Steve yang dari tadi memperhatikan Sans hanya diam saja, dia jelas sangat tahu keadaan Sans saat ini, “Sans, apa kau serius? Memiliki uang 500 ribu saja sudah untung untukmu,” ucap Steve pelan.
“Haha……” wanita genit itu tertawa terbahak-bahak, om-om itu pun ikut mengejeknya, “Hei, Bajingan! Apa kau sudah gila? Jangan membuat lelucon seperti itu, sebaiknya kau cepat pergi dari sini. Kau hanya merusak pemandangan disini,” ucap om-om tersebut.
Sans melirik ke arah karyawan itu, “Baiklah, kau ingat ucapanmu barusan. Jika aku bisa membayarnya saat ini, rubah margamu menjadi margaku,” ucap Sans kepada karyawan itu, “Gunakan kartu ini, dan aku bayar semuanya,” lanjutnya.
Karyawan itu melihat-lihat kartu yang diberikan Sans kepadanya, “Tuan, tolong. Jangan membuat lelucon lebih banyak lagi, apa kau yakin di dalam kartu ini terdapat uang Satu Milyar? Kartu hitam seperti ini? Aku tidak bodoh!” ucap karyawan itu mengejek.
Sans mengerutkan keningnya, ia ingat yang diucapkan ayahnya bahwa kartu ini hanya terdapat beberapa saja di negara ini. Dan mungkin saja di Kota Helix hanya ada satu, yaitu kartu yang dimilikinya saat ini. Karyawan itu tidak mengetahui kartu VIP tersebut, akan tetapi om-om yang ada di sebelahnya itu terkejut bukan main.
Dia mengetahuinya dengan sangat jelas! Tidak penting berapa banyak saldo dari kartu itu. Yang terpenting adalah, di seluruh Negara ini hanya ada dua puluh kartu. Kartu itu hanyaang diberikan kepada orang-orang tertentu, terkenal dan memiliki status tinggi dinegara ini.
“Siapakah orang ini?” gumam om-om tersebut dengan perasaan kagetnya.
Kemudian, wanita om-om itu kembali tertawa terbahak-bahak, “Hahaha... Untuk apa kau berbohong seperti itu? Apa gunanya kartu palsu itu? Apa kau benar-benar sudah gila?” ucap wanita itu.
Steve yang dari tadi memperhatikan mereka kembali berbicara, “Untuk apa kau mempermalukan dirimu, Sans?”
Sans sedikit kesal dan berbicara, “Asli atau palsu, kau akan tau setelah menggunakannya. Lagi pula, tidak akan merugikanmu kan jika dicoba sekarang?”
Karyawan yang mendengar ucapan Sans merasa sangat malu. Wanita om-om itu langsung berkata, “Gunakan saja sekarang, Cepat. Agar semua orang tau, betapa gilanya orang ini. Mobil seharga 1 Milyar, dengan penampilan seperti ini?”
Dia tidak percaya, orang yang mengenakan pakaian yang begitu miskin. Masih bisa mengeluarkan uang seharga empat miliar untuk membeli mobil ini? Terlebih lagi, dia menggunakan kartu yang sama sekali tidak terlihat seperti sebuah kartu bank!
Maria yang bersama Sans saat ini merasa menyesal mengikutinya.
Sans jelas-jelas tidak punya uang sebanyak itu, ia hanya menantu pengangguran. Untuk apa ia berbohong? Semua ini hanya akan membuatnya malu. Jika tau akhirnya akan seperti ini, Maria tidak sudi mengikuti Sans memilih mobil.
Beberapa menit kemudian, karyawan itu kembali lagi dengan membawa kartu bank VIP Sans. Dengan perasaan takut, gemetar dan rasa hormat, “Tuan Sans, saya benar-benar minta maaf, saya sangat menyesali semua perkataan saya. Saya sangat bodoh, saya tidak dapat melihat siapa anda sebenarnya. Mohon maafkan saya,” ucapnya dengan menundukkan kepalanya.
Hah? Ada apa ini? Semua orang yang ada disana kaget bukan main. Apakah kartu itu dapat digunakan? Semua orang berpikir hal yang sama.
“Apakah itu, kartu bank asli?” tanya wanita itu dengan enggan.
