Home / Romansa / Mendadak Dinikahi Sang CEO / Orang Mencurigakan, Suruhan si Juragan?

Share

Orang Mencurigakan, Suruhan si Juragan?

Author: Youmee
last update Last Updated: 2024-02-27 16:32:43

Sepasang obsidian paruh baya itu terheran melihat siapa Pria yang telah masuk dalam masalah mereka.

Namun tidak untuk Hanisa, karena wanita itu pernah berurusan langsung dengan si pria, jadi wajar saja ia mengenali orang itu meskipun tidak tahu namannya.

Ya, siapa lagi kalau bukan Ducan Alexan pemilik toko barang maha itu.

Terkejut dan berfikir mengapa Pria itu bisa di sini. Tentunya itu menjadi pertanyaan bagi Hanisa, karena tidak mungkin Pria seperti itu datang ke arah perumahannya yang kecil bersama dengan para pengawal dan sekretarisnya.

"Siapa kau? Berani sekali masuk dalam urusanku!" ucap Juragan itu menunjuknya, "Kau tidak tahu siapa aku!" katanya lagi.

"Aku tidak peduli siapa kau tapi yang pasti jangan berani menganggu mereka lagi dan jauhi mereka!" tegasnya menatap tajam pria itu.

"Enak saja, mereka sudah berhutang padaku dan tidak mampu membayarnya jadi sebagai gantinya wanita itu harus menikahiku!" Menunjuk Harumi.

"Tapi kita sudah sepakat untuk membayarnya Minggu depan namun Anda melanggarnya," ucap Hanisa.

"Aku sudah memberi banyak waktu untuk kalian, apakah salah jika aku melanggarnya, sejak awal harusnya aku melecehkannya!"

Bukk....

Suara pukulan yang dilakukan Ducan, mendarat tepat di wajah si Juragan. Kesalnya, sebab si Juragan telah berani melecehkan Harumi. Ibu Hanisa lewat kata-katanya.

"Saat ini, mungkin hanya bibirmu yang berdarah, tapi jika lain kali kau menganggu mereka lagi akan kupastikan ususmu pindah ke jantungmu!" tegas Ducan.

Sedangkan si empunya bibir sibuk mengusapi bibirnya yang berdarah, disertai dengan tangannya yang menyentuh tubuh area jantung dan ususnya kala mendengar ucapan Ducan dengan ngerinya.

"Aku tidak akan mengganggu mereka lagi asalkan mereka bisa membayar utangnya!"

"Akan saya bayar semua utang-utang mereka, berapa?"

"100 juta!" Juragan yang masih menyentuh bibirnya yang berdarah.

Mendengar itu Ducan lantas memandang ke arah sekretaris, intrupsi seakan si sekretaris tahu maksud si tuan. Sigap ia pun mengambil sebuah koper berwarna hitam kilat itu, diberikan kepada si Juragan yang ternyata berisi sejumlah uang yang telah dikatakan tadi.

"Aku sudah memberimu apa yang kau minta. Sesuai janji jangan pernah menyentuh ataupun datang di hadapan mereka, kau mengerti?"

"Baik, saya janji," setelah itu pergi meninggalkan kerumunan dengan beberapa orang di depan rumah Hanisa.

Sedangkan itu Ducan yang kembali mengalihkan pandangannya pada si wanita yang telah memandangnya lebih dulu, lalu menarik tangan si wanita yaitu Hanisa. Menarik jauh sehingga di antara mereka yang di situ tidak tahu apa yang pria dan wanita itu bicarakan.

Namun jelas saja kalau ekspresi di antara keduanya tidak enak untuk dipandang.

"Lepaskan! Jangan hanya karena kau telah membayar utangku kau bisa semena-mena padaku!" Hanisa yang kesal, Pria di depannya ini sangat menyebalkan bahkan lebih menyebalkan dari pada pertemuan pertamanya.

"Aku juga tidak minta untuk kau membayar utang-utangku, itu kemauanmu. Bukan urusanku!"

Meninggalkan Ducan namun langsung ditarik sang Pria sehingga tubuh mereka hampir bersentuhan, kini Hanisa yang setinggi dada Ducan terdiam melihat Ducan yang mencoba menyamai tingginya dengan si wanita.

"Aku datang memang bukan untuk membayar hutangmu. Melainkan menuntut dirimu," ucap Ducan setelah berhasil menyamakan tinggi badannya dengan wanita itu.

"Utang? Maksudmu?" terbelalak Hanisa setelah melihat wajah Ducan yang sangat dekat dengannya ditambah dengan ucapan si CEO, hal itu semakin membuatnya terbelalak.

"Jangan lupa kau telah mencuri barangku dan merusaknya."

