Mendengar ucapan pria ini, Sans langsung membeku. Ia sangat terkejut, seakan-akan ia sedang bermimpi mendengar ucapan pria tersebut. Ia tak percaya dengan ucapan pria asing itu, mungkinkah ia salah orang?
Setelah beberapa lama, Sans kemudian tersadar dari kagetnya. "Paman, mungkin kau sudah salah orang, aku punya orang tua," ucap Sans dengan tidak percaya.
Zoran Carell dengan murah hati menatap Sans, "Aku tahu, kau mungkin tidak akan percaya dengan semua ini, aku sudah melakukan tes DNA dengan adikmu, dan juga aku memiliki beberapa foto kalian yang masih dibungkus dengan kain, terutama tanda lahir di punggung adikmu. Pada saat itu, aku terpaksa menitipkanmu kepada orang lain karena aku sedang mengalami kesulitan," ucap Zoran dengan raut wajah sedih.
Melihat sebuah foto yang diberikan Zoran, Sans merasa kaget setengah mati. Karena Sans sangat yakin jika foto itu memang dirinya dan adiknya. Foto itu menunjukkan ia sedang digendong oleh seorang pria, dan pria itu adalah orang yang sedang berdiri di hadapannya saat ini. Kemudian setelah itu, Zoran mengeluarkan lagi sebuah kartu bank berwarna hitam pekat.
"Anakku, ini adalah Kartu bank VIP, dan hanya ada sedikit kartu di seluruh Negara ini. Hari ini akan kuberikan padamu, di dalam kartu ini ada uang 10 Milyar," ucapnya.
Kemudian setelah itu, Zoran mengeluarkan lagi sebuah cincin, dan memakaikan cincin itu di jari tengahnya Sans, "Dengan cincin ini, kamu bisa mengambil banyak uang dengan mudah, di bank mana pun di Negara ini. Anggap saja sebagai kompensasi untukmu, karena ayahmu ini sudah meninggalkanmu dari kecil," ucap Zoran kepada anaknya.
Sansan Carell sangat tidak percaya dengan apa yang terjadi hari ini, uang 10 Milyar, cincin untuk mengambil uang. Ia merasa bermimpi pada hari ini, seakan-akan ia sedang tertidur dalam waktu yang lama. Namun ia percaya, bahwa hari ini ia sedang terbangun dan memegang kartu bank VIP berwarna hitam pekat dengan uang milyaran di dalamnya.
Kemudian setelah itu, Zoran memberikan sebuah kartu nama kepada Sansan, "Di sini ada nomor teleponku. Luka adikmu Aflan kali ini tidak ringan, aku takut jika pengobatan di rumah sakit ini akan meninggalkan efek samping. Jadi tunggu sampai keadaan adikmu stabil, setelah itu aku akan menjemputnya dan membawanya pergi ke luar negeri,” ucap Zoran.
Sans hanya mengangguk tanda setuju dengan ucapan Zoran. Karena ia takut jika adiknya tidak sembuh seperti dahulu. Ia akan sangat menyesal jika itu memang terjadi.
Setelah beberapa saat, pintu ruang operasi perlahan-lahan terbuka. Saat ini seluruh tubuh Aflan diperban. Rongga mata Zoran memerah, dia melambaikan tangannya.
Lalu pengawal di sebelahnya langsung menganggukkan kepala. Ia langsung menelepon dan tidak lama datang sebuah mobil ambulans berkelas tinggi yang datang untuk menjemput Aflan. Mereka pun membawanya untuk naik ke dalam ambulans.
Melihat keadaan ini, hati Sans sesak sekali. Zoran menepuk-nepuk bahu Sans, ia melihat bahwa Sans sangat terpukul atas kejadian ini. Lalu Zoran membawa Aflan pergi dari rumah sakit itu.
Sansan menyentuh kartu yang ada di dalam sakunya, lalu ia naik taksi pergi ke bank untuk mengeceknya. Meskipun Zoran terlihat serius dan tidak berbohong, tapi Sansan ingin memastikan apakah kartu bank ini asli atau palsu.
