Bagaimana jadinya kalau kamu di tuduh mencuri. Bukannya ditangkap Polisi, Ehh malah di tangkap CEO tampan untuk dinikahi. Begitulah nasib Hanisa Mila. Yang dituduh mencuri benda milik sang CEO. Berawal dari mencari pekerjaan untuk melunasi utang ibunya, dia malah diadili di sebuah toko barang mewah. Lalu, alih-alih dilaporkan ke polis, CEO itu malah membantunya melunasi utang dan melamarnya langsung. Apakah Hanisa akan menikahinya atau. Dan apakah alasan sang CEO mau menikahinya? Cover Book by : Canva
Lihat lebih banyak"Bodoh! APA YANG KALIAN LAKUKAN, SAMPAI DIA BISA MELARIKAN DIRI," ucap Ducan membuat orang-orangnya merasa takut dan merasa bersalah.Berfikir bahwa mereka gagal menjalankan perintah tuannya."Maaf, tuan. Kami sudah berusaha mencarinya kemana-mana, tapi kami tidak berhasil," ucap seorang pria berbadan tinggi tegap, berbicara tunduk.Sedangkan yang mendengar menghela nafas tak habis pikir.Bagaimana bisa penjaga sebanyak ini bisa kehilangan satu orang tawanan pikirnya.Namun karena tak bisa berbuat apa-apa, pria itu pun hanya bisa pasrah dan berkata."Tony, cepat urus semua yang sudah kita bicarakan," pria itu menghadap Tony di sebelahnya, "sedangkan kalian cepat cari dia lagi, beritahukan setiap penjagaan yang ada di hutan ini," ucap Ducan lagi pada semua penjagaannya."Tuan, apa yang harus kita lakukan lagi?" ucap Tony."Untuk sekarang, lakukan saja yang kita bicarakan kemarin, karena besok aku akan bulan madu," ucap Ducan sambil berjalan.Hingga Tony yang mendengarnya tiba-tiba hera
"Dia adalah Robert," ucap Ducan Tampa memandang yang diajak bicara, "Setelah semua yang terjadi, dia tidak bisa dipercayai begitu saja," ucap pria itu lagi mengalihkan pandangannya pada Tony."Tuan, saya sudah menyelidiki Tuan Robert beberapa hari ini. Setelah mengetahui kejadian dimasa lalu ada hubungannya dengan keluarga Town, saya menyelidikinya," Tony sesekali menoleh kepada Ducan di belakangnya seraya mengendarai mobil itu."Beberapa hari ini, Pak Robert sering mengantar pulang Nyonya Hanisa, Tuan," ucap Tony lagi.Sontak hal itu membuat yang dibelakang berubah ekspresi, terlihat kesal namun juga penuh arti."Tetap awasi pria itu," Ducan lagi.*"Hanisa," ucap Ducan menghampiri wanita yang baru tiba dari pekerjaannya.Yang telah lama ditunggunya sejak tadi di dalam kamar.Entah mengapa, tapi ini pertama kalinya pria itu menunggu si wanita dari pekerjaannya.Namun jika dilihat-lihat dari ekspresi si pria, tampaknya ini adalah hal yang serius.Hingga si wanita yang melihat itu tamp
"Tidak apa-apa, saya senang bisa membantu kamu," ucap Robert pada wanita yang bingung melihat si atasan terniat sekali menjemputnya.Padahal jika bisa dibilang wanita itu adalah karyawan baru di perusahaannya.Dan sebagai karyawan dan atasan mestinya itu menimbulkan pertanyaan bagi siapapun yang melihatnya.Kecuali, kalau bukan ada sesuatu di antara mereka.Sedangkan di sisi lain ternyata beberapa menit tadi pria yang telah menjadi suami wanita itu telah memperhatikan mereka.Dari jarak yang jauh, di lantai dua dengan jendela kaca yang panjangnya menyusuri batas dinding ruangan itu.Si pria memperhatikan mereka dengan ekspresi yang tampaknya ada kekesalan di hatinya.Dan dengan wajah kesalnya, pria itu pun pergi berjalan menghampiri keduanya dengan sigapnya."Kalau begitu, yuk," ucap Robert memperhatikan wanita itu, kemudian wanita itu pun melangkahkan kakinya berusaha menaiki mobil pria itu.Namun saat wanita itu ingin melangkah, tiba-tiba langkahnya terhenti karena sebuah genggaman
