Home / Rumah Tangga / Mencuri Hati Mantan Suamiku / Chapter 4 Mengambil Keputusan

Share

Chapter 4 Mengambil Keputusan

Author: Marvinar
last update Huling Na-update: 2023-08-18 11:57:40

“Aku akan menjemputmu. Kita pergi makan malam.”

“Tidak perlu, kita bertemu langsung saja di sana.”

“Elena, biarkan aku menjemputmu kali ini. Bisa, kan?”

“Kenapa kau bersikeras menjemputku?”

“Tak apa, hanya ingin memudahkanmu saja. Kau pasti lelah menyetir sendiri.”

Dengan nada tak acuh, Drake menjawab.

“Baiklah. Aku akan mengirim alamatku yang sekarang padamu nanti.”

“Ya, aku tunggu. Sampai jumpa nanti malam.”

     Elena yang menutup panggilan lebih dulu. Drake tersenyum lebar seraya bersandar di kursi kerjanya. Menarik, mengingat Elena akhirnya menghubunginya, untuk membahas tawarannya.

Menatap ponselnya dalam kebisuan, Elena mengembuskan napas dengan berat. Pandangannya beralih pada cermin di depannya. Satu tetes air mata jatuh. Jatuh sedalam hidupnya saat ini.

     Dalam dunia di penuhi serigala ini, Elena berdiri sendirian. Berbagai macam serigala buas mengelilinginya. Jika tak ada cara melarikan diri di antara para serigala yang kejam ini, setidaknya Elena tahu, serigala mana yang ia temui dan kenal sebelumnya. Bukankah itu lebih baik? Yang sedikit lebih baik dari sekumpulan yang terburuk.

“Aku dalam perjalanan ke rumahmu, Elena.”

     Itu isi pesan teks dari Drake. Elena masih mematut dirinya di depan cermin. Gaun berwarna biru navy polos yang memiliki panjang sedikit di bawah lutut dengan lengan panjang, krah berbentuk V, Elena mengambil satu buah kalung sebagai pelengkap. Menambah kesan keanggunan dalam dirinya.

Tak lama kemudian, terdengar suara mobil memasuki jalanan depan rumah Elena. Bunyi bel rumah pun menyusul selanjutnya. Elena segera meraih tas kecil di meja kerjanya. Ia membuka pintu usai bel berbunyi sekali lagi.

“Hai, Elena.”

     Drake dengan sopan menyapa. Memakai pakaian formalnya yang berwarna biru tua, Drake tampak cocok. Tunggu, biru? Kenapa tema baju mereka kebetulan sama?

“Kebetulan sekali, warna tema kita sama,” ujar Drake dengan santai.

“Hai, Drake. Ya, kebetulan yang menarik.”

     Elena dan Drake lalu berjalan menuju mobil. Sang sopir sudah bersiap. Elena menikmati pemandangan jalan. Demikian juga dengan Drake. Hingga sampailah keduanya di tempat makan yang dimaksud.

Beberapa saat setelah memesan menu steak andalan tempat itu, Drake juga memesan sebuah wine. Membuat Elena menaikkan satu alisnya.

“Wine di sini enak. Kau pasti akan menyukainya, Elena.”

“Drake, kau tahu tujuanku menghubungimu, kan?”

“Ya, tapi, sebelum membahas hal itu, kita nikmati makan malam ini dengan santai. Bagaimana?”

“Ya, aku setuju. Mengingat aku sudah lapar.”

“Kenapa saat denganku kau selalu terlihat kelaparan, Elena?”

“Dan mungkin saja itu karena melihatmu menguras energi dan emosi.”

     Elena tersenyum mengejek. Drake menyambut ejekannya dengan senyuman yang sama.

“Bisa jelaskan, kenapa aku menguras energi dan emosimu?”

     Elena memikirkan alasan yang tak membuat Drake salah paham. Ia tak ingin itu terjadi. Tepat saat itu, seorang pelayan menuangkan wine ke masing – masing gelas. Baru setelah pelayan itu pergi, Elena melanjutkan.

“Emosi dalam artian yang menjengkelkan, tentu saja. Lihat, sekarang kau mau berbasa – basi, tak seperti dulu yang selalu langsung ke poin utama pembicaraan.”

“Ya, aku sedikit berubah, kan?”

“Tidak juga. Sifat dominan dan memerintahmu masih kental.”

“Setidaknya sekarang aku tahu jika basa - basi itu penting.”

“Benarkah kau berpikir demikian, Drake?”

