Share

Bab 2

Author: SY
last update Last Updated: 2023-12-22 21:32:03

Setelah akad dan resepsi usai, Reva langsung mengurung diri di kamarnya. Menangis terisak, meratapi nasibnya yang kini sudah berstatus sebagai seorang istri. Hatinya sangat sakit, di saat anak seumurannya sedang sibuk melanjutkan pendidikan untuk menggapai cita-cita-citanya dan masih bisa bebas bermain dengan anak sebayanya, ia malah terpaksa menikahi pria yang tidak dicintainya, yang bahkan usianya jauh di atasnya. Zidan dan Reva akan tinggal di kediaman mempelai wanita dan kediaman mempelai pria untuk beberapa hari ke depan sebelum pindah ke rumah sendiri.

“Zidan, Mama harap kamu bisa ngertiin Reva ya. Dia pasti belum siap untuk menerima semua ini. Kamu ‘kan juga tahu kalau dia baru saja lulus SMA,” tutur Dina, mamanya Reva meminta pengertian kepada menantunya. Orangtua Reva dan Zidan sekarang tengah berada di ruang tamu kediaman keluarga Reva.

“Iya Zidan. Sekali lagi kami juga minta maaf dan mohon pengertian dari kamu atas semua masalah yang terjadi hari ini,” tambah Reno.

“Iya Ma, Pa. Aku mengerti. Kalian tidak perlu khawatir.” Orangtua Reva sontak menyunggingkan senyum tulus.

“Ya udah kalau gitu kita makan malam dulu yuk,” ajak Dina. Zidan mengangguk lalu mengikuti mertuanya menuju ruang makan.

“Ma, Reva nya enggak dipanggil dulu?” tanya Reno ketika tidak melihat Reva sedari tadi.

“Iya, sebentar ya.” Dina beranjak dari duduknya, pergi ke kamar anak bungsunya.

Tok! Tok! Tok!

“Reva! makan dulu yuk nak! Papa sama Zidan udah nungguin itu!” seru Mamanya tapi tidak ada jawaban dari dalam, namun ia bisa mendengar sayup-sayup suara tangisan dari dalam kamar.

“Reva! buka pintunya dulu nak! Mama mau bicara,” tetap saja tak ada jawaban. Dina akhirnya hanya bisa menghela napas pasrah lalu memilih kembali ke ruang makan.

“Gimana Ma? Reva nya mana?” tanya suaminya. Dina menggeleng dengan sudut bibir turun.

“Biar aku aja yang nyamperinnya Ma, Pa.” Zidan berdiri, mengambil segelas air lalu pergi ke kamar Reva.

Tok! Tok! Tok!

Zidan hanya diam, tak bersuara, mengetuk pintu beberapa kali namun tidak ada jawaban. Ia kembali mengetuk pintu, tetap berusaha sampai akhirnya pintu terbuka.

Terlihat Reva berdiri di hadapan Zidan dengan wajah basah karena air mata. Kelopak matanya sedikit membengkak akibat terus menangis.

Zidan menyodorkan air putih yang dibawanya, “Aku pikir kamu butuh ini.” Reva melirik sekilas gelas kaca tinggi yang berisi air putih itu. “Banyak menangis bisa menyebabkan kehilangan asupan, kamu bisa dehidrasi. Jadi, aku rasa kamu butuh ini,”

Awalnya Reva ragu untuk menerimanya namun karena ia haus, ia pun menerimanya. “Terima kasih."

Zidan mengangguk, masih setia dengan ekspresi datarnya. “Aku tidak akan memaksamu. Kalau sudah baikan, keluar lah untuk makan. Jangan menangis terus nanti kamu bisa sakit.” Reva mendongak, menatap lama iris coklat yang sedang menatapnya teduh itu.

Zidan menarik sudut bibirnya sedikit sebelum pergi meninggalkan Reva. Reva kembali menutup pintu, bersandar di balik pintu sembari menatap air minum yang diberikan suaminya. Ia kembali terisak, tidak tahu kenapa. Entah kenapa hari ini rasanya hatinya sangat rapuh, bawaannya ingin menangis terus.

“Gimana Zidan? Reva masih belum mau keluar?”

“Belum. Tapi, aku udah menyuruhnya untuk makan kalau sudah baikan,”

“Ya udah kita makan aja duluan,” timpal Reno.

“Ayo makan Zidan.”

“Iya Ma, Pa.”