"Sampai detik ini, saat Oma melihatnya, rasanya Oma mau menangis," wanita paruh baya itu mengusap pipinya yang basah. "Dia anak yang baik, meskipun dia terlihat baik-baik saja di luar, tapi di dalam hatinya ada banyak hal yang ingin diungkapkan," ucapnya lagi melirik yang paling muda.Hingga yang dilirik memeluk yang paling tua dari belakang, "Oma, bagaimanapun dia, tapi yang kita lihat saat ini, adalah seorang Ducan yang kuat," wanita itu menyemangati."Kamu jangan tinggalkan Ducan ya?" senyum si Oma menatap wanita itu lembut.Menarik pelan wanita di belakangnya, menghadapnya, Hanisa yang melihat wanita paruh baya itu tampak masih bersedih, perlahan mengusap air mata si Oma seraya memberikan senyum."Oma, jangan menangis lagi ya, sekarang aku adalah istrinya Ducan," ucapnya tersenyum memegangi tangan wanita paruh baya itu, "dan aku janji sama Oma. akan merawatnya," ucapnya lagi dengan senyuman membuat yang paling tua merasa tenang.Kemudian wanita paruh baya itu memeluk Hanisa eratny
"Hanisa sayang?" ucap si Oma memegangi tangan wanita itu sambil memandangnya dengan lembut, mengisyaratkan untuk jujur seakan wanita itu membohonginya. Tahu si Oma melihatnya, pria itu, yang adalah Ducan, pun berusaha menyela."Oma, kami kan baru menikah jadi bagaimana mungkin langsung berapa bulan," sahut pria itu."Oma tahu, Oma minta maaf. Oma hanya becanda tadi," senyum gurau si Oma, "tapi kalian serius belum melakukannya?" tanya Oma lagi sehingga keduanya merasa malu, yang mana reaksi itu diketahui oleh wanita paruh baya."Yah, sudah gini aja. Oma nggak mau tahu, besok kalian berdua harus membatalkan semua urusan kerja dan pergi bulan madu, oke," tegas Oma."Ga bisa gitu, Oma. Oma kan tahu sendiri sesibuk apa aku, banyak urusan yang harus kuselesaikan," ucap si pria meyakinkan wanita paruh baya itu yang kemudian ditatap curiga oleh Hanisa."Urusan? Aku memang sedikit sibuk tapi untuk orang seperti dia, itu hal yang mudah. Bahkan dia punya sekretaris untuk selalu mengantikan kerja
"Apa aku juga akan dibunuhnya?" ucap wanita itu ngeri, kemudian pergi meninggalkan ruangan dengan hati-hati agar tak ada yang melihatnya."Awasi orang itu selalu, jangan sampai dia kabur. Aku akan pulang sekarang," ucap Ducan kepada Tony setelah memerintahkan pengawal di situ membawa pria yang menjadi tawanan mereka."Baik, tuan," ucap Tony.Kemudian pria itu pergi meninggalkan ruangan dan memasuki kembali mobilnya, melajukannya dengan kecepatan kilat.Hingga tak berapa lama, kini mobil itu terparkir di sebuah bangunan mewah yang adalah kediamannya.Melihat pria itu keluar dari mobil, wanita yang juga berada di dalam mobil keluar dari bagasi itu, keluar secara bersamaan.Yang kini pria itu memasuki kediamannya lalu menuju ke kamar mandi untuk membersihkan diri, sedangkan wanita itu kembali pada kasur yang sengaja di alas dengan bantal guling, agar ia tidak ketahuan telah mengikutinya."Pagi," ucap pria itu pada wanita yang kini tengah menyiapkan sarapan untuk mereka.Lantaran hari ini
