Home / Romansa / Mendadak CEO / Chapter 4 : Ancaman

Share

Chapter 4 : Ancaman

Author: R L
last update Last Updated: 2024-02-29 16:49:32

“Lalu, apa urusannya denganku. Kau sudah menikmati uang kotor dari hasil jabatanmu?” Ryan kembali menjawab dengan tenang. 

Langsung saja Chris turut melangkah maju mendekat dan meninggikan suara.

“Apa yang kau ketahui, huh! Tuan White begitu puas akan kinerjaku selama bertahun-tahun. Seketika kau muncul, seakan menjadi pahlawan menyelamatkan data keuangan! Tunjukkan bukti-bukti itu, jika kau berani membeberkan semua itu pada dewan direksi, mari bertaruh!" Tiba-tiba Chris kembali mengendalikan emosinya, berusaha membujuk. "Sudahlah, sebaiknya kau terima kerja sama ini, akan kuberikan bagianku. Sejujurnya aku tidak sabar ingin mendekati Briana. Maka kita berdua akan aman.” Chris menyodorkan jabat tangan.

“Briana?” Ryan masih melipat tangannya di dada dan hanya melirik tangan Chris yang menggantung di depannya. Memberi kesan abai. 

Geram menerima penolakan, Chris menurunkan tangannya kembali. “Jangan pura-pura bodoh. Briana tidak hadir di rapat karena baginya ini tidak penting dihadiri seorang direktur. Aku diminta khusus mewakilinya untuk melihat presentasimu!” Dia menunjuk-nunjuk dada Ryan.

“Aku tidak tahu persis Briana. Apakah ... dia cantik? Wanita berambut cokelat, yang kemarin memakai blouse putih dan rok biru gelap?” ucap Ryan dengan santai sambil mengangkat sebelah alisnya.

Chris mengulas senyum sinis dan berjalan ke belakang Ryan. “Tepat sekali! Wanita cerdas yang membuang-buang waktunya. Dia butuh pria sepertiku." Ekspresinya berubah seketika, Chris pun berjalan maju melewati Ryan sambil menepuk engan pria itu dengan kuat. "Jangan coba-coba kau dekati, dia milikku,” lanjutnya.

Ryan hanya melirik tidak peduli saat Chris berjalan cepat ke luar ruangan dengan wajah kesal. Dia malah memikirkan wanita bernama Briana. Sang wanita di dalam lift yang masuk ke dalam mimpinya

*****

Baru kemarin Ryan mendapat teror, kaca depan mobilnya dipecahkan orang misterius di gedung parkir. Karena White Stone Construction akan merayakan ulang tahun perusahaan dalam waktu dekat, sangat mungkin muncul gangguan berbagai arah untuk mengacaukan perayaan itu. 

Pagi ini, Ryan tengah fokus memantau data yang masih entan serangan siber susulan di masa tenang perusahaan itu. Tiba-tiba dia tersentak oleh kehadiran seorang pria berjas hitam ke dalam ruangannya.

“Tanda tangani berkas ini, Ryan. Mulai besok, kau gantikan posisiku.”

Sebuah folder berisi lembaran surat perjanjian menggantung menutupi layar laptop. Tatapan Ryan pun merespon cepat ke arah si pemilik tangan yang menyodorkan folder itu. Pandangannya bergeser pada sosok yang dilihatnya kini, seorang pria tua yang tidak dikenal. 

Sesaat tadi, Ryan menulikan telinga di tengah fokusnya, hingga tidak menyadari siapa pun yang menyelonong masuk. Namun, siapa pria tua yang berani masuk tanpa mengetuk pintu.

Bibir tipis Ryan tertutup rapat tanpa senyum. Ekspesinya bingung bercampur kesal melihat bolak-balik ke wajah sang pria dan folder itu. Dengan perasaan terpaksa Ryan menyambutnya dari tangan pria kisaran enam puluh tahunan itu.

Ryan menatap heran dan menaikkan sebelah alisnya. “Menggantikan posisimu?Apa maksudnya?” Dia membuka folder itu dan membaca cepat isi berkas. “Huf ... surat yang sama? Sudah kukatakan pada orang-orang seperti Anda yang mendatangiku sejak kemarin. Aku tidak ingin membahasnya lagi.”

Ryan mengendikkan bahu dengan tak acuh, pasalnya surat itu berisikan persetujuan untuk kenaikan jabatan sebagai CEO-White Stone Construction---perusahaan terbesar kedua di negara itu. 