"Sudah aku bilang aku tidak mencurinya, harus berapa kali aku katakan! Bukankah juga saat itu CCTV-nya rusak, lantas kenapa kau menuduhku!"

"Baiklah. Anggap saja CCTV-nya rusak dan kau tidak mencurinya, lalu ini," melemparkan sebuah benda pada wanita itu setelah memperbaiki postur tubuhnya.

Sementara wanita itu melihat benda yang telah dilempar si Pria yang tak lain adalah sebuah benda yang menjadi permasalahan mereka kemarin, dan terbelalak melihat benda kecil itu sudah tidak berada pada posisinya semula, yaitu rusak.

Kini kaki yang tadinya empat sekarang malah menjadi tiga, "I....ini kenapa?" ucap Hanisa heran.

"Seharusnya aku yang bertanya seperti itu, itu kenapa? Kenapa kucing yang seharusnya berkaki empat sekarang malah berkaki tiga, kenapa? Kau gigit?"

"Maksudmu aku yang membuat benda ini seperti ini?" menunjuk si benda yang berbentuk kucing itu kepada Ducan sehingga ia agak sedikit gemas melihat tingkah dan ekspresi wajah wanita itu.

"Ia siapa lagi, orang yang terakhir menyentuh kucing itu sudah jelas kau, maka sudah dipastikan itu karena kau."

"Bu.... bukan aku, sudah jelas bukan aku, bahkan setelah benda itu ditemukan di dalam tasku, aku tidak menyentuhnya. Kau sendiri pun sudah melihatnya."

"Jadi kau pikir aku yang merusaknya dan berusaha menjebakmu. Kau pikir ini sinetron!" tegasnya. Bukan Ducan namanya kalau tidak ketus dan menatap tajam orang lain.

Hanisa yang tak bisa menjawab ucapan Ducan hanya bisa terdiam mencari solusi di pikirannya, "La.... lalu bagaimana."

"Bagaimana lagi, kau harus ganti rugi!"

"Ganti rugi," gumamnya, "sedangkan membayar utang saja aku sulit, apa lagi membayar itu," batinnya.

"Memangnya berapa. Harga yang harus kubayar untuk itu?"

"1 Milyar!"

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Mendadak Dinikahi Sang CEO    Mulai Mencintainya?.

    Di ruangan yang tertutup tanpa cahaya, seorang pria berjambang tipis terbaring dengan pakaian serba hitam tanpa alas. Pria itu tampak terluka setelah mendapatkan pukulan dari beberapa penjaga yang ada di gedung itu. Gedung yang berdiri sendiri di tengah hutan yang lebat. “Sial, kurang ajar kau, Ducan,” umpatnya setelah dihajar habis-habisan oleh anak buah Ducan, yang tak lain adalah Hendri, orang yang kemarin disekapnya. “Aku sudah katakan, Hendri, jangan menolakku. Aku paling benci ditolak. Kau tahu kan, istrimu saat ini ada bersamaku beserta putramu.” “Jadi, jika kau masih ingin melihat mereka, maka lakukan saja apa yang aku katakan,” ucap Ducan penuh penegasan. “Ck, dari dulu kau memang brengsek. Kau selalu menggunakan kelemahan seseorang setiap kali membutuhkan sesuatu dari orang itu.” “Aku tahu itu,” jawab Ducan dengan enteng. “Sekarang katakan, apa kau mau mengikuti perintahku? Atau… kau mau melihat mayat anak dan istrimu?” tanya Ducan lagi. Pria itu tidak menjawab

  • Mendadak Dinikahi Sang CEO    Pelukan Erat Hanisa Pada Ducan

    Waktu terus berjalan, jam menunjuk pukul 07.30 pagi. Hanisa terbangun dari tidurnya, setelah ia memicingkan matanya agar dapat melihat dengan jelas, mengingat semalam ia menangis karena teror yang membuatnya terpukul.Ducan masih saja terlelap dengan pakaian kerja, kemeja putihnya. Hanisa menatap lekat-lekat wajah pria yang telah menjadi suaminya itu. Ia tak menyangka bahwa semalaman ini ia tertidur di pelukan Ducan dan memeluknya begitu erat, sampai tidak ada jarak di antara mereka.Sehingga Hanisa bisa dengan jelas menatap wajah pria itu. Wajahnya yang tampan dan berkarisma benar-benar membuat Hanisa gila. Betapa tampannya.Meski dalam tidur saja ia bisa terlihat sangat tampan dengan rambut teracak dan wajah sayu yang tampan. Pria itu tidak sempat mengganti pakaiannya karena ia tidak ingin meninggalkan Hanisa dan membuat wanitanya terbangun karena pergerakan yang Ducan lakukan. Karena itu, Ducan tidak menggantinya hingga matahari terbit."Dia, dia yang menemaniku sepanjang malam ini

