Pria paruh baya itu tersenyum, tangannya memegang pinggang wanita seksi itu, “Baiklah, aku akan membelinya untukmu, Sayangku,” ucap pria itu.
“Siapa itu, ke sini sebentar,” ucap pria paruh baya memanggil karyawan yang bersama Sans.
Karyawan itu menengok dan segera berjalan menghampirinya sambil tersenyum, “Halo, Tuan, apa ada yang bisa saya bantu?” ucap karyawan tersebut.
“Aku ingin mencoba mobil ini,” kata pria paruh baya itu sambil melihat Sans dengan sekilas, “Dan suruh kedua orang sampah ini pergi, manusia kampungan seperti mereka tidak pantas berada disini,” lanjutnya.
Wanita yang bersama pria itu menganggukkan kepala, dan berkata dengan merengek, “Ya, benar sekali. Kenapa manusia kampungan seperti mereka bisa masuk kesini?”
Wajah karyawan itu tampak malu, lalu berbalik dan berkata kepada Sans dan Maria dengan lembut, “Kalian berdua, bisakah kalian pergi? Kalian hanya merusak pemandangan, dan mengganggu para pengunjung.”
Sans mengalihkan pandangannya dari Steve, dan berbalik melihat ke arah pria paruh baya dan wanita itu, dengan tatapan mata yang sedikit menyipit, “Kenapa harus kita yang pergi? Kita sampai lebih dulu dari mereka. Biarkan mereka menunggu giliran kita selesai,” ucap Sans dengan santai.
Wanita itu melihat Sans dengan tidak senang, dan ia berkata dengan suara genit dan manja kepada om-om itu, “Sayang, lihatlah. Dia terlihat galak.”
Om-om itu terbawa emosi, karena hanya mendengar suara wanita itu saja bisa memancingnya, “Apa yang kau ucapkan bajingan? Cepat, minta maaf kepada kekasihku, Berengsek!” ucap om-om itu.
Maria yang dari tadi bersama Sans sudah tidak dapat menahan emosinya lagi, ia menunjuk wajah wanita itu dan berkata, “Minta maaf apanya? Kau, pelacur murahan! Untuk apa minta maaf padamu!” Sans tercengang, karena ini pertama kalinya bagi Sans yang melihat Maria begitu marah.
Wanita itu tersenyum sinis, “Apa kau sehat? Berbicara di depan umum seperti itu? Kau tak punya etika? Atau kau tak punya malu sepertinya,” ucap wanita itu.
“Kamu!” Maria sudah benar-benar marah, ia kemudian mengangkat tangannya dan bersiap menampar wajar genit wanita itu. Namun Sans menghentikannya.
“Tidak usah marah, biar aku saja yang menyelesaikannya,” ucap Sans.
Sans melihat sekilas kedua orang itu, “Paman, apakah kau bisa mendidik putrimu lebih baik lagi? Jika terus seperti itu, hidupmu tidak akan tenang,” ucap Sans dengan santai.
“Apa kamu bilang?” om-om itu sedikit kaget, “Siapa yang putrinya?” lanjutnya.
Sans berpura-pura tidak tahu dan dengan wajah polosnya berkata, “Oohh, kalian bukan ayah dan anak ya? Aku perhatikan kalian berdua sangat mirip.” melihat pria paruh baya itu dia sudah langsung tahu kalau usia pria itu kira-kira sudah bisa menjadi ayah dari wanita itu.
“Berengsek kau!” ucap om-om tersebut.
Ekspresi wajah om-om dan wanita itu langsung serius, mereka sering bercinta, bergemulai bersama. Apakah mereka terlihat seperti ayah dan anak? Setelah Maria mendengar ucapan Sans, ia tertawa terbahak-bahak. Ternyata Sans hebat dalam hal bercanda.
Sans tidak mempedulikan mereka, dan ia berbalik berkata kepada karyawan, “Aku tidak ingin mencoba mobil itu lagi, aku ingin langsung membelinya,” ucap Sans.
Hah? Orang-orang pun tercengang mendengar ucapan Sans. Karyawannya pun kahet, sorotan matanya penuh dengan tidak percaya, “Tuan, harga mobil ini Satu Milyar, apa kau yakin ingin membelinya?” tanya karyawan itu. Namun pada kenyataannya, tertulis 500 juta.