Setelah sampai di bank, ia menanyakan kepada pegawai dan menunjukkan kartu bank hitam itu. Beberapa menit menunggu, Sansan kaget bukan main, wajahnya memucat. Saat ini Sansan hanya merasakan kedua tangan dan kakinya lemas.
Ia begitu kaget saat pegawai mengatakan bahwa saldo di dalam kartu bank itu ada 10 Milyar. Kemudian ia memutuskan untuk pulang kembali ke rumah. Saat Sansan baru saja sampai di depan pintu, terdengar suara ribut dari dalam rumah.
Fajar tidak bisa berkata apa-apa lagi. Sansan mengucapkan terima kasih dan menutup telepon.Hyorin mendengarkan seluruh percakapan mereka, wajahnya juga menjadi serius. "Apa yang harus kita lakukan?"Sansan berkata dengan tak berekspresi. "Pergi ke RS Kyoto dulu dan buat strategi," Sansan menatap Hyorin dengan sedikit ragu. "Tapi, sebelum itu kamu pergi dan bawa Soraya pulang!"Soraya adalah kelemahannya. Jika orang-orang itu ingin menyerangnya dan membiarkannya tertangkap, mereka pasti akan menyerang Soraya terlebih dulu. Jadi, melindungi Soraya adalah hal yang paling penting.Hyorin mengangguk. "Aku akan pergi!""Biarkan Busby pergi, kamu ikut aku ke RS Kyoto," ujar Sansan sambil berjalan.Hyorin tidak keberatan, Sansan menelepon Matt Busby, berbicara singkat tentang situasinya dan pergi ke RS Kyoto.***RS Kyoto.Sansan memanggil Ramdan dan Leona. "Hari-hari indah akan segera berakhir."Mereka tidak mengerti. Ketika Sansan memberi tahu berita tentang Henda dibunuh oleh Zoran, semua
"Brengsek!"Sansan benar-benar menganggap Hiden sebagai teman dekatnya. Jika tidak, dia tidak akan pergi mencari Hiden setelah menerima Grup Hour, apalagi memberikan Hiden banyak sumber daya untuk membuatnya berkembang.Alhasil, Hiden bekali-kali menyerobot sumber daya yang layak didapatkan Grup Hour secara diam-diam! Bahkan, dia melakukan tindakan kecil di belakang punggungnya dan sekarang bahkan mencari pembunuh untuk membunuhnya!Perasaan dikhianati oleh teman dekat ini membuat Sansan merasa tercekik. Jelas sekali mereka adalah teman dekat. Wardani bisa mati untuknya, tetapi Hiden malah ingin membunuhnya!"Ahh …" Sansan tinggal di gang gelap itu untuk waktu yang lama sebelum perlahan keluar dari gang, tetapi aura permusuhan di tubuhnya menjadi lebih berat dari sebelumnya.Ponsel Sansan terjatuh ketika dia dan Downey melompat keluar jendela. Saat itu, dia tidak ada waktu untuk mencari ponsel lagi. Setelah melompat keluar jendela, dia berusaha keras berlari.Mereka berada di depan Hy
"Tentu!" Sansan mengangguk tanpa terkejut, dan menghabiskan seteguk anggur terakhir. "Waktu untuk duel akan diatur secara terpisah. Sekarang bukan waktu yang tepat."Downey tidak keberatan.Pada saat ini, Sansan hendak bangun dan Downey tiba-tiba menahannya. Sansan bingung. "Kenapa? Apakah kamu ingin melakukannya sekarang?"Downey menatap dingin ke belakang Sansan, seolah sedang mengamati sesuatu. Sansan melihat ada yang tidak beres, berpaling untuk melihat dan dia melihat beberapa orang berpakaian rapi duduk di pojok sambil minum alkohol. Ketika Sansan menoleh untuk melihat, mereka dengan cepat menarik kembali pandangan mereka.Meskipun orang-orang ini tampil sebagai gangster kecil, tetapi niat membunuh di dalamnya belum sepenuhnya disimpan dan bisa dirasakan hanya dengan satu tatapan.Sansan mengerti dalam sekejap, berbalik dan berkata kepada Downe.y "Sepertinya ada yang datang untuk membunuhku lagi.""Mungkin masih orang yang sama?" Downey sepertinya tidak khawatir sama sekali, tap