***

Keesokan harinya, Reva bangun kesiangan karena semalam ia tidak bisa tidur dan baru makan setelah tengah malam. Pagi ini tubuhnya terasa pegal, matanya bengkak dan kepalanya terasa berat. Rasanya malas untuk sekedar beranjak dari tempat tidur namun jam telah menunjukkan pukul 10 siang dan ia enggak mungkin terus berada di dalam kamar.

Ia bangun, duduk di tepi ranjang seraya menyentuh dahinya yang terasa berdenyut. “Aduh, pusing banget.”

Tok tok tok!

“Reva, bangun nak! udah jam berapa ini?! ayo sarapan!” Terdengar suara mamanya dari balik pintu. Perlahan Reva berdiri, membukakan pintu.

“Kamu pucat banget, kamu sakit?” tanya Dina ketika melihat wajah anaknya pucat.

Reva menggeleng lemah. “Aku cuma pusing sedikit Ma, aku enggak apa-apa kok.”

“Makanya kamu tuh jangan nangis terus. Jam segini aja kamu belum sarapan. Ya udah sekarang kamu mau mandi dulu atau sarapan dulu?”

“Aku sarapan dulu ya Ma, aku lapar,”

“Ya udah, ayo.” Reva mengikuti mamanya ke ruang makan sambil celingak-celinguk memperhatikan sekitar. “Sepi banget Ma, yang lain ke mana?”

“Papa sama suami kamu udah berangkat kerja dari tadi. Kamu pikir sekarang udah jam berapa?” Reva hanya mengangguk paham. Ia duduk di meja makan. Terlihat hanya tinggal 1 porsi nasi goreng saja yang tersisa di atas meja.

“Mama udah sarapan?”

“Udah lah. Mama ‘kan biasanya sarapan sebelum jam 9, mana bisa Mama lama-lama sarapan. Ya udah makan gih,”

“Iya Ma,” Reva lalu menyantap sarapannya dengan cepat seperti orang kelaparan.

“Pelan-pelan makannya Re,” Reva hanya mengangguk sebab mulutnya penuh dengan makanan.

Dina memandang iba anak bungsunya yang baru beranjak dewasa itu. Sebenarnya ada rasa tidak tega dan khawatir ketika harus melepas anaknya kepada pria lain secepat ini. Tapi mau bagaimana lagi, mungkin ini memang takdir Reva. Semoga takdir ini memang yang terbaik untuk Reva dan masa depannya. Perlahan Dina mengangkat sudut bibirnya hingga terbentuk senyum kecil.

“Reva,” Reva menatap mamanya setelah meneguk air minumnya. Dina meraih punggung tangan Reva, mengusapnya pelan. "Maafin Mama ya,”

Mata keduanya sontak berkaca-kaca. “Mama enggak perlu minta maaf, ini bukan salah Mama. Tapi, ini salah Kak Risa.”

Dina tersenyum, “Mama harap kamu akan baik-baik selalu sama Zidan ya.” Reva terdiam, mendengarkan. “Ingat, Zidan itu sekarang udah sah menjadi suami kamu. Hormati dia, ikuti perintahnya, jadilah istri yang baik.”

Reva kembali meneteskan air mata, seperti belum ikhlas dengan keadaan. “Maafin aku Ma karena belum bisa menerima keadaan sekarang.”

“Enggak apa, pelan-pelan aja. Mama tahu ini pasti sangat berat untuk kamu tapi Mama yakin kamu pasti bisa. Besok pagi kamu akan tinggal di rumah Zidan selama beberapa hari sebelum akhirnya akan tinggal dengan Zidan. Kamu harus persiapin diri ya,” ungkap Dina tersenyum, mengusap punggung tangan Reva lagi lalu pergi meninggalkannya karena sudah tidak sanggup menahan tangisnya.

***

Sementara itu Zidan tampak sedang berhenti di tepi jalan, tidak jauh dari perusahaannya. Ia sudah menepi sejak setengah jam yang lalu, duduk di mobil seraya memainkan ponselnya.

“Halo,”

“Halo Pak,”

“Bagaimana? Apa para wartawan itu sudah pergi sekarang?” tanya Zidan di telepon. Ia sedang berbicara dengan salah satu satpam perusahaan. Alasan ia menepi sedari tadi karena salah satu satpam mengabarinya bila para wartawan sudah berkumpul di perusahaan dan sudah pasti mereka akan mewawancarai Zidan mengenai pernikahannya baru-baru ini apalagi mengingat mempelai wanitanya yang diganti tepat di hari pernikahan pasti membuat publik penasaran dan bertanya-tanya, apa alasan dibalik semua itu? Zidan memang bukan artis namun ia adalah seorang pengusaha muda yang tampan dan sukses karirnya di usia yang terbilang cukup muda apalagi ia juga memiliki Kakak perempuan, mantan model yang sudah menikah 4 tahun yang lalu dan sekarang tinggal bersama suami dan anaknya di Inggris. Otomatis ia dan keluarganya sering mendapatkan sorotan dari media.

