“Kamu bercanda? Bagaimana bisa kamu memberikan mahar seperti itu kepada anak dari pejabat sepertiku?” Ayah Starla terlihat sedikit emosi melihat Syams membawa baby murai.
Antonio Wicaksono, salah seorang anggota dewan yang terkenal di provinsi ini, ternyata adalah ayahnya Starla. Semua orang terkejut melihat kedatangannya. Ternyata dia memiliki anak perempuan yang selama ini disembunyikan. Kepada publik, dia hanya memperkenalkan Adipramana sebagai anaknya yang sukses menjadi Dokter di sebuah rumah sakit ternama di Semarang.“Jika memang sudah tidak menginginkan Starla menjadi bagian dari keluarga kalian, coret saja namanya dari kartu keluarga. Aku akan membuatkannya yang baru bersama namaku,” jawab Syams enteng.Mereka tidak tahu jika burung milik Syams itu meski masih bayi, harganya sudah jutaan rupiah. Syams baru membelinya beberapa hari yang lalu dan berniat untuk membuat peternakan burung. Dia sudah lelah mencari pekerjaan karena tidak ada yang cocok dengan ijazahnya. Sekali pun ada yang cocok, gajinya hanya akan habis digunakan untuk transport saja, apalagi kabarnya BBM naik. Lebih baik dia berwirausaha sendiri.Ayah Starla hendak menampar Syams, tetapi istrinya menggeleng. “Lepaskan Starla, Yah! Berikan dia kebebasan.”“Sudahlah, Pa. Biarkan Starla menikah dengan lelaki itu daripada semakin membuat malu keluarga.” Seorang laki-laki seumuran dengan Syams mencoba menenangkan ayahnya. Dia adalah Adi, kakak kandung Starla.Hanya ibunya Starla yang terlihat sedih atas musibah yang menimpa anaknya. Namun, dia cukup bahagia melihat lelaki yang akan menikah dengan putrinya. Syams memiliki tubuh yang atletis dan wajahnya cukup rupawan. Semua gadis di desa ini mengidolakannya, sayang sekali emaknya galak dan miskin.“Starla, kamu yakin mau menikah dengannya?” tanya Ariana, ibunya Starla.Starla mengangguk. “Siapa lagi yang mau menikah dengan gadis ternoda sepertiku kalau bukan dia, Ma?” jawab Starla sambil terisak.Beberapa saat kemudian Kyai Mukhlis datang. Beliau adalah guru ngaji sekaligus pemuka agama di desa ini. Beliau diminta menikahkan Syams dengan Starla.Starla sudah berganti pakaian tertutup yang dibawakan mamanya. Dia tampak begitu anggun meski matanya masih sembap dan tidak menggunakan make up. Bahkan Syams sempat terpana melihat kecantikan gadis itu. Sayang, Syams membencinya karena gadis itu membuatnya harus menikah muda. Bagi Syams, umur 25 tahun itu masih muda. Dia pantang menikah kalau belum punya usaha sendiri, tetapi sekarang dia harus menikah karena terpaksa.“Saya nikahkan dan saya kawinkan engkau saudara Syamsul Falah bin Tarsan dengan anak saya yang bernama Dafhina Starla Wicaksono dengan maskawin berupa sepasang bayi murai dibayar tunai.”Dengan terpaksa disertai wajah yang tegang karena menahan malu, Antonio Wicaksono menikahkan putrinya dengan lelaki yang aneh. Bahkan maskawinnya membuat semua orang yang menghadiri akad nikah dadakan ini menahan tawa. Namun, mereka serempak mengucapkan kata ‘sah’ setelah Syams mengucapkan kalimat Qabul.“Saya terima nikah dan kawinnya Dafhina Starla Wicaksono binti Antonio Wicaksono dengan mas kawinnya yang tersebut, tunai.”“Sah!”“Alhamdulillah, sah.”