Dengan abai, ditaruhnya folder itu di sisi kiri laptop. Ryan kembali fokus tanpa bicara apa pun lagi.

Pria itu mengulurkan jabat tangan. “Selamat. Kurasa kau tahu maksud kedatangan dua pria asing ke ruanganmu beberapa waktu lalu. Tuan Steel, kau kenal?”

Sorot mata biru Ryan naik turun melihat wajah pria dan uluran jabat tangannya. Ryan melepas kacamata dan menyandarkan kepala di kursi. “Belum kusetujui. Sesuai SOP, tentu harus menunggu promosi jabatan dua tahun lagi. Lantas, siapa yang mengutus Anda?”

“Aku?" balas pria tua itu sambil tertawa. "Ha-ha-ha, Albert James White. Senang akhirnya kita bisa bertemu, Tuan Miller.” 

“Kau?” Ryan sedikit tersentak, mata pria tiga puluh tahunan itu pun membulat sempurna.

Tanpa sadar, orang yang mengikutinya sejak masuk ke lobi kantor adalah seorang CEO.  

“Ryan Miller. Ini sesuatu yang fantastis, bonus dan gaji utamamu akan berlipat ganda. Bagaimana? Tapi, aku memiliki satu misi lain untukmu."

"Jika menyangkut kepentingan pribadi, maka aku berhak menolak."

"Anak gadisku tidak mampu memimpin perusahaan ini, Ryan. Aku selalu mengawasi dia.” Tuan White berbicara langsung, dia pun mendengkus kesal mengingat kelakuan putrinya.

"Putrimu? Kenapa begitu sulit?" ucap Ryan remeh. 

“Dia melupakan reputasinya sebagai seorang direktur, kebiasaan mabuk gadis pembangkang itu membuatku tidak tahan!" Dia tampak gusar dan berjalan mondar-mandir di depan meja kerja Ryan. "Perusahaanku bisa saja hancur di tangannya, banyak tender gagal karena sikapnya yang keras kepala!” 

Ryan mengernyitkan dahi, bagaimana Tuan White begitu percaya orang asing yang baru setahun bekerja ketimbang anaknya sendiri. “Aku rasa ini bukan keputusan main-main. Sangat tidak tepat. Maaf, aku harus kembali pada pekerjaanku.” Ryan menggeser kembali surat itu di atas mejanya. “Pertimbangkanlah orang lain yang potensial.”

Keberadaan Ryan di tengah persaingan begitu meresahkan, sampai-sampai segelintir dari pesaing rela berada di bawah kaki para pemilik saham demi sebuah promosi jabatan. Tercium kabar, posisi CEO sedang diperebutkan, tapi keputusan Tuan White kini sangat tak beralasan jelas. Pria tampan berambut cokelat gelap itu memilih berkutat di posisi manager IT. CEO adalah lonjakan yang terlalu cepat dan tinggi bagi dirinya

Alis keabu-abuan Tuan White bertaut. Baru kali ini ada orang yang menolak tawaran besar hingga membuat dirinya turun tangan langsung meminta. Merasakan penolakan tajam itu, tiba-tiba tangan sang pria tua terangkat lalu menepuk dada kirinya. Dia meringis atas kemunculan rasa sakit yang mendadak.

“Apa yang terjadi? ... Tuan White!" Ryan panik dan bangkit dari duduknya, dia menangkap tubuh Tuan White yang nyaris tumbang. Lalu memapahnya ke sofa panjang sudut ruangan. "Aku segera panggilkan ambulan! Bersabarlah.” 

Langkah Ryan pun dihentikan. “Ryan, tunggu dulu! A-ambilkan saja obat dalam tasku. Cepat!” titah Tuan White.

Ryan berbalik dan beralih pada tas yang diminta, membawanya pada Tuan White. Dia merogoh-rogoh bagian saku tas untuk mencari obat yang dimaksud. Kemudian dia mendapatkan sebuah botol kecil berisi penuh kapsul berwarna merah.

"Apakah ini?" tanya Ryan panik. Dia menyodorkan sebutir kapsul itu beserta segelas air putih yang tersedia di meja.

Tuan White membisu dan mengangguk pelan. Menepuk dadanya yang sesak hingga terbatuk-batuk. Tetapi dia kerap memaksa kepastian dari Ryan. “Percayalah, Ryan, kau tidak punya pilihan lain." Senyum licik muncul di bibir pria tua itu. "Ikuti permintaanku … atau dalam waktu 10 menit, polisi akan datang menangkapmu karena telah meracuniku.”