“Ya, kurang lebih. Basa basi saat ini penting karena membuatku lebih lama menatap wanita cantik di depanku ini.”

     Elena tergelak, ia lalu menahan tawanya. Versi Drake yang ini tak pernah gagal membuatnya muak sekaligus geli.

“Cantik itu relatif.”

“Ya, tapi, kau tampak lebih cantik malam ini.”

“Kau juga tampan, warna itu cocok denganmu.”

“Kalau saja kau membiarkan satu dua ikal rambut jatuh, itu akan membuatmu semakin sempurna, Elena.”

“Kurasa itu artinya berantakan bagiku, Drake.”

“Dari sudut pandangmu mungkin, ya. Tapi, tidak denganku.”

“Apa kita sedang memulai hidangan utamanya? Langsung ke hal yang kau sebut ... merayu?”

     Giliran Drake yang terkekeh. Menyenangkan sekali berbasa - basi dengan Elena, saling mengejek satu sama lain seperti saat mereka kecil dulu. Wajah wanita di depannya itu tetap bersinar, masih sama seperti 19 tahun lalu, saat mereka pertama bertemu.

“Aku bahkan sudah lupa, kapan terakhir kita makan malam dan berbicara santai seperti ini.”

     Ucapan Elena membuat Drake menghentikan senyumnya. Benar, apa yang dikatakan Elena, ia juga lupa kapan terakhir bisa bersantai dengan Elena seperti sekarang, seperti masa kecil mereka.

“Menjadi sepasang suami istri ternyata justru membuat kita lebih canggung, kan? Seperti sebelum hari ini, kita sudah menjadi orang asing sejak perceraian tahun lalu, Drake.”

     Pria berambut hitam legam itu tersenyum miring usai mendengar kata ‘orang asing’ keluar dari bibir Elena. Faktanya memang usai perceraian, mereka berdua sama sekali tak bertemu tujuh bulan terakhir. Sekilas, Drake menatap Elena yang kembali menyesap winenya.

     Tak lama kemudian, seorang pelayan datang membawa steak pesanan mereka. Elena mengucapkan terima kasih kepada pelayan tersebut sebelum beranjak pergi. Drake sudah mengiris steaknya menjadi beberapa potongan, sebelum menukarnya dengan steak milik Elena.

“Kenapa kau menukarnya, Drake?”

“Sopan santun seorang pria, Nona Elena.”

     Elena lalu mencibir sesaat, sebelum mengambil alat makannya.

“Sopan santun boleh, tapi, tak ada kata bersahabat untuk sesama orang asing, Drake.”

     Elena sengaja mengejek Drake. Ya, sedekat apa pun persahabatan mereka, setelah bercerai, tak ada ikatan dan komunikasi sama sekali di antara keduanya.

“Dan tak ada pula kata kakak untuk mantan suami, kan?”

     Serangan balasan dari Drake berhasil membuat Elena tertegun, sebelum kembali bersikap tak peduli dan menikmati steaknya. Drake ikut diam hingga makanannya habis.

“Bisakah kita membahas hal terpenting sekarang?”

Elena memulai pembahasan. Drake dengan santai mengangguk. Elena meneguk kembali winenya agar lebih tenang.

“Aku menerima tawaranmu, bantu aku memulihkan perusahaanku, Drake.”

     Mata Elena menatap lurus pria dengan iris berwarna abu itu, ketika dengan santai pria itu membalas tatapannya. Drake tersenyum, senyum yang Elena tahu adalah senyum dominasi dari Drake.

“Itu bagus, Elena. Keputusan yang terbaik.”

     Mengabaikan pikiran yang sempat teralihkan oleh senyum pria di hadapannya, Elena berfokus pada pertanyaan – pertanyaan di kepalanya saat ini.

“Kita harus membahas banyak hal terkait poin – poin pentingnya, Drake.”

“Tentu, sama seperti saat kita menyusun kontrak untuk pernikahan bisnis kita.”

“Biar kuperjelas, kau hanya memintaku merayumu, kan? Aku akan menang jika selama enam bulan itu aku membantumu meningkatkan nilai saham dan mengelabuhi media, serta menyingkirkan gerombolan wanita penganggumu sebagai kekasih, dan kau yang menang jika ....”

     Elena menghentikan kalimatnya seraya memberi tatapan bertanya kepada Drake untuk melengkapi kalimat.

“Jika kau yang jatuh cinta padaku, Elena.”