“Belum Pak. Saya sudah coba menyuruh mereka pulang, tapi mereka tidak mau Pak.”

“Kamu sudah coba bilang kalau saya tidak ke perusahaan hari ini?”

“Belum Pak.” Zidan sontak menutup matanya lelah ketika mendengar jawaban satpam perusahaan. Maksudnya kenapa para petugas keamanan itu tidak berinisiatif sama sekali untuk membuat para wartawan itu pulang.

“Ya coba bilang begitu Pak atau cari cara lain kek. Udah setengah jam loh ini. Pokoknya saya tunggu 10 menit lagi ya, saya mau 10 menit lagi semua wartawan sudah pergi. Saya tidak mau menemui mereka."

“Ba-baik Pak.”

Zidan memijat pangkal hidungnya setelah memutuskan sambungan. Sambil menunggu ia iseng membuka portal berita dan menemukan beberapa berita tentang dia, salah satunya berita tentang penggantian calon mempelai wanita seorang CEO PT. Adnando Family Tbk tepat di hari pernikahan.

Bersambung

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Mendadak Dinikahi CEO Galak   Bab 64

    10 bulan kemudianWaktu berlalu begitu cepat, tidak terasa sudah hampir di penghujung tahun lagi.“Oaakk oeeekkk.”Zivana Quincy Fernando, bayi yang baru berumur 3 bulan itu menangis saat dimandikan sang Ibu. Zivana adalah putri tunggal Reva dan Zidan yang baru saja lahir 3 bulan yang lalu. Nama Ziva diambil dari gabungan nama Zidan dan Reva.“Cup cup cup, iya iya sabar ya nak. Sebentar lagi selesai mandi, dingin ya?” ucap Reva seraya membasuh badan si buah hati dengan lembut.“Sayang, ini handuknya,” Zidan datang memberikan handuk bayi sesuai permintaan istrinya.“Makasih Mas.”Setelah memandikan Ziva, Reva membawa anaknya yang sudah dibalut dengan handuk ke kamar, Ziva mulai anteng.“Anak siapa ini? lucu bangett sihh.” Reva berbicara dengan nada imut, ia bahkan memasang wajah lucu di depan anaknya sampai membuat anaknya tertawa, menampilkan gusinya yang belum tumbuh gigi. “Eh, malah ketawain mama,” Reva mencuil pelan badan Ziva sambil tersenyum manis.“Sayang kalau kamu mau

  • Mendadak Dinikahi CEO Galak   Bab 63

    Prok prok prok!Zaki menepuk tangannya sambil berjalan ke arah orang yang baru saja tiba, membuat Zidan ikut mengalihkan pandangan.“Aku tidak menyangka kamu akan datang, Kakak ipar,” celetuknya seraya menyunggingkan smirk.Zidan ingin bersuara, namun mulutnya di lakban. Ia hanya bisa menatap mamanya dengan mata berkaca-kaca.“Aku ingin bicara dengan anakku.”“Silakan,” Zaki mempersilakan Eva menemui Zidan. Dia tidak menghalangi. Eva menatap Zaki dengan mata menyipit tajam sebelum melangkahkan kakinya mendekati anaknya. Seorang penjaga membuka lakban yang menutupi mulut Zidan.“Hah, mas Zidan,” gumam Reva di luar. Ia menutup mulutnya kaget. Ia dan Arka sedang mengintip dari luar. Mata Arka membulat, ia sama kagetnya. Reva berbalik menghadap Arka. “Kak, bagaimana ini? Bagaimana cara kita membebaskan Mas Zidan? Apa kita lapor polisi aja?”Arka diam beberapa saat, mencoba untuk berpikir. “Sepertinya begitu. Kita harus panggil polisi, tapi kita enggak boleh gegabah kalau tidak in