"Sial! Ini jebakan!" Ryan membatin. “Kau melakukan ini agar aku menyetujuimu? Tuan White, kau mengharapkan keputusan sepihak tanpa pertimbangan para investor, ini tidak sesuai prosedur!” Ryan menegaskan prosedur kenaikan jabatan pada Tuan White, dia mengerutkan dahinya terheran-heran.

“Christopher Burton, satu nama yang mengincar putri dan hartaku. Aku bisa membaca isi kepala si pirang itu. Dan kau, tentunya. Tidak kubiarkan perusahaan ini jatuh di tangan seseorang yang ingin merampas kejayaanku,” ungkap Tuan White tiba-tiba.

“Aku tidak peduli tentang Chris. Tuan, ini darurat! Aku tidak habis pikir kau masih memaksaku di saat seperti ini, apa kau gila?”

“Pilihan ada di tanganmu. Tanda tangani surat itu atau siapkan pembelaan diri di ruang pengadilan. Kujamin kau tidak bisa lolos, semua alat bukti ini ada padamu.”

“Kau sengaja menjebakku, huh?” 

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Pena Ilusi
Wow! Tuan White licik menawarkan ancaman ...
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Mendadak CEO   Chapter 33 : Perayaan Kemenangan Tender

    Saat berada di dalam ruangan, tiba-tiba Briana kembali mengirimkan pesan pada Ryan.Briana : [ Ryan, apa kau sudah makan siang? ]Ryan : [ Ya, Candice membawakan pesananku ke ruangan. Aku ingin segera menyelesaikan analisisku untuk beberapa proposal. Kita perlu membuang pikiran tentang pekerjaan besok, bukan? ]Briana : [ Oh, baiklah. Katakan padaku jika kau sudah selesai. Aku ingin bicara denganmu ]Ryan : [ Apakah itu penting? ]Briana : [ Entahlah Aku hanya ingin menyampaikan sesuatu ]Ryan : [ Baiklah, aku akan ke tempatmu setengah jam lagi ]Setelah Ryan menyelesaikan proposal terakhir, dia bergegas datang ke ruangan Briana, wajahnya menunjukkan kekhawatiran, tidak biasanya Briana bicara empat mata secara tiba-tiba. Dia sempat berpikir bahwa gadis itu ingin membatalkan rencana besok. Saat memasuki ruangan dan menutup pintu. Kecanggungan terasa saat Ryan berjalan mendekat ke mejanya."Ada apa, Briana?"Sejenak Briana tampak menggigit bibirnya, mencoba mencari kata-kata yang tepat

  • Mendadak CEO   Chapter 32 : Kehadiran Aaron Ford

    Seorang pria tampan melangkah masuk ke lobi kantor perusahaan White dengan percaya diri. Setelan jas abu-abu tua yang membalut tubuh tegapnya terlihat sempurna, menonjolkan postur tubuh yang atletis dan penampilan elegan. Rambut cokelatnya tertata rapi dan mata biru yang tajam seolah menarik perhatian setiap orang yang berada di lobi. Aaron Ford, kakak kedua Ryan, menyambangi kantor itu untuk menemui Briana. Para karyawan yang kebetulan berada di lobi tidak bisa menyembunyikan kekaguman mereka. Beberapa dari mereka berbisik-bisik, mencoba menebak siapa pria berkharisma ini.Pria setinggi enam kaki itu terus melangkah menuju meja resepsionis. Tatapannya yang menawan membuat sang resepsionis tersenyum kikuk, tetap berusaha profesional."Selamat siang, Tuan. Ada yang bisa saya bantu?" tanya resepsionis itu dengan suara yang berusaha tetap tenang.Aaron membalas dengan senyum menenangkan. "Selamat siang. Saya Aaron Ford. Saya ingin bertemu dengan Nona White," ucapnya dengan suara bariton