  • Mendadak Dinikahi Sang CEO    Alisa Mila

    "Ducan," peluk Hanisa sebelum pria itu bisa membenarkan posisinya, menangis di pelukan Ducan sambil tersedu-sedu. "Tolong jangan pergi. Aku takut. Ini pertama kalinya ada yang mengirimkan sesuatu seperti itu padaku. Aku takut," tangisnya yang tak henti. Ducan yang melihat itu seketika merasakan ada sesuatu yang terkoyak di dalam dirinya. Entah mengapa, tetapi yang pasti, di dalam lubuk hati Ducan yang paling dalam, ada suara keras dalam hatinya yang tak bisa ia ungkapkan, bahwa ia sama sekali tidak ingin melihat sesuatu terjadi pada Hanisa, meskipun itu hanyalah hal kecil. Ducan hanya bisa terdiam membiarkan Hanisa memeluk erat dirinya. Ia tidak bisa berkata-kata melihat kondisi Hanisa yang sangat terpukul karena teror itu, dan hanya bisa pasrah. Kemudian, ia mengelus lembut puncak kepala Hanisa. "Aku tidak akan pergi, tenanglah. Aku di sini bersamamu. Jangan khawatir," ucap Ducan menenangkan Hanisa. Hanisa sedang tidak berpikir apa-apa. Ia hanya terus berdiam di dalam pelukan Du

  • Mendadak Dinikahi Sang CEO    Teror Kepada Hanisa.

    "Ada apa, Tuan? Apakah Anda percaya akan ucapan orang sialan itu?" ucap Tony setelah melihat reaksi wajah Ducan yang berbeda. "Tidak, bukan itu, Tony. Aku hanya merasa bahwa apa yang orang itu katakan tidak sepenuhnya benar, tapi juga tidak sepenuhnya salah." "Maksud Tuan?" tanya Tony penasaran setelah mendengar ucapan tuannya yang penuh teka-teki. "Aku hanya merasa kalau orang ini ada kaitannya dengan kejadian di masa lalu, tapi aku tidak tahu apa itu. Awalnya, aku kira orang ini hanyalah orang biasa yang disuruh untuk menerorku saja." "Tapi setelah ia mengucapkan beberapa kata yang membuatku tak percaya, sekarang aku yakin dia bukanlah orang biasa." "Selama ini kita sudah salah menilainya," ucap Ducan lagi. "Iya, Tuan, Anda benar. Selama ini kita salah mengenalnya. Awalnya, saya juga mengira begitu, tapi setelah mendengar semua ucapannya, sekarang saya juga yakin." "Ini, Tuan, coba lihat ini. Beberapa hari ini saya telah menyelidiki tentang Hendri ini," ucap Tony lagi s

  • Mendadak Dinikahi Sang CEO    Kematian Sang Ibu

    "Bagaimana dengan ini?" ucap Ducan, menyuruh anak buahnya untuk membawa seseorang ke hadapan mereka."Apa kau masih mementingkan bosmu itu?" Ducan menunjuk pada wanita yang agaknya berusia 25 tahun, yang tak lain adalah istri pria itu."Dasar bajingan kau, Ducan!" umpatnya meludah, dengan bibir yang masih berdarah. Namun, hal itu bukanlah masalah bagi Ducan. Ia malah tersenyum licik dengan penuh kemenangan; orang yang selama ini berusaha membunuhnya telah kalah telak dan tak bisa melarikan diri lagi.Tapi itu bukan berarti ia akan terjamin keselamatannya. Selama musuh dari musuh ke musuhnya masih hidup dan mengganggu ketenangan keluarganya, ia akan tetap waspada dan tidak buta diri akan hal ini."Sekarang katakan, siapa orang yang menyuruhmu?" ucap Ducan dengan nada sedikit tidak sabar, melihat orang di depannya tampak ragu-ragu untuk menjawab."Cepat katakan, atau..." ancamnya sambil menyodorkan pistol ke kepala wanita yang sedang pingsan akibat bius yang Ducan berikan."Iya. Baik, b

  • Mendadak Dinikahi Sang CEO    "Bagus lah kalau begitu, sayang."

