“Wans! Kamu, jangan keterlaluan!" ucap Soraya langsung marah saat itu juga.
Karena di mata Soraya, meskipun Sans hanya seorang pengangguran dan seperti sampah apapun. Dia merupakan suami sah baginya, dan dia tidak akan membiarkan orang lain untuk menghinanya secara berlebihan. Akan tetapi, orang-orang berfikir bahwa yang dikatakan Wans itu benar.
Perusahaan yang dipimpin keluarga Soraya Lindsay sekarang sedang menghadapi kesulitan. Dan hampir saja bangkrut karena kekurangan dana. Jadi dia benar-benar tidak mungkin bisa mengeluarkan uang 300 juta itu.
Dulu, Wans Lindsay dan Soraya Lindsay terjadi sedikit ketegangan tentang warisan. Tidak disangka ternyata Wans masih menyimpan dendam terhadap keluarga Soraya. Ia begitu ingin menyingkirkan keluarga Soraya dari marga Lindsay.
"Soraya sepupuku, jangan pernah berfikir niat baikku, berubah menjadi niat yang sangat buruk,” kata Wans dengan tenang.
"Kau! Cukup, tidak usah berbicara lagi. Sans, ayo kita pergi,” ucap Soraya mengajak keluarganya pergi.
"Tapi sayang, aku tidak bisa pergi, tidak ada uang, bagaimana dengan adikku?" kedua tangan Sans dengan kuat memegang erat rambutnya sendiri, ia frustasi lalu perlahan-lahan berjalan ke arah Wans, dan seolah-olah seperti akan berlutut.
"Cukup!" ucap salah seorang pria, yaitu tetua anggota Keluarga Lindsay keluar dan berkata, "Apakah masih belum cukup memalukan untuk hari ini? Dan kau Wans! Kau juga jangan terlalu keterlaluan, jika kau ingin membantunya beri saja. Harga diri tidak ada bandingannya dengan uang 300 juta!"
Setelah mendengar perkataan sang tetua, Wans sedikit kesal dan mencibir, lalu mengeluarkan ponselnya, "Baiklah, Sansan Carell, aku bisa meminjamkanmu uang. Tapi bunga setiap minggunya adalah 300 juta, jadi jika minggu pertama kau tidak bisa mengembalikannya, minggu kedua akan menjadi 600 juta, bagaimana menurutmu? Ide briliant kan?"
"Tidak bisa, bunga ini terlalu mahal!" ucap Soraya yang menolak penawaran tersebut.
"Aku setuju!" ucap Sans yang tidak peduli terhadap Soraya. Karena baginya, nyawa adiknya lebih penting dari pada uang itu.
"Baiklah, kalau begitu kalian semua yang ada disini sebagai bukti perjanjian kita. Semoga keluarga adik sepupuku tidak menyangkal janjinya ya," setelah selesai berbicara, Wans tersenyum lebar dengan kepicikannya, lalu mengirimkan uang kepada Sans menggunakan ponselnya.
Sans yang sudah menerima uang dari Wans, langsung bergegas pergi ke rumah sakit. Beberapa jam berlalu, saat Sans sampai di rumah sakit, ia mendengar dari perawat bahwa adiknya yang bernama Aflan Carell sedang menjalankan operasinya. Adiknya sedang ditangani oleh dokter terbaik dari yang terbaik diantara rumah sakit yang ada dikota Helix.
"Perawat, bagaimana bisa? Aku belum membayar sisa tagihanku, lalu siapa yang membayarnya?" tanya Sans dengan sangat penasaran.
-------
Tiba-tiba terdengar suara yang pelan, "Jangan tanya dia lagi, akulah orangnya!" ucap pria tersebut. Setelah mendengar perkataan itu, Sans langsung melihat seorang pria yang membawa lima sampai enam pengawal, dengan langkah yang cepat berjalan menuju arahnya.
Lalu ia berkata, "Disini bukanlah tempat yang tepat untuk berbicara, bisakah kau ikut denganku?" ucap pria itu sambil menepuk bahu Sans, dan langsung membawanya ke pintu ruang operasi. Para pengawal yang mengikuti pria itu kemudian berbaris dengan rapih, mereka mencegah siapapun yang akan mengganggu percakapan antara Sans dan pria asing tersebut.