."Brengsek! Akan kubunuh kau!" ucap pria itu kemudian pergi meninggalkan ruangan, sedangkan yang mendengar terbangun dari posisinya."Kubunuh?" ucap wanita itu, yang hanya memperlihatkan setengah tubuhnya, terkejut mendengar ucapan si pria yang pergi dengan terburu-buru. "Dia mau kemana?" ucapnya lagi menuruni kasur itu, menyusul si pria.Iapun kini telah berada pada beberapa ruangan yang berada dekat kamarnya yang berada di lantai dua.Wanita itu memandangi sekitarnya, was-was mencari pria itu."Kemana dia? Cepat sekali perginya," wanita lagi menuruni tangga, yang lagi-lagi memperhatikan sekeliling. Kemudian melihat si pria tengah berada di luar rumah.Tampak menghampiri mobil putih yang terparkir, iapun dengan cepat menuju pria itu, namun tetap was-was.Tapi sesaat pria itu menyalakan mobilnya, pria itu kembali memasuki kediamannya yang tampaknya ketinggalan sesuatu. Si pria pun dengan langkahnya kembali ke kamar untuk mengambil sesuatu yang dirasanya tertinggal.Sedangkan wanita ya
"Kau kenapa? Kenapa memandangku seperti itu?" ucap wanita itu setelah menghampiri pria yang mendiami sofa itu."Menurutmu, aku kenapa?" ucap pria itu menatap tajam yang di depannya.Bingungnya."Sebenarnya, dia kenapa? Apa jangan-jangan dia tahu aku menyentuh laptopnya semalam," batinnya, takut pria di depannya mengetahui apa yang telah dilakukannya.Yang mana tadi pagi, sebelum wanita itu berangkat bekerja, ia sempat menyentuh laptop si pria yang masih menyala.Tidak bermaksud membaca dokumen perusahaannya.Sehingga ia pikir, mungkin pria itu marah padanya karena kelancangan dirinya.Hingga tiba-tiba, wanita itu mendudukkan dirinya pada sofa panjang yang didiami pria itu."Aku minta maaf, aku tidak bermaksud untuk membaca dokumen perusahaanmu," ucapnya, namun itu lebih terlihat seperti rengekan dari pada ucapan maaf, hingga membuat si pria terkejut, akan tingkahnya."Apa yang kau lakukan?" bingungnya atas ucapan wanita itu."Aku tidak akan mengulanginya lagi, kau bisa memegang kata-k
"Ternyata Pak Robert baik juga," ucap wanita itu yang telah berada di ruangannya, sambil membayangkan hal yang baru mereka lakukan tadi."Dia tipe pria yang baik, sabar, dan pengertian, tidak seperti pria itu. Bahkan sudah jadi suami saja tidak ada baik-baiknya," cemberutnya mengingat perlakuan pria yang sudah menjadi suaminya, yang tak lain adalah Ducan.Setelah wanita itu bekerja dan masa kerja yang juga sudah berakhir, ia pun memutuskan untuk kembali ke kediamannya. Namun belum jauh ia berjalan menjauh dari pintu perusahaan, tiba-tiba sebuah mobil Rolls Royce Ghost menghampirinya."Hai, Han," ucap seorang pria yang berada dalam mobil silver itu."Ehh pak," jawab wanita itu tersenyum melihat sosok di belakang kursi penumpang."Kamu mau pulang?""Iya, pak.""Naik taksi?""Iya, pak," senyumnya."Gimana kalau sama saya aja, saya antar. Dari pada kamu nungguin taksi, pasti masih lama," ucap pria itu meyakinkan."Ummm," pikirnya sebelum memutuskan lalu menaiki mobil itu. Sehingga mobil i
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.