    "Mau ke kamar mandi," jawabnya berbicara dengan mulut yang tidak terlalu lebar, yang diangguki Ducan, percaya.Ducan kemudian memperhatikan Hanisa berjalan sampai memasuki kamar mandi, tampak perhatikannya.Hingga sampai di depan pintu kamar mandi, Hanisa pun dengan cepat menutup pintunya.Dan..."Aaaa...," teriak Hanisa, menutup mulutnya agar tidak terlalu sakit dan terdengar oleh Ducan. Dia melompat-lompat kecil tak percaya, kalau tadi ia baru saja membayangkan hal yang tidak-tidak bersama Ducan, yang hampir saja ketahuan karena kecerobohannya."Bodoh! Bodoh kau, Hanisa. Kenapa kau bisa-bisanya membayangkan hal-hal yang seperti itu bersama dia? Kenapa?" gerutunya kesal."Apa tadi dia tahu kalau aku sedang memikirkannya?" serunya menatap diri dalam cermin. "Hufff... ini benar-benar membuatku gila. Apa yang harus kukatakan padanya? Dan... apa yang dia pikirkan tentangku saat ini?""Apa dia tahu? Tidak. Aku rasa dia tidak akan tahu apa yang aku pikirkan tadi," ucapnya meyakinkan diri,

  • Mendadak Dinikahi Sang CEO    "Malam ini, aku ingin kau tidur di kamarku."

    "A... aku? Aku... aku tidak apa-apa," ucapnya terbata-bata, terlihat canggung melihat Ducan yang tadi jauh di sana kini sudah berada tepat di depannya. "Kau yakin?" ucap Ducan memperhatikan dengan pasti. "Umm," dehemnya, menganggukkan kepalanya untuk meyakinkan Ducan. "Ya sudah, kalau begitu. Ayo," ucap Ducan kemudian mengajak Hanisa menuju lift lantai kamar mereka. Hingga tak lama, kedua orang itu pun kini sampai di lantai kamar mereka. Sampai saat ini, Hanisa masih saja tak berkutik untuk mengeluarkan suaranya karena merasa canggung kepada pria yang dipeluknya, mengingat kejadian saat di gedung tadi. Ia kemudian hanya bisa keluar, menuju kamarnya tanpa sepatah kata pun. "Hanisa," seru Ducan lagi hingga membuat Hanisa tersentak dari pikirannya. "Iya," jawabnya sambil menoleh pada Ducan yang membuatnya harus mendongak karena perbedaan tinggi badan mereka, yang masih berada tepat di depan pintu lift itu. "Malam ini, aku ingin kau tidur di kamarku," serunya yang membuat Hanisa t

  • Mendadak Dinikahi Sang CEO    "Bagus, siksa dia dan tanya, siapa sebenarnya orang yang berada di balik semua ini."

    "Kau!" Bugh! Pria itu tersulut emosi, kemudian menampar wajah Hanisa hingga pipi wanita itu memerah. Bahkan, karena kerasnya pukulan itu, sapu tangan yang diikatkan ke mulutnya terlepas. "Jangan coba-coba memancing emosiku jika tidak ingin aku memukulmu lebih keras lagi." "Mengerti?" ucapnya lagi, memberikan peringatan. Namun Hanisa masih mengabaikannya, padahal kini sudut bibirnya terluka. Namun, diabaikannya karena rasa sakit yang dialaminya tidak sebanding dengan keinginannya untuk bebas dari sekapan pria itu. "Lepaskan aku! Lepaskan!" teriaknya. "Sebenarnya, kau mau apa dariku?" tanya Hanisa, menuntut penjelasan. "Aku? Mau apa?" ucapnya. "Aku mau kau. Aku mau hidup dan matimu," ucapnya lagi dengan nada yang begitu menyeramkan menurut Hanisa. "Maksudmu?" tanyanya bingung dengan wajah ketakutan sebab pria itu kini menatap dirinya, seakan ingin melakukan sesuatu pada wanita itu. Kemudian, pria itu mengeluarkan benda tajam dari dalam pakaiannya dan mendekat. "Mau apa kau? Ha?"

  • Mendadak Dinikahi Sang CEO    Penculikan Hanisa.

    "Kau?" ucap wanita itu ketika ia melihat seorang pria berdiri di hadapannya tertunduk dengan topi berwarna hitam. "Siapa?" ucap wanita itu lagi ketika ia melihat sesosok pria yang ia pikir Ducan ternyata bukanlah Ducan. Kemudian pria itu pun menegakkan kepalanya sehingga si wanita bisa melihat dengan jelas wajah pria itu. "Sedang mencari siapa ya?" ucapnya lagi yang sedikit agak takut karena tampang pria yang di depannya agak sedikit mencurigakan. "Saya mencari kamu," ucap pria tak dikenal itu dengan nada sedikit berat dan menakutkan yang membuat si wanita agak sedikit takut, namun ia masih berusaha tenang. "Maaf, tapi sepertinya Anda salah orang," ucap wanita itu lagi, karena menurutnya selama ia di Prancis, ia tidak pernah sekalipun berhubungan dengan pria manapun selain dengan Ducan dan sekretaris pria itu. Kemudian karena takut dan merasa orang ini ingin berbuat jahat padanya, wanita itu pun dengan cepat langsung ingin menutup pintunya. Namun gagal karena pria itu dengan cepa

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status