suri tidak ingin menjelaskan emosinya memang, ia ingin Mark menebak. Juga Lottie, yang perlah
“Kenapa kau ikut?” Leland memprotes kehadiran Kaiden di samping Silas yang sedang menyetir.Leland sudah cukup jengkel karena harus mengantar Suri, tambahan keberadaan Kaiden sangat tidak diinginkan.“Grandad yang menyuruhku. Katanya harus menjaga Suri juga.” Kaiden juga tidak berinisiatif. “Tapi memang aku ingin melihat bagaimana Quinn sekarang. Banyak yang bertanya padaku tentang mereka—terutama setelah berita itu, dan aku sudah bosan menjawab tidak tahu.”Kaiden menyebut sedikit motif lain yang membuatnya dengan rela mengikuti permintaan Martell. Karena pernikahan York dengan Quinn memang terjadi, Kaiden menjadi sasaran tanya orang yang penasaran.“Untuk apa Grandad menyuruhmu ikut?” Leland bingung.“Katanya untuk menjaga Suri.” Kaiden menyebut alasan Martell sambil mengerutkan kening. “Itu aneh.”Kaiden tadi menurut karena punya maksud lain, kini merasa alasan itu janggal.“Untuk apa juga? Sudah ada aku dan Silas.” Kejanggalan itu disebutkan oleh Leland.Bahkan Suri yang sejak tadi
Tapi ada satu orang yang tampak tidak waras—yaitu Lottie.“Ada ada dengannya?” gumam Suri, heran. Dari kejauhan pun mereka bisa melihat kalau Lottie dalam keadaan tidak baik-baik saja.Penampilannya berantakan. Rambutnya tidak tergelung rapi, dan mantelnya miring karena ikatan tali di pinggangnya tampak longgar. Penampilan yang sangat tidak mencerminkan Lottie seperti yang biasa dilihat Suri.“Suri!”Saat melihat Suri, Lottie langsung berseru penuh dengan kelegaan. Tidak ada bentakan atau hinaan, wajahnya murni lega saat menghampiri Suri.“Stop!” Leland tidak membiarkannya sampai menyentuh Suri tentu. Silas sudah maju dan menghadangnya dengan tangan.“Aku tidak akan melakukan apapun. Aku hanya—tolong lah!” Lottie merintih lalu membuat semua orang terkejut saat tiba-tiba saja menjatuhkan lututnya ke lantai.Suri tentu saja langsung mundur menjauh—bersama Leland. “Apa—”Suri mengangkat kedua tangannya, menghindar saat Lottie berusaha menjangkau. Suri tetap tidak mau disentuh meski sedang
“Oh… katakan saja kau iri.” Kaiden terkekeh, “Kau iri bentuk tubuhku lebih indah darimu.” Kaiden membusungkan dadanya yang kekar, lalu menepuk perutnya yang rata.“Apa yang harus aku irikan? Kau kecil dan—”“Apa? Siapa yang kau sebut kecil?” Kaiden lebih sabar dari Leland, tapi tentu tidak akan berlega hati begitu membahas ‘kecil’.“Kau merasa perlu memamerkan karena—”“Apa menurut kalian itu hal yang pantas dibahas di meja makan?!” bentak Martell, akhirnya menengahi.“Tapi dia mengejek!” Kaiden tidak mau dimarahi tentuk karena Leland yang mencela terlebih dulu.“Karena memang benar kau menyakiti mata! Grandad juga keberatan tadi!” Leland menyeringai, merasa menang.“Kau diamlah!” Martell malah menegur Leland. “Aku hanya merasa Kaiden tidak pantas, kau malah membahas kecil dan lainnya.’“Hei! Kau seharusnya mendukungku!” Leland tidak terima dan semakin kesal.“Rasakan! Kau seharusnya tidak ikut campur!” Kaiden yang tertawa sekarang.“Jangan merasa menang! Aku masih berpendapat kau tida







