Share

Bab 3

Seminggu kemudian

Telah seminggu berlalu sejak pernikahan Zidan dan Reva dilangsungkan. Setelah tinggal bersama di kediaman orangtua masing-masing selama beberapa hari, akhirnya mereka tinggal bersama di sebuah rumah mewah nan mahal yang dihadiahkan oleh Mama Zidan sebagai kado pernikahan.

Dan di sinilah mereka baru saja tiba di perkarangan rumah besar itu bersama orangtua mereka yang menaiki mobil yang berbeda. Zidan memarkirkan mobil sedan mewah hitam miliknya di sebelah mobil sedan putih mamanya.

Mamanya Zidan tampak keluar lebih dulu bersama kedua orangtua Reva yang ikut bersamanya.

Reva keluar lebih dulu tanpa mengeluarkan sepatah katapun. Selama perjalanan, ia memang hanya diam saja. Zidan tidak terlalu peduli karena dia orangnya juga tidak suka banyak bicara.

Rumah untuk Zidan dan Reva itu tampak sangat besar nan mewah. Pilar rumah yang terdapat di depan terlihat menjulang tinggi dan kokoh. Rumah bergaya klasik modern itu memiliki 2 lantai. Halamannya pun begitu luas, terlihat asri karena terdapat taman yang ditumbuhi rerumputan hijau dan pepohonan yang rindang.

“Ini rumah hadiah dari Mama untuk Zidan dan Reva. Semoga kalian suka ya,” celetuk Eva, mamanya Zidan seraya melirik Zidan dan Reva bergantian.

“Terima kasih Ma.”

“Eh, jawabnya udah kompak aja nih.” Eva menggoda anak dan mantunya ketika mereka enggak sengaja berbicara berbarengan sementara yang digoda hanya menyunggingkan senyum tipis. “Ya udah kalau gitu ayo kita lihat ke dalamnya,” sambung Eva.

Saat tiba di dalam, terlihat rumah sudah berisi perabotan rumah tangga seperti sofa, meja, lemari, kasur dan lain-lain. Sebelum pindah ke sini, mereka memang sudah mengangsur barang-barang untuk mengisi rumah dari jauh-jauh hari. Rumah berlantai 2 ini kelihatan mewah dan elegan, semua ruangan terlihat didominasi dengan warna putih cream dan abu-abu. Lantai full marmer putih. Rumah ini memiliki 5 kamar tidur, 3 di atas dan 2 di bawah, 4 kamar mandi, di antaranya 2 di atas dan 2 di bawah, ruang kerja untuk Zidan di atas, dapur, ruang tamu, ruang keluarga, ruang makan dan kolam renang di samping. Cukup luas untuk ditinggali 2 orang.

“Waahh rumahnya luas sekali ya Bu Eva,” celetuk Dina takjub memandang ke sekeliling rumah. Sebenarnya rumah keluarga Reva juga termasuk besar namun tidak sebesar dan semewah ini karena Papa Reva bekerja sebagai manajer di sebuah perusahaan sedangkan Mamanya Reva sendiri bekerja sebagai tukang jahit, kalau dibandingkan dengan keluarga Zidan yang memiliki sebuah perusahaan manufaktur tentu saja kelihatan siapa yang lebih berduit di sini. Lagipula rumah keluarga Zidan sebenarnya lebih besar dan mewah dibandingkan rumah Zidan dan Reva sekarang.

“Ah, biasa aja ini Bu, yang penting anak-anak seneng dan bisa hidup nyaman.”

Setelah melihat-lihat rumah, mereka pun mengambil duduk di ruang tamu. “Jadi inilah rumah kalian. Di sinilah kalian akan tinggal bersama untuk waktu yang lama, berbagi kasih sayang, saling peduli satu sama lain, saling mengingatkan satu sama lain kalau ada yang salah. Mama harap pernikahan kalian akan berlangsung selamanya.” Eva mulai memberikan wejangan pada pengantin baru.

“Betul. Papa sama Mama juga berharap rumah tangga kalian selalu baik. Kalau ada masalah, selesaikan dengan kepala dingin, ada masalah dalam rumah tangga itu wajar, yang penting kalian harus bijak menyelesaikannya. Saling mencintai dan menyayangi satu sama lain untuk waktu yang lama karena pernikahan bukan cuma sebulan, setahun tapi untuk selamanya,” tutur Reno sekaligus mewakili istrinya untuk memberikan nasihat.

