Home / Romansa / Mencuri Calon Suami Adikku / #003 Pengaturan Yang Berikutnya

Share

#003 Pengaturan Yang Berikutnya

Author: aisakurachan
last update Last Updated: 2025-07-28 12:02:17

“Kenapa belum selesai? Aku ingin memakainya sekarang!”

Seperti biasa, Luna menjerit begitu kenyataan hidup tidak sesuai dengan apa yang diinginkannya. Suri baru saja mengatakan kalau gaun yang diinginkannya belum selesai. 

Kesalahan yang langsung diukur sejajar dengan tindakan kriminal oleh Luna. “Aku harus berangkat sebentar lagi!” bentak Luna sambil mendorong tubuh Suri, dan merebut gaun yang ada di tangannya.

Ia baru puas setelah memeriksa sendiri kalau memang jahitannya belum sempurna. Tapi bukan tidak mungkin. Hanya bagian lengan yang masih terbuka, juga sedikit merapikan ujung gaun.

Untuk warna dan model, Luna tidak memiliki keluhan. Sudah sesuai dengan apa yang diinginkannya. 

Apa yang ia bayangkan saat meminta gaun itu pada Suri sudah dituruti dan memang seindah itu.

Akan sangat sayang kalau tidak dipakai saat pesta pernikahan sepupunya itu. Luna sangat ingin memakainya. Sudah ada perhiasan dan make up yang bisa dipadukan.

Luna menatap gaun itu sambil mendesah. “Berapa lama lagi yang kau butuhkan untuk menyelesaikan semuanya?”

“Em.. empat atau li.. Lima jam.” Suri dengan sengaja memberikan tenggat waktu yang tidak mungkin ditunggu oleh Luna.

“Aghhhh!” Luna menghentakkan kaki di lantai, kembali terlihat seperti anak berumur lima, bukan dua puluh tiga.

“Ini tinggal sedikit, kau seharusnya bisa cepat menyelesaikannya!” Luna tidak mau menunggu empat jam, karena masih harus melakukan perjalanan ke Leicester yang akan memakan waktu dua jam. Ia akan terlambat kalau menunggu gaun itu selesai.

“Kenapa juga kau harus mengacaukan desain yang pertama? Seharusnya aku bisa memakainya sekarang!” Luna marah lagi sambil menyabetkan gaun lain yang kemarin dibelinya untuk cadangan seandainya Suri tidak bisa menyelesaikan gaun buatannya.

Gaun yang kini tampak semakin jelek, karena gaun buatan Suri itu memang lebih diinginkan Luna.

“Ada apa? Kenapa kau belum berangkat?” Keributan yang ini mendatangkan bala bantuan lebih cepat—dari Lottie, ibunya. Ia adalah tipe wanita yang akan muncul di majalah feminim tentang ibu ideal yang pandai memasak.

Wajahnya tampak hangat dan ceria, dengan pipi kemerahan sehat, dan penampilan yang rapi—tidak sampai berlebihan, tapi semua orang tahu kalau pakaian yang menempel di tubuhnya adalah mahal. 

Tapi ia berjenis sama dengan Mark. Suri awalnya berharap Lottie akan lebih masuk akal, tapi ternyata tidak 

Lottie menghampiri Luna begitu melihatnya marah dan frustasi, mengabaikan Suri yang berantakan dan jelas pucat karena kurang tidur selama dua hari ini.

“Kenapa kau marah lagi? Bukankah kau sudah punya gaun baru?” Lottie membujuk sambil mengusap kedua pipi Luna dengan lembut. “Jangan menangis lagi.”

Suri memalingkan wajah, tidak ingin menatap pemandangan itu. 

“Kenapa kau masih iri? Tidak penting.” Suri menengur hatinya sendiri di dalam kepala.

Iri yang sudah basi dan tidak perlu. Seharusnya Suri sudah terbiasa. Tapi memang kasih sayang Lottie adalah apa yang paling diharapkan Suri saat pertama datang ke rumah itu. 