  • Mendadak Dinikahi CEO Galak   Bab 62

    “Hilang gimana maksud kamu, Rev?” tanya Risa.“Mas Zidan udah dari semalam enggak pulang. Aku bingung banget mau cari ke mana makanya aku ke sini buat minta bantuan.”Risa pindah posisi ke sebelah adiknya, mengusap pundak adiknya, ia tahu Reva sedang panik. “Kamu tenang dulu ya,” Reva menelan ludahnya, matanya mulai berkaca-kaca.“Hm, tapi Zidan belum menghubungi aku sih. Terakhir dia menghubungiku kemarin pagi.”“Ya Allah,” Reva menutup wajahnya, merasa pusing sedangkan Risa sontak memberikan death glare pada Arka. Risa berpikir omongan Arka barusan malah membuat Reva makin stres.“Kamu tenang dulu ya, jangan stres. Ingat janin dalam kandunganmu. Kalau kamu stres, janin dalam kandunganmu bisa ikut stres.”“Terus aku harus gimana Kak? Aku enggak bisa berdiam diri aja. Kalau Mas Zidan kenapa-napa gimana?”“Bagaimana kalau kita lapor polisi aja?” usul Risa seraya melirik ke Arka.“Kalau belum 24 jam, belum bisa. Jadi harus nunggu 24 jam dulu. Paling enggak besok pagi baru bisa l

  • Mendadak Dinikahi CEO Galak   Bab 61

    Sementara itu Reva di rumah belum tidur. Ia bolak-balik ke depan pintu, menunggu suaminya yang tak kunjung pulang. Sesekali ia menatap ke jam dinding yang terus bergerak. “Mas Zidan kok belum pulang ya? enggak ngabarin juga kalau mau lembur.”Ia mengigit kuku jarinya, hatinya gelisah. Baru saja duduk, ia kembali berdiri. Ia tidak bisa santai-santai saja. Beberapa kali sudah ia mencoba menghubungi suaminya itu namun hasilnya nihil, panggilannya tak terjawab.“Aku harus hubungi siapa sekarang? Apa aku harus hubungi Mama Eva? Tapi nanti mama Eva khawatir.” Reva bermonolog.Kembali ke tempat Zidan disekap. Kepala Zidan masih ditutup. Ia masih sadar dan bernapas. Samar-samar ia mendengar suara langkah kaki mendekat sampai kain yang menutupi kepalanya diangkat. Ia melebarkan matanya ketika mengetahui orang yang tengah berdiri di hadapannya.“Om Zaki.”Zaki menyunggingkan senyum yang terlihat misterius. “Apa kamu kaget, Zidan? Tapi, tenang aku akan menjelaskan semuanya nanti. Untuk seme

  • Mendadak Dinikahi CEO Galak   Bab 60

    2 hari kemudian, Zidan dan Reva sudah kembali dari liburannya. Zidan kembali bekerja dan Reva kembali ke rutinitasnya sebagai ibu rumah tangga.Zidan baru saja tiba di perusahaan, ia kebetulan bertemu dengan Zaki di lobi perusahaan. “Pagi Zidan!”“Pagi Om!”“Bagaimana kabarmu dan istri? Om dengar kamu habis dari liburan?”“Aku dan istri baik. Ya, aku baru pulang dari Labuan Bajo kemarin sore, Om.”“Wah pantas saja mukamu berseri-seri sekali.” Zidan menyunggingkan senyum kecil. “Hm, gimana kalau kita ngobrol sebentar di sana? Enggak enak ngobrol kayak gini.” Zaki menawarkan untuk mengobrol di kursi tunggu yang tersedia di lobi.“Boleh.” Zaki menjulurkan tangannya, mempersilakan Zidan untuk jalan duluan. Zidan mengikuti saja, tidak mau basa-basi.Mereka duduk di sebuah sofa. Zaki sesekali memandang ke sekitar. “Bagaimana liburannya Zidan? Kamu ke mana aja selama di sana? Om kamu ini ‘kan juga pengen dengar cerita liburanmu.” Zaki bersikap seolah-olah mereka dekat.“Biasalah

  • Mendadak Dinikahi CEO Galak   Bab 59

    Mereka tiba di penginapan menjelang malam hari. Mereka sengaja pulang setelah makan malam agar bisa langsung istirahat.Reva langsung mengambil kesempatan untuk mandi duluan ketika melihat Zidan sedang duduk di depan tv.Setelah 20 menit, Reva keluar dengan wajah lebih fresh, rambutnya masih basah. Ia mengenakan kemeja putih oversize dengan bawahan celana pendek selutut warna hitam.“Mas, kamu mau mandi enggak? Aku udah selesai.”Zidan menoleh, seketika matanya terkunci pada penampilan istrinya yang terlihat fresh dan seksi. Bulir-bulir air dari rambutnya yang basah mengalir hingga ke lehernya, wajahnya putih bersih, bibirnya merah. Kaki jenjangnya yang mulus terekspos sempurna. Penampakan yang sangat indah di mata Zidan.“Ih, kenapa lihatin aku gitu banget sih Mas.” Reva reflek menutup dada dan pahanya. Ia takut sama suaminya sendiri pasalnya Zidan menatapnya liar, tanpa berkedip.Zidan berdiri, bergerak mendekati istrinya tanpa mengeluarkan sepatah katapun. Mau tak mau Reva me