“Alhamdulillahirobbil ‘aalamiin.”Syams mengulurkan tangannya, tetapi Starla bergeming. “Salim dan cium tanganku!” pinta Syam.“Sekarang?” tanya Starla dengan polosnya.“Tahun depan aja!” Syams kembali menarik tangannya, tetapi Starla menahannya. Beberapa saat kemudian tubuh Syams merasa seperti terbang ke langit. Dia seolah menari bersama kupu-kupu dan burung.Syams hendak mencium kening Starla, tetapi gagal karena Starla melotot seolah memberi peringatan supaya Syams tidak menyentuhnya. Benar-benar sial nasibnya.Kyai Mukhlis membacakan doa untuk kedua pengantin kemudian memberikan beberapa nasihat kepada keduanya. Orang tua Starla akan mengirimkan dokumen yang dibutuhkan untuk keperluan membuat buku nikah sehingga Starla tidak perlu pulang ke rumah.“Sekarang kamu sudah menjadi seorang istri, Sayang. Berbahagialah bersama suamimu. Sekarang kamu menjadi tanggung jawabnya.” Ariana menangis saat mengucapkannya.“Maafkan Starla, Ma,” ujar Starla kemudian memeluk mamanya.Ariana membalas pelukan anaknya. Hanya dia yang menyayangi gadis itu. Ayah dan kakaknya seolah tidak peduli dan membenci Starla. Dia bahkan pernah mengira jika dia anak pungut karena diperlakukan berbeda oleh ayahnya.“Kita pulang, Ma! Tugas kita sudah selesai.” Ayah Starla mengajak istrinya pulang setelah acara selesai karena harus menghadiri pertemuan di balaikota.Syams dan keluarganya juga pulang setelah akad nikah dadakan itu selesai. Mereka mengucapkan terima kasih juga meminta maaf karena sudah merepotkan banyak warga.Starla digandeng oleh mertuanya hingga rumah dengan berjalan kaki. Sungguh pernikahan yang mengesankan bagi Syams. Nikah dadakan dan diiring sampai rumah seperti pasangan yang kena penggerebekan. Dia tidak akan melupakan kejadian ini seumur hidupnya.“Selamat datang di istanaku, Mbak Starla?” ucap Syams.Starla bergidik saat masuk ke rumah Syams. Rumah berukuran 6x10 meter itu terlihat sempit bagi Starla karena rumahnya di kota sangat besar dan bersih. Rumah suaminya sederhana dan cukup nyaman sebenarnya, sudah ada lantainya dan temboknya juga sudah dicat. Namun, mau atau tidak, Starla harus bisa menerima keadaan ini karena sudah menjadi pilihannya.“Istirahatlah di kamar Syams! Emak akan mengambilkan sarapan untukmu. Kamu pasti belum makan sejak pagi.” Painem menunjukkan kamar anaknya yang tepat berada di samping ruang tamu. “Kamarnya memang tidak luas, tetapi tempat tidurnya cukup untuk tidur berdua.”“Iya ....” Starla menggaruk kepalanya, bingung harus memanggil ibu mertuanya dengan panggilan apa.“Panggil saja emak seperti Syams memanggilku, Nduk. Kamu sekarang juga menjadi anakku.”Starla mengangguk kemudian memasuki ruangan berukuran 3x3 meter itu. Ada sebuah dipan yang cukup lebar. Dia tidak tahu ukurannya berapa, yang jelas terlihat cukup untuk tidur berdua dengan suaminya. Wajah Starla bersemu merah. Dia bahkan tidak pernah memikirkan akibatnya jika menikah. Bukankah dia harus bersedia tidur dengan suaminya?Syams meletakkan mahar di atas meja tamu. Dia menyusul Starla karena penasaran dengan gadis yang mengaku telah dinodainya.“Puaskah kamu bisa menikah denganku?” tanya Syams dengan tatapan sinis.