Belum sempat Sans menjawabnya, wanita itu berkata dengan mengejek lagi, “Orang sepertimu, mau membeli mobil ini? Apa kamu tahu harganya berapa? Satu Milyar! Apa kau sehat? Kalau kamu bisa mengeluarkan uang sebanyak itu aku akan ganti margaku menjadi margamu!”
Steve yang dari tadi memperhatikan Sans hanya diam saja, dia jelas sangat tahu keadaan Sans saat ini, “Sans, apa kau serius? Memiliki uang 500 ribu saja sudah untung untukmu,” ucap Steve pelan. “Haha……” wanita genit itu tertawa terbahak-bahak, om-om itu pun ikut mengejeknya, “Hei, Bajingan! Apa kau sudah gila? Jangan membuat lelucon seperti itu, sebaiknya kau cepat pergi dari sini. Kau hanya merusak pemandangan disini,” ucap om-om tersebut. Sans melirik ke arah karyawan itu, “Baiklah, kau ingat ucapanmu barusan. Jika aku bisa membayarnya saat ini, rubah margamu menjadi margaku,” ucap Sans kepada karyawan itu, “Gunakan kartu ini, dan aku bayar semuanya,” lanjutnya. Karyawan itu melihat-lihat kartu yang diberikan Sans kepadanya, “Tuan, tolong. Jangan membuat lelucon lebih banyak lagi, apa kau yakin di dalam kartu ini terdapat uang Satu Milyar? Kartu hitam
Karyawan itu melamun sejenak, “Be...belum pak.” “Hah?” Sans terkejut mendengar ucapan karyawan itu, “Apa yang terjadi? Mengapa belum dibayar?” Saat karyawan itu ingin menjelaskan, tiba-tiba wanita om-om itu tertawa terbahak-bahak, “Hahaha... Apa kalian mendengar itu? Orang ini hanya penipu, kartu hitam miliknya hanyalah mainan belaka,” ucap wanita itu dengan percaya diri. Steve tersenyum dengan kemenangan, “Sok kaya didepan banyak orang, ya.” Ucapnya. Om-om itu tersenyum dan bernafas dengan lega, “Ternyata memang benar itu mainan ya, mana mungkin orang sepertimu memiliki kartu VIP itu! Kartu itu hanya diproduksi 20 buah dinegara ini.” “Apa kau anak kecil? Kau datang membawa kartu mainan, mau membodohi semua orang disini? Kau punya otak tidak? Orang kampung tetaplah orang kampung, mana
Kemudian dia berkata dengan serius, “Ternyata kau punya uang! Kalau begitu kenapa kamu masih menyuruhku untuk mengembalikan uangmu sialan?” ucap Steve dengan kesal. Sans tidak menggubris ucapan Steve, lalu ia berkata kepada karyawan, “Oh iya, apakah aku harus melakukan sesuatu untuk mobil ini?” “Ah ya, anda masih harus menandatangani kontrak dengan kami, Tuan,” ucap sang karyawan. Sans menganggukkan kepala, dan memberikan kembali kartunya kepada karyawan itu, “Bawa dan gunakan kartu ini,” ucap Sans. Karyawan itu merasa takut dan gemetar, “Tapi, Tuan. Manajer saya bilang bahwa mobil ini diberikan kepada anda secara gratis,” ucap karyawan itu. “Aku tidak akan menerima hadiah apapun, tanpa sebuah alasan yang jelas.”, jawab Sans dengan tenang, karena Sans tidak tau dengan manajer ini, bag
“Aku tidak mendengarnya, lebih keras lagi,” kata Maria dengan bangga sambil melihat wanita itu. Wanita itu menggigit bibirnya, dan mencoba yang terbaik, “Maafkan aku!” Maria merasa puas, lalu Sans melihat ke arah Steve dan berkata, “Dan kamu.” Steve merasa terkejut ketika Sans memanggilnya, karena ia juga ikut mengejek Sans. Om-om itu tidak memberi kesempatan berbicara kepada Steve, “Cepat minta maaf kepada Tuan Sans,” ucap om-om itu. Wajah Steve memerah, ia tidak mengatakan apa pun. Steve merasa bahwa ia dan Sans sudah merasa tidak ada hubungan apapun dengannya. Meskipun dia sudah meminjam uang 40 juta, tapi atas dasar apa dia harus meminta maaf padanya? Pria paruh baya yang melihat semua ini langsung mendorong Steve maju ke depan, “Aku menyuruhmu untuk minta maaf! Dengar tidak? Masi