  • Mendadak Dinikahi CEO Galak   Bab 58

    2 Minggu kemudian Tak terasa tahun telah berganti. Awal tahun adalah awal yang baik untuk memulai kembali apa yang sudah dilakukan di tahun sebelumnya dan berusaha untuk lebih baik lagi dari sebelumnya dalam hal apapun.Terhitung sudah 8 bulan pernikahan Zidan dan Reva berjalan, masih terbilang seumur jagung memang namun berbagai macam rintangan yang datang sudah mereka lewati dan mereka bertekad untuk selalu berpegang tangan bersama melewati segala rintangan yang mungkin akan datang di masa depan. Dari akhir tahun menjelang awal tahun biasanya orang ramai berbondong-bondong menghabiskan waktu untuk liburan sebelum kembali ke rutinitas. Tak terkecuali dengan Zidan dan Reva yang baru mau pergi berlibur ke luar kota pada awal tahun ini, cukup terlambat memang tapi tidak apa-apa. Mereka berencana akan menghabiskan waktu liburan di luar kota selama 3-4 harian saja karena Zidan juga tidak mungkin mengambil libur panjang.“Mas, apa semuanya sudah siap?” Reva datang dari belakang, memp

  • Mendadak Dinikahi CEO Galak   Bab 57

    Zidan akhirnya berhasil membawa istrinya pulang. Ia tidak bisa menyembunyikan rasa bahagia dan syukurnya. Saat tiba di rumah, ia langsung menggendong istrinya bridal style, berputar-putar seperti drama india.“Aduh duh Mas. Kamu bersemangat banget, aku jadi pusing nih," celetuk Reva seraya menyentuh kepalanya, pura-pura merasa pusing.“Ups! maaf enggak sengaja.” Zidan malah nyengir sementara Reva menggelengkan kepalanya seraya mengerucutkan bibir. Zidan membawa istrinya masuk, mendudukkannya pelan ke sofa empuk lalu berlutut, memegang tangan istrinya. “Aku minta maaf ya. Aku enggak tahu apa kata maaf ini cukup tapi aku janji akan selalu percaya sama kamu.”Reva menyunggingkan senyum kecil, sebelah tangannya diletakkannya di atas tangan Zevano. “Aku maafin. Tapi mulai sekarang kamu harus janji kalau kita harus selalu saling percaya satu sama lain. Janji?” Reva mengangkat jari kelingkingnya.“Harus begitu?”“Iya, Mas. Kamu enggak mau janji sama aku?” Reva merengek seperti anak keci

  • Mendadak Dinikahi CEO Galak   Bab 56

    Zidan kembali bersama orangtua Rian ke tempat di mana Rian ditawan. Ia akan lakukan apapun agar Rian buka suara, mengakui semua kesalahannya.“Rian, astaga! ke mana saja kamu selama ini nak? apa kamu enggak kasihan sama Mama, Papa?!” wanita paruh baya yang memakai hijab segi empat itu lari menghampiri anaknya, menangkup wajah anaknya dengan berlinang air mata. Rian hanya diam, menunduk, tidak berani menatap mata mamanya. Ia merasa sangat bersalah pada mamanya.“Jawab Mama, Rian hiks. Ka-kamu udah enggak sayang sama Mama, huh? Kenapa kamu enggak pernah pulang ke rumah?” Riska, mamanya Rian terisak. Ia ngomong terbata-bata, bibirnya bergetar.Walaupun Rian anak yang nakal namun jauh di dalam lubuk hatinya, ia menyayangi orangtuanya terutama Mamanya. Kristal bening lolos dari pelupuk matanya, hati kerasnya tergoyah ketika mendengar isakan pilu mamanya. “Maafkan aku Ma, hiks.” Rian ikut terisak, merutuki diri dalam-dalam.Riska menarik Rian dalam pelukannya, mengusap kepala anaknya lemb

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status