“Terima kasih atas bantuannya.”Starla duduk di bibir ranjang dan menatap ke arah jendela kaca. Kacanya terlihat bening dari dalam, padahal di luar terlihat gelap dan tidak bisa melihat ke dalam. Dia melihat berbagai tanaman bonsai yang ada di pekarangan rumah Syams.“Bantuan apa?” tanya Syams bingung.“Kamu sudah melepaskanku dari keluargaku.”Syams semakin bingung dibuatnya. Apakah ini hanya akal-akalan Starla? Gadis itu telah menjebaknya supaya bisa bebas dari orang tuanya.“Kamu memanfaatkanku?” tanya Syams yang mulai terpancing emosi. Dia tidak menyangka jika kebaikannya dimanfaatkan oleh Starla.Starla menunduk. “Maafkan aku. Kamu tidak menodaiku. Aku tahu siapa pelakunya, tetapi kedatanganmu berhasil menyelamatkanku dari lelaki jahanam itu.”Syams terkejut mendengarnya. Sekarang dia ingat apa yang terjadi tadi pagi. Dia hendak pergi ke masjid untuk melaksanakan salat Subuh, tetapi dia berhenti ketika melihat dua mobil berhenti di kuburan. Dia mendekat karena penasaran, tetapi tiba-tiba ada seseorang yang keluar dari mobil dan membekapnya. Saat itu juga dia mulai hilang kesadaran hingga tadi pagi dia tengah sadar dan sudah berada satu mobil dengan Starla.“Siapa lelaki itu?” tanya Syams. Dia mendekat dan duduk berjongkok di depan Starla.“Dia adalah ....” Syams menatap mata Starla dengan sangat penasaran, menunggu jawaban dari istrinya.Namun, tiba-tiba Painem datang. “Nduk, makan dulu, ya! Nanti baru dilanjut lagi bikin anaknya. Ini masih siang.”“Astaghfirullah, Emak!” Syams melepaskan tangannya dari kedua lutut Starla.“Bukannya tadi pagi sudah? Nggak sabaran banget kamu, Syam.” Painem sekarang memiliki hobi baru, menggoda Syams sangat menyenangkan. Dia suka sekali melihat wajah Syams memerah.“Syams, Mak. Pakai ‘es’ ya!”“Syamsul.” Starla terkekeh geli. Dia pikir nama Syams itu keren, tetapi setelah tahu nama lengkapnya, dia tak kuat lagi menahan tawa. Painem memberikan sepiring nasi kepada Syams. “Suapi istrimu. Jangan biarkan dia kelaparan! Mulai sekarang kamu memiliki kewajiban memberi makan anak orang, bukan hanya anak burung yang dielus-elus setiap hari.”“Tidak usah diperjelas, Mak!” Syams segera menutup pintu kamar dan mendorong emaknya keluar. Starla terkekeh geli. Syams ikut tersenyum melihat tingkah istrinya. Dia baru sadar jika Starla sebenarnya manis dan cantik. “Mau makan sendiri atau aku suapi?” tanya Syams. “Aku bisa makan sendiri,” jawab Starla kemudian mengambil alih piring dari tangan suaminya. Syams duduk di sebelah Starla dan melihat betapa lahap istrinya ketika makan. Star
Suara seorang perempuan tiba-tiba mengalihkan perhatian mereka.Syams kemudian mendorong tubuh Lastri supaya menjauh. Meski bagaimana pun, dia sudah menikah dan tidak ingin ada yang salah paham. “Kamu sudah bangun?” tanya Syams. “Sudah, tetapi aku masih ngantuk. Ayo kita ke kamar lagi. Lanjut ronde kedua,” ucap Starla sambil memberikan cium jauh kepada Syams. Lastri terlihat kesal melihat Syams mendekati Starla. Kulit putih Starla yang meninggalkan jejak kemerahan semakin membuat Lastri jengkel. Dia mengepalkan tangan dan berkali-kali menarik napas dalam-dalam, dadanya naik turun seolah kehilangan oksigen di sekitarnya.“Terpaksa tapi banyak cupang! Dasar munafik kamu, Syams.” Lastri mengentak-entakkan kakinya kesal kemudian pergi dari rumah Syams. Syams sekarang sudah berdiri di depan Starla. Sebenarnya dia takut melihat istrinya, takut tergoda. Namun, bukankah mereka sudah halal? “Ngapain lihat-lihat?” tanya Starla ketus. “Lihat istri sendiri kan halal. Apa aku lihat Lastri aj