"Maaf, siapa kau? Kenapa kau mau membayar biaya operasi adiku?” tanya Sans dengan penasaran. Dia tahu dengan jelas, bahwa pria yang ada di depannya ini, pasti bukanlah orang biasa.
"Sansan Carell, itu namamu bukan? Aku adalah ayahmu dan Aflan Carell," ucap pria itu dengan sangat bersemangat, ia memegang bahu Sans, lalu berkata, "Namaku adalah Zoran Carell."
Fajar tidak bisa berkata apa-apa lagi. Sansan mengucapkan terima kasih dan menutup telepon.Hyorin mendengarkan seluruh percakapan mereka, wajahnya juga menjadi serius. "Apa yang harus kita lakukan?"Sansan berkata dengan tak berekspresi. "Pergi ke RS Kyoto dulu dan buat strategi," Sansan menatap Hyorin dengan sedikit ragu. "Tapi, sebelum itu kamu pergi dan bawa Soraya pulang!"Soraya adalah kelemahannya. Jika orang-orang itu ingin menyerangnya dan membiarkannya tertangkap, mereka pasti akan menyerang Soraya terlebih dulu. Jadi, melindungi Soraya adalah hal yang paling penting.Hyorin mengangguk. "Aku akan pergi!""Biarkan Busby pergi, kamu ikut aku ke RS Kyoto," ujar Sansan sambil berjalan.Hyorin tidak keberatan, Sansan menelepon Matt Busby, berbicara singkat tentang situasinya dan pergi ke RS Kyoto.***RS Kyoto.Sansan memanggil Ramdan dan Leona. "Hari-hari indah akan segera berakhir."Mereka tidak mengerti. Ketika Sansan memberi tahu berita tentang Henda dibunuh oleh Zoran, semua
"Brengsek!"Sansan benar-benar menganggap Hiden sebagai teman dekatnya. Jika tidak, dia tidak akan pergi mencari Hiden setelah menerima Grup Hour, apalagi memberikan Hiden banyak sumber daya untuk membuatnya berkembang.Alhasil, Hiden bekali-kali menyerobot sumber daya yang layak didapatkan Grup Hour secara diam-diam! Bahkan, dia melakukan tindakan kecil di belakang punggungnya dan sekarang bahkan mencari pembunuh untuk membunuhnya!Perasaan dikhianati oleh teman dekat ini membuat Sansan merasa tercekik. Jelas sekali mereka adalah teman dekat. Wardani bisa mati untuknya, tetapi Hiden malah ingin membunuhnya!"Ahh …" Sansan tinggal di gang gelap itu untuk waktu yang lama sebelum perlahan keluar dari gang, tetapi aura permusuhan di tubuhnya menjadi lebih berat dari sebelumnya.Ponsel Sansan terjatuh ketika dia dan Downey melompat keluar jendela. Saat itu, dia tidak ada waktu untuk mencari ponsel lagi. Setelah melompat keluar jendela, dia berusaha keras berlari.Mereka berada di depan Hy
"Tentu!" Sansan mengangguk tanpa terkejut, dan menghabiskan seteguk anggur terakhir. "Waktu untuk duel akan diatur secara terpisah. Sekarang bukan waktu yang tepat."Downey tidak keberatan.Pada saat ini, Sansan hendak bangun dan Downey tiba-tiba menahannya. Sansan bingung. "Kenapa? Apakah kamu ingin melakukannya sekarang?"Downey menatap dingin ke belakang Sansan, seolah sedang mengamati sesuatu. Sansan melihat ada yang tidak beres, berpaling untuk melihat dan dia melihat beberapa orang berpakaian rapi duduk di pojok sambil minum alkohol. Ketika Sansan menoleh untuk melihat, mereka dengan cepat menarik kembali pandangan mereka.Meskipun orang-orang ini tampil sebagai gangster kecil, tetapi niat membunuh di dalamnya belum sepenuhnya disimpan dan bisa dirasakan hanya dengan satu tatapan.Sansan mengerti dalam sekejap, berbalik dan berkata kepada Downe.y "Sepertinya ada yang datang untuk membunuhku lagi.""Mungkin masih orang yang sama?" Downey sepertinya tidak khawatir sama sekali, tap