“Lalu, jika aku menang, saham akan dibagi dengan selisih milikku 10% lebih banyak daripada milikmu. Jika kau yang menang, saham terbesarnya menjadi milikmu, begitu, kan?”

“Jika aku yang menang, apa kau akan mengakuinya?”

“Apa pun itu, aku setuju karena yakin jika akulah pemenangnya, tapi, dalam hal merayu, aku ingin agar klausa tidur bersama ditiadakan. Aku hanya perlu merayumu saja, kan?”

     Drake terkekeh, seolah sedang menatap anak sekolah di depannya. Wanita di masa kecilnya ini memang lain dibandingkan wanita – wanita di sekitarnya.

“Separah itukah kau tak ingin tidur denganku?”

“Bahkan saat kita masih menjadi suami istri pun, kita tak pernah tidur bersama. Hanya tetap menghormati kehidupan pribadi masing – masing. Lalu, tidak mungkin juga kalau di kontrak kali ini kita melakukannya, kan?”

“Apa kau belum pernah tidur dengan pria sekalipun?”

Perubahan topik tiba – tiba ini membuat Elena tertegun. Ia lalu mengalihkan pandangan ke arah winenya.

“Aku tak ingin menjawabnya.”

“Dari ekspresimu aku sudah tahu jawabannya.”

“Jangan membahas tentang ini, Drake. Katakan saja persetujuanmu, tambahkan poin dalam kontraknya, aku tak akan tidur denganmu.”

“Baiklah, baiklah, aku akan menambahkan hal ini. Tapi, bagaimana jika yang terjadi kebalikannya?”

“Maksudmu?”

“Bagaimana jika kau yang ingin tidur denganku?”

     Elena tergelak, pertanyaan Drake sangat lucu. Layaknya mendengar jika bumi itu datar. Elena menggelengkan kepalanya.

“Itu tak akan terjadi, Drake. Tak akan pernah. Aku tak akan kalah dari taruhan ini.”

“Kau yakin?”

“Sangat yakin, lagi pula aku sudah mengenalmu dengan sangat baik.”

“Kalau begitu yakin, kita tak perlu menuliskan kemungkinan situasi kedua ini, bukan?”

“Ya, tidak perlu, karena itu tak akan terjadi,” jawab Elena dengan tegas.

     Drake memberi isyarat kepada sekretarisnya untuk mendekat. Pria itu lalu menyodorkan beberapa lembar dokumen, satu untuk Drake dan satu lagi untuk Elena. Elena meraih dokumen tersebut dan mulai membacanya. Demikian pula dengan Drake, keduanya terdiam sejenak saat meninjau isi dokumen di tangan masing – masing.

     Drake yang lebih dulu selesai meninjau dokumen. Pria yang memiliki warna rambut hitam legam itu mendongak, kembali menatap Elena yang mengerutkan kening seraya membaca. Usai membaca poin – poin penting dalam dokumen tersebut, Elena membalas tatapan Drake. “Aku sudah selesai membacanya, Drake.”

     Tak ada respons dari Drake. Tak ada senyum atau pun tatapan tajam, seolah Drake sedang melamun. Hanya menatap wanita berambut pirang di hadapannya itu selama mungkin. Jari – jari Elena mengetuk meja cukup keras.

“Drake,” panggil Elena sekali lagi.

“Ya?”

    Seolah Drake baru sadar masih berpijak di bumi, pria itu justru menatap Elena dengan satu alis naik lebih tinggi.

“Aku bilang sudah selesai membacanya.”

“Baiklah, silakan berikan tanda tanganmu.”

     Drake segera membubuhkan tanda tangan di dokumen tersebut, begitu juga Elena. Keduanya saling menukar dokumen lalu memberikan tanda tangan lagi. Sekretarisnya, pria yang memakai kaca mata itu mendekat dan mengambil satu dokumen dari tangan Drake lalu undur diri.

“Mulai detik ini, kontrak kita berjalan.”

     Drake mengingatkan. Elena mengangguk setuju, saat pria di depannya itu meraih ponsel, menelepon seseorang.

“Ya, lakukan sekarang, sesuai permintaanku.”

Usai menutup panggilannya, Drake menempatkan kedua tangannya yang membingkai segitiga di atas meja.

“Semua akan beres besok. Dana telah ditransfer. Perusahaanmu akan segera pulih.”

     Elena tak bisa menyembunyikan napas kelegaannya, sebelum kembali menguasai diri. Senyum tipis sempat ia lihat di wajah mantan suaminya. Wanita berambut pirang itu mengambil tas kecilnya. Pertemuan ini sudah berakhir.