Tubuh Syams basah kuyup akibat perbuatan istrinya. Kepalanya masuk ke dalam ember hingga membuat hidung dan telinganya kemasukan air. Telinganya berdengung. “Starla! Awas kamu, ya!” Syams sudah hendak memaki istrinya, tetapi dia malah terpaku melihat Starla yang hanya memakai handuk. Rasanya dia ingin menerkam Starla sekarang juga. Gadis itu memang polos atau sengaja memancing Syams? “Mak! Tolongin Starla.” Starla bersembunyi di balik punggung ibu mertuanya. Dia sepertinya takut melihat wajah Syams yang memerah. Entah memerah karena melihat istrinya yang aduhai atau karena marah. “Kamu mandi sekalian, Syams. Nanti ajak Starla jalan-jalan keliling kampung. Biar semua orang tahu kalau kamu sudah menikah. Dengan begitu, Emak tidak perlu memperingatkan mereka supaya berhenti mengejarmu lagi.”Selama ini Syams memang memiliki banyak penggemar sampai Emak bingung harus memilih yang mana. Pun malas dengan pertanyaan orang yang menanyakan 'kapan mantu?' Sesuai saran emaknya, Starla diajak
“Jadi, kamu tadi nggak salat Zuhur dan Asar?” Dengan pola Starla menggeleng. “Aku Islam, kok. Kamu tenang aja walaupun hanya di KTP.” Jawaban Starla rasanya ingin membuat Syams pingsan. Bagaimana mungkin dia bisa menikahi gadis seperti itu? Starla dari kecil memang tidak pernah melaksanakan kewajibannya sebagai muslim. Apalagi kedua orang tuanya selalu sibuk. Dia menjadi anak yang sangat bandel sehingga papa dan mamanya lelah menghadapinya. Dia berbeda dengan sang kakak yang selalu taat beribadah. Kakanya lulusan pesantren, sedangkan dia baru sehari di pesantren sudah kabur. Orang tuanya sudah sampai frustrasi memiliki anak sepertinya. Hal terakhir yang membuat orang tuanya sangat murka yaitu ketika dia kabur bersama pacarnya saat hendak dijodohkan. “Sekarang kamu ambil wudu, aku akan ajarin kamu salat.” “Aku nggak mau!” “Aku akan memaksa. Kamu sudah menjadi tanggung jawabku. Kamu mau aku tinggal di neraka?” “Jahat banget sama istrinya. Aku bilangin sama emak, nih!” Starla sud
“Ngapain kamu di sini?” tanya Starla sambil menarik selimutnya. “Aku ini suami kamu. Baru tadi pagi kita menikah. Apakah kamu lupa?” tanya Syams. Starla duduk dan menarik selimut supaya menutupi tubuhnya. Dia masih memakai daster milik Painem. “Jangan mendekat. Aku nggak bisa layanin kamu malam ini.” “Eh!” Syams terkejut mendengar perkataan Starla. Dia tidak berniat meminta jatah sebenarnya, tetapi sepertinya istrinya menganggap Syams adalah lelaki yang menginginkannya. Muncullah ide jahil dalam otak Syams. “Bukankah tadi siang kamu yang nantangin? Aku tagih malam ini.” Syams mengucapkannya sambil menahan tawa. Terlihat sekali ketakutan di wajah Starla. Namun, hal itu malah membuat Syams semakin ingin menggoda istrinya. Dia yang awalnya ketakutan, kini malah berbalik. Segalak-galaknya Starla, pasti mempunyai sisi lemah dan lembut. Pada dasarnya wanita itu makhluk yang paling rapuh karena dia diciptakan dari tulang rusuk, bukan tulang punggung. “Tadi siang aku bercanda, Syams. Ema
