แชร์

131. Happy Birthday Elhan!

ผู้เขียน: Merspenstory
last update ปรับปรุงล่าสุด: 2025-06-18 10:04:08

Beberapa hari kemudian.

Taman belakang kediaman Nate dan Mariana berubah menjadi lautan warna. Balon-balon biru dan putih bergelayut di sepanjang pagar, pita-pita berkilau melingkari pepohonan kecil, dan meja-meja kayu dihiasi kue-kue kecil serta kotak-kotak hadiah yang dibungkus rapi.

Di tengah taman, sebuah spanduk besar bertuliskan ‘Happy 7th Birthday, Elhan!’ terbentang.

Elhan berdiri di bawah spanduk itu dengan senyum lebar, mengenakan kaus bergambar pesawat luar angkasa favoritnya. Di sampingnya, Noel berusaha keras menahan diri agar tidak membuka kado lebih dulu.

“Jangan sekarang, Noel,” bisik Elhan. “Kita harus tiup lilin dulu.”

Musik anak-anak yang ceria mengalun pelan di latar. Beberapa anak tetangga dan teman sekolah Elhan berlarian di taman, sebagian lainnya mencoba permainan lempar bola atau melukis wajah di pojok yang sudah disiapkan.

Di dekat meja kue, Mariana sibuk mengatur piring-piring kue sambil sesekali melirik ke arah kedua putranya yang sedang dikerubungi teman-t
อ่านหนังสือเล่มนี้ต่อได้ฟรี
สแกนรหัสเพื่อดาวน์โหลดแอป
บทที่ถูกล็อก

บทล่าสุด

  • Mendadak Jadi Ibu Susu Anak Atasanku    Bab 132

    Satu minggu kemudian…Rumah orang tua Mariana dipenuhi aroma harum dari dapur. Ratna sedang memanggang kue bolu kesukaan cucu-cucunya, sementara Armand sibuk di taman belakang. Di ruang tengah yang sejuk dan terang oleh cahaya matahari pagi, Noel duduk bersila di atas karpet, begitu fokus pada robot kecil yang ia rakit sendiri.Tak jauh darinya, Thalia—putri Bianca—mengamati dengan sorot mata tak sabar. Rambut hitamnya dikuncir dua, dan ekspresinya menunjukkan kejenuhan.“Aku mau main juga,” ujar Thalia tiba-tiba. Tanpa menunggu tanggapan, ia melangkah cepat dan mendorong bahu Noel agar menjauh dari mainan itu.Noel terhuyung ke belakang. Siku kecilnya menghantam lantai.“Aduh!” serunya kaget. Ia tidak menangis, hanya memegangi lengannya dengan bingung.“Thalia!” Mariana segera bangkit dari kursi di dekat jendela dan menghampiri Noel. “Kamu nggak boleh main dengan cara seperti itu.”Namun sebelum Mariana sempat menegur lebih jauh, suara langkah cepat dan derap tumit memasuki rumah. Bi

  • Mendadak Jadi Ibu Susu Anak Atasanku   131. Happy Birthday Elhan!

    Beberapa hari kemudian.Taman belakang kediaman Nate dan Mariana berubah menjadi lautan warna. Balon-balon biru dan putih bergelayut di sepanjang pagar, pita-pita berkilau melingkari pepohonan kecil, dan meja-meja kayu dihiasi kue-kue kecil serta kotak-kotak hadiah yang dibungkus rapi.Di tengah taman, sebuah spanduk besar bertuliskan ‘Happy 7th Birthday, Elhan!’ terbentang.Elhan berdiri di bawah spanduk itu dengan senyum lebar, mengenakan kaus bergambar pesawat luar angkasa favoritnya. Di sampingnya, Noel berusaha keras menahan diri agar tidak membuka kado lebih dulu.“Jangan sekarang, Noel,” bisik Elhan. “Kita harus tiup lilin dulu.”Musik anak-anak yang ceria mengalun pelan di latar. Beberapa anak tetangga dan teman sekolah Elhan berlarian di taman, sebagian lainnya mencoba permainan lempar bola atau melukis wajah di pojok yang sudah disiapkan.Di dekat meja kue, Mariana sibuk mengatur piring-piring kue sambil sesekali melirik ke arah kedua putranya yang sedang dikerubungi teman-t

  • Mendadak Jadi Ibu Susu Anak Atasanku   130. Duo Bocah

    Enam tahun kemudian…Langit biru cerah ketika Mariana baru saja tiba di makam Selene. Hari ini adalah peringatan kematian putrinya—yang tak sempat ia dekap dalam pelukan.Meski sudah bertahun-tahun berlalu, setiap langkah menuju batu nisan itu selalu membuat dadanya sesak. Tak ada waktu yang benar-benar bisa menyembuhkan kehilangan.Tangannya menggenggam seikat bunga lili putih, kelopaknya lembut seperti angan tentang bayi perempuan yang tak pernah sempat ia nyanyikan lagu nina bobo. Rasa rindunya pada Selene tidak pernah menua, tidak pernah pudar, tidak pernah berubah menjadi kenangan biasa.Di belakang Mariana, suara langkah kecil terdengar menyusul.“Elhan, pelan-pelan,” ujar Nate lembut, menggandeng tangan putra mereka yang lebih kecil, Noel, yang kini berusia empat tahun.“Aku bawa bunga juga untuk Kak Selene, Ma,” ucap Elhan sambil memperlihatkan rangkaian bunga warna-warni hasil pilihannya sendiri.Mariana tersenyum sendu. “Terima kasih, Sayang. Kak Selene pasti senang.”Mereka