Wajah Steve juga terlihat tidak percaya, “Bagaimana mungkin?” gumamnya.
Steve tau jelas keadaan Sans, kemarin ia meminta uang yang diberikannya untuk biaya operasi adiknya. Namun sekarang, tiba-tiba ia membeli mobil seharga 1 Milyar! Karyawan itu melihat ke arah Sans. Dengan hati yang masih berdebar-debar, dan perasaan takut, hampir saja kariernya hancur dipecat oleh manajernya.
Kalau bukan karena manajernya yang pernah melihat kartu ini sebelumnya. Ia benar-benar tidak akan tahu bahwa kartu VIP itu memang ada. Di saat yang bersamaan, di bawah instruksi sang manajer, ia menjelaskan bahwa orang yang memiliki kartu VIP ini, adalah orang yang tidak bisa disinggung sedikitpun.
Sans menoleh dan bertanya kepada karyawan itu, “Apa sudah selesai?”
Fajar tidak bisa berkata apa-apa lagi. Sansan mengucapkan terima kasih dan menutup telepon.Hyorin mendengarkan seluruh percakapan mereka, wajahnya juga menjadi serius. "Apa yang harus kita lakukan?"Sansan berkata dengan tak berekspresi. "Pergi ke RS Kyoto dulu dan buat strategi," Sansan menatap Hyorin dengan sedikit ragu. "Tapi, sebelum itu kamu pergi dan bawa Soraya pulang!"Soraya adalah kelemahannya. Jika orang-orang itu ingin menyerangnya dan membiarkannya tertangkap, mereka pasti akan menyerang Soraya terlebih dulu. Jadi, melindungi Soraya adalah hal yang paling penting.Hyorin mengangguk. "Aku akan pergi!""Biarkan Busby pergi, kamu ikut aku ke RS Kyoto," ujar Sansan sambil berjalan.Hyorin tidak keberatan, Sansan menelepon Matt Busby, berbicara singkat tentang situasinya dan pergi ke RS Kyoto.***RS Kyoto.Sansan memanggil Ramdan dan Leona. "Hari-hari indah akan segera berakhir."Mereka tidak mengerti. Ketika Sansan memberi tahu berita tentang Henda dibunuh oleh Zoran, semua
"Brengsek!"Sansan benar-benar menganggap Hiden sebagai teman dekatnya. Jika tidak, dia tidak akan pergi mencari Hiden setelah menerima Grup Hour, apalagi memberikan Hiden banyak sumber daya untuk membuatnya berkembang.Alhasil, Hiden bekali-kali menyerobot sumber daya yang layak didapatkan Grup Hour secara diam-diam! Bahkan, dia melakukan tindakan kecil di belakang punggungnya dan sekarang bahkan mencari pembunuh untuk membunuhnya!Perasaan dikhianati oleh teman dekat ini membuat Sansan merasa tercekik. Jelas sekali mereka adalah teman dekat. Wardani bisa mati untuknya, tetapi Hiden malah ingin membunuhnya!"Ahh …" Sansan tinggal di gang gelap itu untuk waktu yang lama sebelum perlahan keluar dari gang, tetapi aura permusuhan di tubuhnya menjadi lebih berat dari sebelumnya.Ponsel Sansan terjatuh ketika dia dan Downey melompat keluar jendela. Saat itu, dia tidak ada waktu untuk mencari ponsel lagi. Setelah melompat keluar jendela, dia berusaha keras berlari.Mereka berada di depan Hy
"Tentu!" Sansan mengangguk tanpa terkejut, dan menghabiskan seteguk anggur terakhir. "Waktu untuk duel akan diatur secara terpisah. Sekarang bukan waktu yang tepat."Downey tidak keberatan.Pada saat ini, Sansan hendak bangun dan Downey tiba-tiba menahannya. Sansan bingung. "Kenapa? Apakah kamu ingin melakukannya sekarang?"Downey menatap dingin ke belakang Sansan, seolah sedang mengamati sesuatu. Sansan melihat ada yang tidak beres, berpaling untuk melihat dan dia melihat beberapa orang berpakaian rapi duduk di pojok sambil minum alkohol. Ketika Sansan menoleh untuk melihat, mereka dengan cepat menarik kembali pandangan mereka.Meskipun orang-orang ini tampil sebagai gangster kecil, tetapi niat membunuh di dalamnya belum sepenuhnya disimpan dan bisa dirasakan hanya dengan satu tatapan.Sansan mengerti dalam sekejap, berbalik dan berkata kepada Downe.y "Sepertinya ada yang datang untuk membunuhku lagi.""Mungkin masih orang yang sama?" Downey sepertinya tidak khawatir sama sekali, tap