Syams terbangun kala mendengar azan Subuh. Dia bergegas untuk pergi ke masjid. Namun, pergerakannya terhenti kala melihat tangan Starla memeluk tubuhnya. Semalam mereka sempat berdebat sebelum tidur hingga akhirnya memutuskan untuk damai dan tidur di kasur yang sama. “Oke, aku nggak akan tidur sama emak kamu, tetapi aku butuh guling. Aku nggak bisa tidur kalau nggak meluk guling.”“Dasar bocah! Maaf aku enggak punya guling.” Syams berkata jujur. Dia memang tidak memiliki guling di kamarnya. “Ya sudah, aku mau ke kamar Emak aja.”“Di sana juga nggak ada guling, Starla. Kami tidak memiliki guling, syukur masih bisa tidur di atas kasur. Banyak orang yang hanya tidur beralaskan tikar.”Sangking kesalnya, Syams menaikkan suaranya hingga membuat Starla menangis. Ah, rasanya dia ingin menjedotkan kepalanya di tembok. Entah berapa umur istrinya hingga terlihat kekanakan dan masih sangat cengeng.“Kamu boleh jadikan aku guling. Tapi jangan grepe-grepe. Hanya dipeluk, oke?”Starla mengangguk
“Jangan ngomong begitu, Mak. Setiap ucapan itu jadi doa. Memangnya emak nggak ingin anaknya sukses gitu?” Mendengar ucapan anaknya, Painem menjewer telinga Syams. “Tanpa kamu minta, emak selalu mendoakanmu, Syams.” “Ampun, Mak! Syams udah beristri. Jangan jewer telinga Syams terus. Malu dong kalau dilihat orang.” “Kamu juga ngeselin, Syams.” Mereka sudah sampai di pasar desa yang tidak jauh dari tempat mereka tinggal. Di pasar itu memang pedagangnya tidak sebanyak di pasar pusat pada umumnya. Namun, berbagai kebutuhan bahan pokok untuk kehidupan sehari-hari sudah cukup lengkap di sana. Painem juga berjualan di pasar itu semenjak Syams masih kecil. Hanya dari situlah mata pencaharian mereka selama ini. “Nggak buka warung, Mak?” tanya Mita yang baru saja membuka tokonya. “Libur, Mbak Mita. Besan saya mau datang. Jadi mau beli daging sama sayuran.” “Sendiri, Mak?” tanya Mita. “Sama Syams. Dia kayaknya di warung.” Mendengar jawaban Painem, Mita hanya ber oh ria kemudian masuk ke k
Dada Syams naik turun. Rasanya dia sangat marah kepada Starla, tetapi dia yakin semua akan percuma karena Starla tidak peka. Syams kembali ke rumah setelah memberi makan semua peliharaannya dan memakamkan burung yang meninggal tadi. Untung saja murainya masih hidup. “Makanan sudah siap, Syams. Buruan bantu Emak siapin di meja. Habis ini kamu cepat mandi. Jangan sampai orang tua Starla mencium tai burung di bajumu!” Syams tetap membantu emaknya meski dengan diam seribu bahasa. Tidak ada sepatah kata pun yang keluar dari mulutnya. Dia enggan berbicara karena sedang berduka hingga kehadiran Starla membuatnya tercengang. “Mak, aku udah siap.” Starla memakai baju yang kemarin dibelikan Syams. Sebuah gamis dengan lengan tiga perempat membuat Starla terlihat begitu anggun. Meski wajahnya polos tanpa make up, Starla masih saja cantik bahkan mampu membuat Syams terpana. Suaminya itu memandang Starla tanpa berkedip hingga tepukan di