  • Mendadak Jadi Ibu Susu Anak Atasanku   129. Nasi Goreng Penyelamat

    Mariana melangkah perlahan mendekati Nate yang duduk diam di sofa kamar mereka di kediaman Adikara. Tanpa berkata apa-apa, ia berdiri di belakangnya, lalu melingkarkan kedua tangan ke leher sang suami, memeluknya dari belakang dengan pelan namun penuh kehangatan.Nate menoleh sedikit, tersenyum tipis. Ia lalu memejamkan mata dan menyandarkan kepalanya ke lengannya Mariana, seolah menemukan jeda dalam kekacauan hari ini.“Gimana kalau makan malam dulu, Mas?” bisik Mariana lembut di dekat telinganya. “Kamu belum makan sejak siang, kan?”Nate menghela napas panjang, seolah baru menyadari perutnya memang kosong. Tapi bukan itu yang membuatnya letih. Kepalanya penuh.“Lapar sih iya,” gumamnya pelan. “Tapi rasanya semua makanan bakal hambar malam ini.”Mariana tak langsung menjawab. Ia hanya mengencangkan sedikit pelukannya, memberikan kehangatan yang tak bisa diucapkan dengan kata.“Aku tahu semuanya berat, Mas. Tapi kamu nggak harus hadapi semuanya sendirian.”Nate membuka mata, lalu mena

  • Mendadak Jadi Ibu Susu Anak Atasanku   128. Ketabahan Arsita

    Arya segera membantu Mariana merebahkan tubuh Arsita ke atas kasur. Tangan Mariana gemetar saat ia meraih botol kecil dari laci nakas, menyodorkan minyak kayu putih ke ayah mertuanya.“Papa, tolong oleskan di pelipis mama. Aku nggak berani menyentuh wajah mama,” ujar Mariana panik. Meski situasinya darurat begini, Mariana tetap segan untuk menyentuh wajah sang ibu mertua.Arya mengangguk cepat, membuka tutup botol, lalu dengan tangan yang tak kalah bergetar, ia mengusapkan minyak itu ke bawah hidung istrinya. Mariana duduk di sisi ranjang, menggenggam tangan Arsita erat-erat sambil berdoa dalam hati dengan tulus.Sementara itu, dari pintu kamar, Mbak Yanti muncul tergopoh. Ia segera menghampiri ranjang, matanya membelalak melihat situasi yang genting.“Mbak Yanti, tolong gendong Elhan keluar dulu, ya,” pinta Mariana cepat.Tanpa banyak tanya, Mbak Yanti mengangguk. Ia segera mengangkat Elhan yang menangis di pinggir kasur, lalu menimang bayi itu lembut seraya membawanya ke luar kamar.

  • Mendadak Jadi Ibu Susu Anak Atasanku   127. Kacau

    Mariana langsung menghampiri Nate saat melihat suaminya berdiri di foyer. Wajahnya memancarkan ribuan pertanyaan, namun tak satu pun terucap. Hanya sorot matanya yang berbicara—cemas, bingung, dan menunggu.Nate melepaskan sepatunya perlahan, lalu tanpa berkata sepatah kata pun, ia menarik Mariana ke dalam pelukannya. Kepalanya terbenam di lekuk leher istrinya.Mariana membalas pelukan itu dengan lembut. Tangannya mengusap punggung Nate. “Ada apa, Mas?”Nate diam sejenak, lalu menarik napas panjang. Ia kemudian melepaskan pelukan itu perlahan, menatap mata istrinya dengan sorot yang lelah namun serius.“Aku harus cerita sesuatu,” ucapnya pelan.Mariana mengangguk, kemudian menggandeng tangan Nate menuju ruang tengah. Mereka duduk berdampingan, dan Mariana meraih jemari suaminya.“Papa punya anak dengan wanita lain,” ujar Nate.Mariana menatap suaminya tanpa berkedip. “Maaf… apa?” tanyanya terkejut.“Papa punya anak dari wanita lain. Sudah lama. Namanya Daniel. Dia masih mahasiswa, dan

บทอื่นๆ
สำรวจและอ่านนวนิยายดีๆ ได้ฟรี
เข้าถึงนวนิยายดีๆ จำนวนมากได้ฟรีบนแอป GoodNovel ดาวน์โหลดหนังสือที่คุณชอบและอ่านได้ทุกที่ทุกเวลา
อ่านหนังสือฟรีบนแอป
สแกนรหัสเพื่ออ่านบนแอป
DMCA.com Protection Status