“Setelah ini, aku ingin mengajakmu ke suatu tempat yang tenang.”

“Ke mana, Drake?”

“Tempat yang tenang untuk mengobrol. Bukan tentang bisnis kita.”

     Entah mengapa, Elena merasa ada nada getir dan kesepian dalam kalimat Drake. Ia ingin pulang, tapi, ia juga ingin tahu ke mana Drake akan membawanya pergi.

“Kau mau, kan?”

“Baiklah, aku ikut.”

“Aku tak akan membawa pengawal dan sekretaris. Hanya kita.”

     Wanita berhidung mancung itu mengerutkan kening. Selama setahun pernikahan bisnis mereka dulu, tak sekali pun Drake mengajaknya pergi berdua saja seperti ini. Ada rasa merinding yang perlahan menyergap saat teringat malam sebelum perceraian resmi keduanya. Ke mana Drake akan membawanya? Apa yang akan dilakukan pria itu?

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • Mencuri Hati Mantan Suamiku   Chapter 92 Ending: Tentang Penerimaan

    Drake menatap layar datar di seberang meja kerjanya. Sore itu sidang putusan yang akan membacakan vonis untuk Alfred dan Paman Smith, serta Alexa akan dibacakan. Momen yang paling ditunggu oleh Drake dan Elena. Will duduk di sofa tamu, tak jauh dari meja Drake, juga turun memperhatikan jalannya sidang di layar kaca. Menit demi menit hingga jam berlalu. Alexa dan Paman Smith telah menyelesaikan sidang lebih dulu dibandingkan Alfred. Karena Alexa yang membuka semua pintu di kasus ini, layaknya whistle blower, ia divonis 5 tahun penjara atas tuduhan intimidasi, ancaman dan membantu Alfred dalam menjual nark*ba. Sedangkan Paman Smith dijatuhi hukuman seumur hidup atas percobaan pembunuhan. Sampai pada saat sebelum putusan dibacakan. Hakim memberikan kesempatan pada Alfred untuk bersuara. Dalam pembelaannya, Alfred menyangkal semua bukti dan tuduhan yang selama ini diajukan pihak lawan. Usai menyampaikan suaranya, hakim membacakan vonis. Dalam sidang putusan hari in

  • Mencuri Hati Mantan Suamiku   Chapter 91 Pesan Penting

    Usai melaksanakan tugas dari Drake hari itu, Carl bergegas memasuki mobilnya. Dalam perjalanan, ia menelepon Kate. “Halo, kau ke mana saja?” “Kate, aku sedang dalam perjalanan pulang. Apa Steven dan Dean masih di sana?” “Tentu saja. Kami sedang bermain kartu.” “Apa kalian minum?” “Sedikit wine. Dean, jangan coba-coba curang ya.” Suara Kate terlihat memarahi Dean, rekan setim Carl yang bertugas menjaga keluarga Drake Graysen. Hari ini mereka bertugas menjaga Kate karena Carl sibuk di luar seharian. “Sial! Jangan minum dengan mereka.” “Carl, kau mengumpat padaku?” “Tidak, Kate. Aku mengumpat pada Steven dan Dean. Aku akan segera sampai.” Carl buru-buru menutup panggilannya, ia menambah kecepatan mobilnya. *** “Kami hanya bosan dan bermain kartu terlihat seru.” Kate memberi penjelasan seraya menuangkan jus apel ke sebuah gelas. Pria di depannya itu diam tak bergeming. Hanya menatapnya dengan tajam. “Ini, minumlah.” Carl dan Kate duduk di ruang makan. Pria itu meneguk seg

  • Mencuri Hati Mantan Suamiku   Chapter 90 Waktu yang Berharga untuk Seseorang

    “Aku tak mengerti mengapa kau menanggapi pendekatan Alfred padahal kau tahu jelas motif di baliknya.”“Karena dia yakin bisa memanfaatkanku untuk menjatuhkan Elena, aku ingin melakukan hal yang sama dan membalikkan situasinya. Aku yakin bila dekat dengan Alfred, aku bisa membantu Elena dengan caraku.”“Apa Nyonya Elena saat itu tahu rencanamu?”“Elena tahu, tentu saja ia tak setuju. Katanya seolah menjadikanku umpan atau martir.”“Perkataannya benar.”“Carl, waktu itu aku hanya ingin membantu.”“Kau pasti bersikeras menjalankan rencanamu, kan? Meski Nyonya Elena tak setuju?”“Ya. Jadi, aku mencoba bersabar di dekat. Semuanya tampak berjalan sesuai rencana dan aku bisa tahu lebih awal rencana Alfred terhadap Elena. Sampai pria kasar itu .... Ya, akhirnya aku memilih pergi dan tak melanjutkan rencana konyol itu.”“Kenapa berhenti?”“Apa?”“Kate, kau mendadak memutuskan menghentikan rencanamu. Kalimatmu berhenti usai mengatakan ‘sampai pria kasar itu .... Apa yang dilakukannya