Di dalam kamar. Setelah memastikan bahwa mereka telah pergi, ekspresi semua orang kembali normal dan seorang wanita pergi mengetuk pintu kamar mandi. Setelah beberapa saat, pintu kamar mandi terbuka dan Lou Zheng berjalan keluar.Ketika pria itu sedang berbicara di telepon, Lou Zheng kebetulan pergi ke kamar mandi. Ketika dia akan keluar, dia mendengar jeritan di dalam kamar dan tahu ada yang tidak beres, jadi dia tetap di dalam kamar mandi dan tidak keluar.Saat itu, Sansan mematikan suara lagu karena dia ingin bertanya, sehingga Lou Zheng bisa mendengar suara Sansan dengan jelas.'Sansan belum mati?! Dia bahkan datang sampai kesini.' Lou Zheng sangat gugup pada saat itu.Untungnya, orang-orangnya tahu apa yang harus dikatakan dan apa yang tidak boleh dikatakan. Jadi mereka tidak mengungkapkan identitasnya.Lou Zheng memandang semua orang dengan puas. "Bagus sekali! Setelah beberapa hari lagi, kalian akan menjadi eksekutif Grup Hour yang baru.""Baik, bos." Lou Zheng tersenyum.Sansa
Melihat Sansan yang menatapnya, ekspresi Downey berubah drastis, dia berusaha menahan dan akhirnya dia mengutuk. "Sialan, jangan omong kosong kamu!""Uhm …" Sansan terbatuk geli menatap mata Downey. "Hahaha …" Sansan tidak bisa menahan tawanya saat melihat alis Downey yang terangkat.Karena tatapan serius Downey, ditambah dengan kesan bahwa Sansan yang berperilaku baik, sangat lucu jika dia tiba-tiba mengutuk kalimat seperti itu.Raut wajah Downey semakin buruk. Bagaimanapun, dia telah mengutuk, jadi tidak ada bedanya jika dia mengutuk sekali lagi. "Sialan, apa yang kamu tertawakan?"Sansan tercengang, dan kemudian berkata dengan cukup serius. "Aku hanya tertawa saja!"Tatapan mata Downey langsung memuram dalam sekejap.Yang lain tampak berbeda ketika mereka melihatnya dan mata mereka diam-diam mengkomunikasikan sesuatu.Karena keremangan kamar, Sansan dan Downey tidak menyadari ada yang janggal dengan mata mereka. Sansan berhenti terawa dan menatap pria itu dengan tajam. "Satu kesemp
"Bodoh!" Pria itu berteriak dengan kesal. "Tentu saja si br*ngsek Sansan!""Tunggu?!" Usai bicara, pria itu merasa ada yang janggal, jadi dia segera berbalik. Ketika dia melihat Sansan yang baru saja dia sebut berdiri di depannya, dia langsung melebarkan matanya, "K-Kamu—"Dia sangat ketakutan hingga ponselnya jatuh ke lantai. Pria itu menggigil dan menunjuk ke arah Sansan.BRUK!Tiba-tiba Sansan yang sedang menatap sosok pria itu dengan tajam, dengan cepat menarik lengan pria itu dan membantingnya ke lantai.Saat ini, Downey yang berdiri di belakang Sansan berjalan keluar perlahan dan berkata dengan ringan. "Hei, tempramenmu tidak terlalu bagus.""Tidak juga," jawab Sansan dengan datar.Mereka juga mendengarnya tadi. Pria itu berkata bahwa Downey juga akan dibunuh bersama.Downey yang memikirkan itu mendengus pelan. "Aku terlibat karena kamu."Sansan hanya terdiam mendengar ucapan Downey, tanpa banyak basa basi lagi dia berjalan menuju sebuah ruangan lain.BRAK!Sansan menendang pint