Di dalam kamar. Setelah memastikan bahwa mereka telah pergi, ekspresi semua orang kembali normal dan seorang wanita pergi mengetuk pintu kamar mandi. Setelah beberapa saat, pintu kamar mandi terbuka dan Lou Zheng berjalan keluar.Ketika pria itu sedang berbicara di telepon, Lou Zheng kebetulan pergi ke kamar mandi. Ketika dia akan keluar, dia mendengar jeritan di dalam kamar dan tahu ada yang tidak beres, jadi dia tetap di dalam kamar mandi dan tidak keluar.Saat itu, Sansan mematikan suara lagu karena dia ingin bertanya, sehingga Lou Zheng bisa mendengar suara Sansan dengan jelas.'Sansan belum mati?! Dia bahkan datang sampai kesini.' Lou Zheng sangat gugup pada saat itu.Untungnya, orang-orangnya tahu apa yang harus dikatakan dan apa yang tidak boleh dikatakan. Jadi mereka tidak mengungkapkan identitasnya.Lou Zheng memandang semua orang dengan puas. "Bagus sekali! Setelah beberapa hari lagi, kalian akan menjadi eksekutif Grup Hour yang baru.""Baik, bos." Lou Zheng tersenyum.Sansa
Melihat Sansan yang menatapnya, ekspresi Downey berubah drastis, dia berusaha menahan dan akhirnya dia mengutuk. "Sialan, jangan omong kosong kamu!""Uhm …" Sansan terbatuk geli menatap mata Downey. "Hahaha …" Sansan tidak bisa menahan tawanya saat melihat alis Downey yang terangkat.Karena tatapan serius Downey, ditambah dengan kesan bahwa Sansan yang berperilaku baik, sangat lucu jika dia tiba-tiba mengutuk kalimat seperti itu.Raut wajah Downey semakin buruk. Bagaimanapun, dia telah mengutuk, jadi tidak ada bedanya jika dia mengutuk sekali lagi. "Sialan, apa yang kamu tertawakan?"Sansan tercengang, dan kemudian berkata dengan cukup serius. "Aku hanya tertawa saja!"Tatapan mata Downey langsung memuram dalam sekejap.Yang lain tampak berbeda ketika mereka melihatnya dan mata mereka diam-diam mengkomunikasikan sesuatu.Karena keremangan kamar, Sansan dan Downey tidak menyadari ada yang janggal dengan mata mereka. Sansan berhenti terawa dan menatap pria itu dengan tajam. "Satu kesemp
"Bodoh!" Pria itu berteriak dengan kesal. "Tentu saja si br*ngsek Sansan!""Tunggu?!" Usai bicara, pria itu merasa ada yang janggal, jadi dia segera berbalik. Ketika dia melihat Sansan yang baru saja dia sebut berdiri di depannya, dia langsung melebarkan matanya, "K-Kamu—"Dia sangat ketakutan hingga ponselnya jatuh ke lantai. Pria itu menggigil dan menunjuk ke arah Sansan.BRUK!Tiba-tiba Sansan yang sedang menatap sosok pria itu dengan tajam, dengan cepat menarik lengan pria itu dan membantingnya ke lantai.Saat ini, Downey yang berdiri di belakang Sansan berjalan keluar perlahan dan berkata dengan ringan. "Hei, tempramenmu tidak terlalu bagus.""Tidak juga," jawab Sansan dengan datar.Mereka juga mendengarnya tadi. Pria itu berkata bahwa Downey juga akan dibunuh bersama.Downey yang memikirkan itu mendengus pelan. "Aku terlibat karena kamu."Sansan hanya terdiam mendengar ucapan Downey, tanpa banyak basa basi lagi dia berjalan menuju sebuah ruangan lain.BRAK!Sansan menendang pint