“Iya, baik-baik ya kalian. Kalau kalian butuh bantuan apapun, jangan sungkan untuk minta bantuan ke orangtua kalian ini ya,” tambah Dina.

Zidan dan Reva mengangguk paham.

“Terima kasih Ma, Pa untuk nasihatnya. Aku pasti akan selalu ingat nasihat kalian,” ucap Zidan dan diangguki juga oleh Reva yang duduk di sebelahnya.

“Aku tidak mau tidur sekamar denganmu,” celetuk Reva setelah orangtua mereka pulang. Mereka bahkan masih berada di halaman depan setelah mengantarkan orangtuanya. Zidan sontak menoleh, menatap istrinya tanpa bersuara. “Maksudku rumah ini punya banyak kamar, tidak masalah ‘kan kita tidur sendiri-sendiri? karena bagaimanapun juga pernikahan ini terjadi tidak sesuai dengan keinginanku,” sambung Reva kembali berbicara.

“Jadi kamu pikir pernikahan ini sesuai dengan keinginanku? aku juga sama sepertimu. Aku juga tidak menginginkan pernikahan ini. Jika ada orang yang perlu kamu salahkan, salahkan saja kakakmu sendiri karena dia yang membuat kamu terjebak dalam pernikahan ini,” jelas Zidan lalu hendak pergi dari sana namun baru beberapa langkah ia kembali menghampiri Reva. “Dan satu lagi aku tidak masalah dengan permintaanmu itu.”

Setelah itu Zidan pun pergi dengan mobilnya meninggalkan Reva. Reva menatap mobil yang semakin menjauh itu dengan tatapan tanpa ekspresi. Sejujurnya setelah seminggu menikah, hanya dirinya yang sering menunjukkan bila ia tidak menginginkan pernikahan ini sedangkan Zidan jarang sekali menunjukkannya walaupun sebenarnya Reva tahu bila Zidan kemungkinan juga tidak menginginkan pernikahan ini dan hari ini Reva baru mendengarnya langsung dari mulut Zidan.

***

Malamnya

Pasangan baru itu terlihat sedang sibuk sendiri-sendiri setelah makan malam. Rumah terasa sunyi seperti tidak berpenghuni. Reva tampak duduk di ruang keluarga seraya menonton TV sementara Zidan tengah berada di kamar.

Tak lama kemudian Zidan datang menghampiri Reva, meletakkan sebuah map berisi kertas dan sebuah pena ke atas meja. Reva meliriknya sejenak. “Apa itu?” tanya Reva pada suaminya.

“Baca saja,” jawab Zidan yang sekarang sedang melipat tangannya di depan dada.

Reva lalu membaca berkas tersebut yang ternyata adalah sebuah perjanjian pernikahan. Di sana tertulis tentang perjanjian pernikahan selama 1 tahun di mana isi utama perjanjian adalah, dilarang ikut campur dalam urusan pribadi masing-masing dan tidak membuat keturunan sampai masa perjanjian berakhir.

“Aku membuat ini karena aku tidak mungkin menceraikanmu dalam waktu dekat. Orangtua kita pasti akan curiga dan tidak mengizinkan jadi aku membuat perjanjian pernikahan ini, setelah setahun aku akan menceraikanmu. Setelah itu kamu bebas untuk melanjutkan pendidikanmu, menggapai cita-citamu dan bertemu seseorang yang memang kamu cintai."

Reva berpikir sejenak setelah mendengarkan penjelasan dari Zidan, ia berpikir tidak buruk juga. Ia tidak keberatan dengan isi perjanjian, ia juga belum ingin punya anak dalam waktu dekat, ia masih ingin mengejar cita-citanya menjadi seorang fashion designer dulu.

“Untuk biaya hidupmu selama 1 tahun aku akan tanggung, jadi kamu tidak perlu khawatir. Di depan orangtua kita, bersikaplah selayaknya pasangan tapi di belakang mereka, kita bukan pasangan. Bagaimana? jika kamu setuju, silakan tanda tangani berkasnya.”

Setelah berpikir lama, Reva akhirnya meraih pena, mengarahkan tangannya ke atas kertas putih tersebut. ‘Maafkan aku Ma, Pa,’ ucapnya dalam hati lalu menandatangani surat perjanjian pernikahan tersebut.

Bersambung

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status