  • Mendadak CEO   Chapter 31 : Rencana Liburan Bersama

    Setelah beberapa hari pemulihan dan kejenuhannya selama berada di mansion, Ryan akhirnya kembali ke kantor dengan penuh semangat. Pagi itu dengan langkah yang tidak lagi tertatih, dia memasuki area lobi, tampil tampan dan berkharisma dengan setelan jas biru gelap dan kemeja putih.Ryan kini tampak jauh berbeda jika dibandingkan dirinya dulu, seorang manager IT perusahaan itu. Kewibawaan sosok CEO-nya semakin terpancar, menampakkan jiwa sesungguhnya yang seorang Ryan Stanley Ford—sang anak pengusaha kedua terbesar di US. Meskipun kini dia masih menjaga identitas palsunya sebagai Ryan Miller, tapi tidak bisa dipungkiri jati dirinya yang garis keturunan seorang miliarder.Para karyawan yang telah merindukan kehadiran sang CEO, pun menyambutnya dengan hangat. Mereka semua berdiri di lobi, bertepuk tangan dan tersenyum ketika Ryan memasuki lift khusus menuju lantai atas. Ryan membalas sambutan itu dengan senyum lebar dan anggukan kepala, merasa sangat dihargai oleh tim dan karyawan yang ber

  • Mendadak CEO   Chapter 30 : Teka-teki dan Ancaman

    Briana mengangkat pandangan dari bunga mawar itu dan melihat ke arah Candice. "Selamat pagi, Candice. Ada yang bisa kubantu?" tanyanya, mencoba menjaga nada suaranya tetap profesional meskipun ada perasaan tidak nyaman yang tiba-tiba muncul."Ini adalah laporan yang perlu Anda tinjau hari ini. Selain itu, ada beberapa hal yang perlu dibicarakan mengenai proyek baru." Candice tersenyum tipis dan melangkah mendekat, menaruh berkas-berkas di meja Briana. Briana mengangguk. "Terima kasih. Aku akan melihatnya segera," jawabnya singkat sambil melihat pada berkas yang ditaruh ke meja. Mata Candice masih menatap bunga dan kotak perhiasan yang ada di meja Briana. "Pemberian dari seseorang yang spesial?" tanyanya dengan senyum canggung. "Ya, seseorang yang sangat berarti bagiku," sahut Briana sambil mengulas senyum, teringat kembali oleh Ryan. "Senang mendengarnya. Jika ada yang perlu dibantu, tolong beritahu saya." Candice mengangguk, menyembunyikan perasaannya dengan baik. Setelah itu, Ca

  • Mendadak CEO   Chapter 29 : Kerinduan

    Ryan menatap langit-langit penthouse-nya, pikirannya dipenuhi dengan bayangan Briana. Dia memutuskan untuk menghubungi Briana, merasa perlu mendengar suaranya untuk sedikit mengobati rasa rindunya. Dia mengambil ponselnya dan menekan nomor Briana, menunggu dengan cemas."Halo, Ryan," suara lembut Briana terdengar dari seberang sana."Briana. Bagaimana kabarmu? Kau sudah kembali ke kantor?" tanya Ryan, mencoba menjaga nada suaranya tetap ringan.Terdengar tawa halus sekilas dari Briana, sedikit memanjakan telinga Ryan mendengar gadis itu menerima teleponnya dengan manis. "Ya, aku sudah kembali. Rasanya aneh setelah sekian lama tidak di sana, tapi semuanya berjalan lancar. Bagaimana denganmu? Bagaimana pemulihanmu?"Ryan menghela napas, mencoba terdengar ceria. "Aku baik-baik saja. Hanya saja, terjebak di sini membuatku merasa sedikit ... terisolasi."Briana merasakan simpati. "Aku bisa membayangkan. Aku berharap bisa datang menemuimu dan membuatmu merasa lebih baik. Aku tidak cukup ban

  • Mendadak CEO   Chapter 28 : Jerat Godaan di Penthouse

    “Selamat siang, Tuan Miller.” Candice melangkah gemulai di atas lantai marmer dengan heelsnya. "Saya pikir ada beberapa detail teknis yang perlu kita diskusikan lebih lanjut," ucapnya dengan nada profesional, sambil menata beberapa dokumen di atas meja ruang utama itu.Setelah beberapa hari selalu berada di kantor, Candice akhirnya mengunjungi Ryan di penthouse. Kunjungannya kali diisi dengan tugas profesional yang semakin intens. Namun, di antara niatnya untuk membicarakan serangkaian rapat dan diskusi, dia menemukan kesempatan untuk mendekati Ryan.Diskusi panjang itu kini rampung dan telah mendapatkan hasil yang baik dari para tim project yang bekerja profesional, sebuah proyek masa depan yang sangat menjanjikan. “Baiklah, segalanya be

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status