Di dalam kamar. Setelah memastikan bahwa mereka telah pergi, ekspresi semua orang kembali normal dan seorang wanita pergi mengetuk pintu kamar mandi. Setelah beberapa saat, pintu kamar mandi terbuka dan Lou Zheng berjalan keluar.Ketika pria itu sedang berbicara di telepon, Lou Zheng kebetulan pergi ke kamar mandi. Ketika dia akan keluar, dia mendengar jeritan di dalam kamar dan tahu ada yang tidak beres, jadi dia tetap di dalam kamar mandi dan tidak keluar.Saat itu, Sansan mematikan suara lagu karena dia ingin bertanya, sehingga Lou Zheng bisa mendengar suara Sansan dengan jelas.'Sansan belum mati?! Dia bahkan datang sampai kesini.' Lou Zheng sangat gugup pada saat itu.Untungnya, orang-orangnya tahu apa yang harus dikatakan dan apa yang tidak boleh dikatakan. Jadi mereka tidak mengungkapkan identitasnya.Lou Zheng memandang semua orang dengan puas. "Bagus sekali! Setelah beberapa hari lagi, kalian akan menjadi eksekutif Grup Hour yang baru.""Baik, bos." Lou Zheng tersenyum.Sansa
Melihat Sansan yang menatapnya, ekspresi Downey berubah drastis, dia berusaha menahan dan akhirnya dia mengutuk. "Sialan, jangan omong kosong kamu!""Uhm …" Sansan terbatuk geli menatap mata Downey. "Hahaha …" Sansan tidak bisa menahan tawanya saat melihat alis Downey yang terangkat.Karena tatapan serius Downey, ditambah dengan kesan bahwa Sansan yang berperilaku baik, sangat lucu jika dia tiba-tiba mengutuk kalimat seperti itu.Raut wajah Downey semakin buruk. Bagaimanapun, dia telah mengutuk, jadi tidak ada bedanya jika dia mengutuk sekali lagi. "Sialan, apa yang kamu tertawakan?"Sansan tercengang, dan kemudian berkata dengan cukup serius. "Aku hanya tertawa saja!"Tatapan mata Downey langsung memuram dalam sekejap.Yang lain tampak berbeda ketika mereka melihatnya dan mata mereka diam-diam mengkomunikasikan sesuatu.Karena keremangan kamar, Sansan dan Downey tidak menyadari ada yang janggal dengan mata mereka. Sansan berhenti terawa dan menatap pria itu dengan tajam. "Satu kesemp
"Bodoh!" Pria itu berteriak dengan kesal. "Tentu saja si br*ngsek Sansan!""Tunggu?!" Usai bicara, pria itu merasa ada yang janggal, jadi dia segera berbalik. Ketika dia melihat Sansan yang baru saja dia sebut berdiri di depannya, dia langsung melebarkan matanya, "K-Kamu—"Dia sangat ketakutan hingga ponselnya jatuh ke lantai. Pria itu menggigil dan menunjuk ke arah Sansan.BRUK!Tiba-tiba Sansan yang sedang menatap sosok pria itu dengan tajam, dengan cepat menarik lengan pria itu dan membantingnya ke lantai.Saat ini, Downey yang berdiri di belakang Sansan berjalan keluar perlahan dan berkata dengan ringan. "Hei, tempramenmu tidak terlalu bagus.""Tidak juga," jawab Sansan dengan datar.Mereka juga mendengarnya tadi. Pria itu berkata bahwa Downey juga akan dibunuh bersama.Downey yang memikirkan itu mendengus pelan. "Aku terlibat karena kamu."Sansan hanya terdiam mendengar ucapan Downey, tanpa banyak basa basi lagi dia berjalan menuju sebuah ruangan lain.BRAK!Sansan menendang pint