Saat ada orang yang mengabarkan kalau kedua orang tuanya yang selama ini tidak tahu kemana ditemukan, tentu saja Suri langsung membayangkan pelukan hangat seorang ibu yang akan menyambut.

Bayangan yang menjadi semakin indah saat Suri mendengar kalau dirinya ternyata memiliki adik perempuan. Orang tua yang lengkap dan adik perempuan!

Keluarga lengkap seperti yang diinginkannya sejak kecil—menjadi impian hampir setiap anak yang ada di rumah singgah. Tentu saja setiap anak yatim piatu pernah membayangkan kalau jati dirinya adalah anak hilang dari keluarga kaya raya.

Suri merasa seperti berhasil menangkap bintang jatuh saat berita bak dongeng itu datang. Ia sempat tidak yakin, tapi benar terjadi karena diyakinkan dengan tes DNA dan pengecekan riwayat. Suri memang anak hilang yang dicari oleh keluarga Quinn.

Semua gembira dan girang yang tentu disesali Suri sekarang. Ia tidak mengerti kenapa, tapi semua Quinn menganggapnya seperti tanah. Harus diinjak setiap saat. Tentu Suri pernah bertanya kenapa mereka bersikap seperti itu, tapi hanya menghasilkan luka lain.

Suri tidak lagi bertanya setelah itu—berhenti bertanya tentang apapun karena memang tidak boleh. Suri bertahan hidup sampai sekarang dengan banyak diam.

Mimpinya tidak menjadi nyata dengan indah. Bintang jatuh yang ditangkap Suri ternyata terus menyala, sampai membakar dan meninggalkan bekas luka di sekujur tubuhnya.

***

“Bawa saja dia ke Leicester. Dia bisa menjahitnya saat menginap. Acaranya masih besok. Hari ini kau hanya perlu menghadiri bachelorette party, belum perlu memakai gaun itu.” 

Suri tadi sudah agak muram karena mengingat kebodohan masa lalunya, tapi nyaris tidak bisa menahan senyum saat mendengar usulan Lottie itu. 

Suri sebenarnya akan mengusulkan hal yang sama kalau pikiran Luna tidak sampai ke sana, tapi Lottie sampai rupanya.

“Tidak mau! Apa kata orang kalau melihatnya?!” Luna menggeleng. Pikiran Luna tidak sampai ke sana karena tidak mau menjelaskan kepada orang lain siapa Suri.

“Katakan saja dia asistenmu atau pelayan. Mereka tidak akan peduli setelahnya.” Lottie mengusulkan hal lain yang membuat kegembiraan Suri agak rusak.

Tapi sekali lagi Suri menegur hatinya. Saran Lottie itu yang paling masuk akal, Suri saja yang berharap terlalu tinggi. Tidak mungkin tiba-tiba Lottie mengusulkan untuk mengakui kalau Suri adalah kakak Luna. 

“Tapi… tapi…” Luna masih menimbang, sebelum akhirnya mengangguk. Kalau ingin memakai gaun itu, maka ia perlu membawa Suri.

“Awas saja kalau kau bicara dan membuatku malu. Pokoknya kau tidak boleh menemui siapapun! Di kamar saja.” Luna setelah itu menyebutkan seribu satu macam larangan yang tentu tidak didengar.

Suri sudah punya rencana sendiri. Ia butuh ikut ke acara pernikahan itu untuk Leland tentu. Leland termasuk undangan karena juga teman dari pengantin pria—pengantin wanita sepupu Luna.

Suri akan melanjutkan rencananya di sana. Suri tentu tidak naif dan menganggap kalau menunjukkan tubuhnya sekali saja sudah cukup untuk membuat Leland tergoda atau kasihan.

Menggoda pria memang tidak mudah, apalagi kalau yang digoda adalah pria yang penuh perhitungan.

Suri sudah cukup lama mengamati buruannya dari jauh—setiap kali pria itu datang menemui Luna—dan tahu kalau Leland bukan tipe pria yang mudah berliur saat melihat tubuh wanita.

Karenanya Suri membutuhkan strategi yang tepat dan detail.