  • Mencuri Hati Mantan Suamiku   Chapter 89 Serangan Balasan

    “Katakan padaku detailnya, Will. Apa yang terjadi?”“Nona Alexa mengaku mendapatkan intimidasi di lingkungan penjara.”“Dari siapa? Sipir?”“Tidak hanya dari sipir, sesama narapidana juga.” Drake mengerutkan keningnya, ia tak menduga kehidupan Alexa yang ingin mengutarakan kebenaran di depan pengadilan, harus dibayar sepahit itu. Kehidupan di penjara bukanlah hal yang mudah, bagai hukum rimba. Jika tidak dibantu, Alexa, yang merupakan satu-satunya kunci mengungkap keburukan Alfred dan ayahnya, bisa celaka. Tentu ini buruk untuknya dan Elena. “Tempatkan orang-orang kita untuk membantu Alexa bertahan. Bagaimana pun caranya, kita harus menjaganya tetap hidup, karena Alexa adalah saksi kunci.”“Ya, kami akan menempatkan orang-orang kita di antara sipir, narapidana dan ada seorang dokter yang cukup bisa dipercaya.”“Dokter? Siapa?”“Kakaknya Carl. Sudah empat tahun ini bekerja di penjara tempat Alexa ditahan.”“Oh, ya? Apa Carl yakin kalau kakaknya bisa dipercaya untuk tuga

  • Mencuri Hati Mantan Suamiku   Chapter 88 Trauma

    Kate langsung menekan tombol panggil pada kontak dengan nama Carl. Tangannya gemetaran saat mengangkat ponsel ke telinganya.“Halo, Kate, aku sedang di depan rumahmu.”“Jadi, itu kau? Yang berdiri di depan pintuku sekarang?”“Iya, buka pintunya.”Kate langsung bernapas lega sebelum membuka pintunya. Begitu melihat wajah Carl di depannya, tubuhnya langsung lemas seketika. Ia bersandar di ambang pintu.“Hey, ada apa?”Carl menahan tubuh Kate dengan memegangi pundak wanita di depannya itu.“Aku melihat ada mobil mencurigakan di bawah. Dari tadi orangnya mondar mandir di depan gedung.”“Tak apa, aku di sini.”Keduanya segera memasuki flat Kate, lalu duduk di ruang tamu. Carl mengamati ekspresi Kate yang perlahan melembut, seraya melihat ke depan gedung melalui jendela. “Aku ingin keluar, membeli bahan makanan, lalu mengecek ke jendela. Mobil itu tak pergi sama sekali sejak tadi.”“Orang itu juga mondar mandir saat aku datang.”“Tadi kukira orang itu yang ada di depan pintu.

  • Mencuri Hati Mantan Suamiku   Chapter 87 Kembali Diincar

    Terlahir menjadi seorang pewaris dari keluarga kaya menjadi impian hampir setiap orang. Tapi, itu tak lagi berlaku bagi Drake yang menginjak usia 7 tahun dan menyadari situasinya berbeda dengan harapan. Ia pernah melihat sorot mata penuh cinta dari kedua orang tuanya, hingga menyadari, perasaan itu lenyap sempurna dari sorot mata sang ibu. Usia di mama seharusnya Drake bisa membaca layaknya seperti anak-anak lain, membuat tekanan dari sang ayah semakin keras. Drake merasa ia berusaha sebaik mungkin untuk bisa membaca. Tapi, apa daya, matanya seolah melihat huruf-huruf itu lepas dari posisinya dan menari-nari tak beraturan. “Sampai kapan kau menjadi anak bodoh? Membaca saja kau tidak bisa bagaimana mau mewarisi perusahaan?” Dari situlah, Drake kecil mendapat beberapa cambukan sebagai hukuman. Malamnya, ia langsung demam. Mama Lily menangis pilu saat menemaninya semalaman. “Maaf, Ma. Maafkan putramu yang bodoh ini.” “Tidak, Drake. Ini bukan salahmu. Mama akan cari cara untuk mem

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status