Maria langsung menunjuk ke arah sebuah kalung, “Aku mau ini.” Karyawan itu mengeluarkannya dengan ekspresi yang tidak menyenangkan, Maria mengambilnya dan langsung mencobanya, “Aku mau ini, sangat bagus,” ucap Maria. Sans mengangguk dan mengeluarkan kartu VIP miliknya, “Bayar,” ucapnya kepada karyawan itu. Tatapan karyawan itu sedikit tidak percaya terhadap kartu yang diberikan Sans. Maria tersenyum dan berkata, “Terima kasih, Sans.” “Ya, sama-sama,” ucap Sans tersenyum menatap Maria. Sosok tubuh Maria sangat indah, kakinya yang mulus, badannya yang ramping menunjukkan lekuk tubuhnya yang indah. Ditambah dengan kalung ini, siapapun tidak akan bisa memalingkan pandangannya. Bahkan Sans, tapi ia tetap memikirkan istrinya. Ketika karyawan tersebut kembali, senyumannya berubah menjadi leb
Kakek Lindsay memilih untuk mengabaikan Wans dan Soraya. Ia masih tertawa dan mengobrol dengan orang lain. Itu menandakan dirinya diam-diam setuju atas sindiran Wans terhadap Soraya. Soraya merasa sedih, semuanya merupakan cucu dari kakek, namun mengapa dia mendapat perlakuan yang berbeda? Saat ini, Carla Lindsay yang berada di sebelahnya tiba-tiba tersenyum kepada Soraya, “Soraya, sudahlah. Ayo makan yang banyak.” Soraya tersenyum senang merasa ada yang berbeda dari oragn lain dan berkata, “Terima kasih, Carla.” Tapi perkataan Carla selanjutnya membuat Soraya kembali sedih, “Biasanya kamu tidak mampu makan makanan mahal seperti ini, sekarang kamu harus makan lebih banyak,” ucapnya. “Hahaha ... Benar sekali, makanan kali ini bisa menghemat uangmu,” ucap Wans tersenyum kemenangan, dan
Siapakah orang misterius ini? Dan, siapakah sang menantu tersebut? Seorang pria muda berusia dua puluh tahun tiba-tiba menghampiri mereka dari depan pintu. “Ternyata hari ini adalah acara tahunan keluarga Lindsay, semoga bisnis Keluarga Lindsay semakin makmur.” Setelah semua orang melihatnya, sepertinya mereka semua menemukan jawaban atas kebingungan yang dialami oleh semua orang. Kakek Lindsay juga mengerti, dia tersenyum menyapanya, “Tuan Muda, Lou, ayo duduk.” Tuan Muda Lou adalah penerus dari Keluarga Lou. Keluarga kaya raya di Kota Ryuu, dia adalah cucu kesayangan Kakek Lou. Kemungkinan besar dia adalah pewaris Keluarga Lou di masa depan. Tuan Muda Lou tersenyum dan berjalan masuk. Wans bergegas menghampirinya dan berkata, “Hadiah yang diberikan
“Kau lupa? Bukannya kita pernah satu kampus? Lagi pula kita hampir menjadi sepasang suami istri.” Ucap Zheng berkata dengan acuh tak acuh. Soraya berkata dengan datar, “Aku telah menikah selama dua tahun, lain kali jaga bicaramu.” “Aku tak peduli” ucap Zheng semakin tidak peduli, “Suamimu itu hanya sampah kan? Kau juga tidak menyukainya bukan?” lanjutnya. Mungkin memang benar, tapi di dalam lubuk hatinya ia menyukai Sansan. Zheng kembali berkata, “Soraya, tinggalkan sampah itu dan menikahlah denganku. Akan kubuat kau bahagia dan menjadi wanita paling beruntung di dunia ini.” Soraya hanya diam, ia tidak mungkin bercerai dengan Sansan. Kemudian terdengar suara pria, “Dia tidak akan menceraikanku. Tidak akan pernah!” Sansan Carell ada di sini. Soraya terkejut, “Apa yang kau lakukan disin