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
yussi_aja
suri Percaya diri dng wajahnya berarti
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Mencuri Calon Suami Adikku   #107 Pengaruh Yang Ditanamkan

    “Itu dia.” Lottie lega saat melihat Rowena berdiri bersama seorang gadis yang tampak asing.“Siapa?” Luna yang ada di sampingnya berbisik, ia menunjuk gadis itu karena merasa gadis itu cukup dekat dengan Rowena. Mereka bicara dengan kepala yang nyaris menempel.“Entahlah. Tamu mungkin.” Lottie belum pernah melihat—maupun bertemu. Ia akan ingat kalau pernah bertemu karena memang sangat menawan. Kostum yang dipakainya cantik—mode cinderella berwarna biru, dan jelas terlihat dibuat dengan hati-hati. Bukan orang sembarangan.“Sudahlah. Fokus pada Rowena.” Lottie tidak akan membahas wanita yang tidak dikenalnya.“Bukan anaknya?” Luna menebak.“Bukan, terlalu tua.” Lottie tahu Rowena memiliki putri yang sangat cemerlang dan bukan itu orangnya. Ia pernah bertemu.“Lady Rowena.” Lottie menyapa hangat begitu sampai di hadapannya.“Terima kasih atas undangannya. Saya gembira melihat Anda sehat.” Lottie berbasa-basi biasa.Rowena menyambut jabat tangan, dan ciuman pipi kanan-kiri seperti biasa,

  • Mencuri Calon Suami Adikku   #106 Lupa Yang Agak Fatal

    “Kita masih punya banyak waktu, jadi tenang saja.”Suri langsung merasa hina, karena Leland malah sudah kembali serius memijat, sementara otaknya masih perlu disucikan.“Ka–kau serius sa–at mengatakan bisa memijat.” Suri mengalihkan pikirannya agar kembali suci. Suri dulu juga nyaris tidak bisa membedakan tangan Leland dengan wanita yang melakukan pijatan saat di resort.“Memang aku serius—aku belajar secara serius. Seharusnya kau tahu kalau tangan ini sangat profesional.” Leland mengangkat kedua tangannya.“Ke–kemampuan ya–ng random. Untuk a–pa?” Suri jelas menganggap ilmu itu sesuatu yang tidak dibutuhkan oleh Leland.Ia bisa membayar siapapun untuk memijatnya—atau siapapun yang diinginkan—tidak perlu belajar sendiri. “Ibuku. Dia memiliki masalah di kaki,” kata Leland sambil meremas betis Suri.“Mom tidak suka memakai hak tinggi, tapi harus karena acara seperti ini. Ia akan cepat kesal saat terapis langganannya tiba-tiba cuti atau berhalangan. Aku memijatnya sekali dan ibuku menga

  • Mencuri Calon Suami Adikku   #105 Hangat Yang Dulu Tidak Terlihat

    “Bagaimana kau bisa mengubahnya begitu cepat?” Leland dengan heran menatap gaun yang akan dipakai Suri nanti.Masih menempel di manekin, Suri sudah bersiap memakai, tapi Maxi dengan ribut mengeong dan mengganggu kakinya. Suri harus mengelusnya beberapa kali sebelum bisa melangkah.Ini yang memberi waktu bagi Leland untuk kagum pada hasil kerja tangan Suri. Setelah pulang dari bakery milik Mae, kemarin Leland baru memberitahu kalau mereka harus menghadiri acara Rowena. Agak terpaksa karena sudah berjanji.Leland menawarkan pada Suri untuk membeli gaun baru, tapi Suri menolak dan mengatakan punya gaun yang tepat untuk acara itu. Acara yang dihadirinya adalah bukan sekedar pesta biasa—tapi pesta dengan tema. Kostumnya harus khusus.Untuk Leland, tidak perlu banyak berpikir. Ada Silas yang menyiapkannya, dan memang lebih mudah. Pernik dan aksesoris Suri yang lebih banyak. Tapi Suri ternyata hanya perlu membeli beberapa yang cukup umum, juga penyesuaian untuk kostum dari gaun yang sudah a

  • Mencuri Calon Suami Adikku   #104 Uang Yang Sangat Banyak

    “Jangan begitu!” sergah Suri. “Aku sudah cemas saat Leland hampir mengenalimu kemarin.”Jelas tidak akan mengizinkan Connor menantang bahaya sejauh itu—berbahaya juga untuknya.Dan Suri tahu ia juga tidak boleh terlalu lama bertemu Connor saat ini. Ia segera mengambil dompet dan menyerahkan kartu kreditnya pada Connor.“Oke.” Connor dengan santai mengeluarkan mesin pembaca kartu kredit dari dalam tasnya lalu menggesekkan kartu itu pada mesin. Ia mengetikkan jumlah uang yang harus dibayar Suri, dan memprosesnya.“Kenapa banyak sekali? Berapa jumlah nolnya?” Sarah panik saat melihat berapa kali Connor menekan angka nol. Ia bahkan belum selesai menghitung jumlah nol dalam nominal itu saat layar mesin itu kembali berganti.“Apa yang kau lakukan, Suri?” Sarah menatap Suri, langsung mencium ketidakberesan lagi.“Tidak ada, Sarah.” Suri menenangkan“Tidak ada bagaimana? Kau melakukan apa dengannya?” Sarah meremas tangan Suri, sangat cemas.“Yang pasti Suri tidak membayar jumlah itu untuk tubu

  • Mencuri Calon Suami Adikku   #103 Pria Yang Harus Rahasia

    “Anda ingin memesan apa?” Mae mengetuk meja kasir sambil tersenyum, menarik perhatian Leland yang sejak tadi hanya berdiri di depan etalase, tanpa benar-benar memilih.“Kopi.” Itu saja yang terlintas dalam benak Leland.“Ah! Kebetulan sekali” Mae tampak girang. “Kami baru seminggu ini menjual kopi, dan belum banyak peminatnya. Kami juga menyediakan banyak kue baru dengan rasa kopi. Ini… dan ini juga. Semuanya menu baru.” Mae dengan bersemangat menunjuk kue-kue terbaru buatannya.“Kau baru seminggu menjual kopi di cafe?” Leland tidak jadi memilih karena terlalu heran. Tentu saja aneh mendengar ada cafe yang tidak menyediakan kopi. Teh dan kopi seperti menu wajib yang harus ada di cafe.“Saya tidak menyukai aroma kopi, tapi sekarang sudah mulai terbiasa. Jadi mulai menjualnya.” Mae menjelaskan dengan senyu, simpul.“Tidak menyukai aroma kopi?” Leland nyaris merasa terhina saat mendengarnya. Kopi termasuk aroma yang menurutnya paling eksotik—bersanding sama dengan melati.“Ya, preferensi

  • Mencuri Calon Suami Adikku   #102 Rahasia Yang Tiba-Tiba

    “Temanmu di sini? Dia bisa menyewa tanah di toko di area ini?” Leland kaget saat Silas menghentikan toko di area yang strategis.“Pasti dia sangat percaya diri dengan kemampuannya membuat kue, sampai berani sekali menyewa di area premium seperti ini,” kata Leland.“Bu–bukan. Te–temanku hanya bekerja di sini. Dia bu–bukan pemiliknya.” Suri belum sempat menjelaskan tadi.“Oo, oke. Aku mengerti.” Leland salah mengira saat Suri menyebut tujuannya adalah bakery, ia langsung menebak kalau teman Suri pemiliknya.“Bagaimana kau bisa berteman dengannya?” Leland bertanya saat mereka berjalan ke toko itu, penasaran.“Kau bertemu dengannya di mana? Apa sebelum kau masuk ke dalam keluarga Quinn?”Suri menggeleng. “D–dia bekerja untuk keluarga Quinn, ta–tapi dipecat ka–karena menolongku.”“Saat aku merasa mereka tidak bisa lagi jatuh ke titik yang terendah, ternyata bisa. Mereka memang menjijikkan.” Leland bergidik sambil membuka pintu bakery itu untuk Suri. Bermodel klasik yang langsung berdenting b

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status