Share

Delapan Puluh

“Tidak perlu ada yang di laporkan. Pecat saja secara tidak hormat. Di kantor ini tidak butuh orang seperti dia.” Bu Rahayu bersikap tegas.

Seharusnya memang langsung di tindak sepeti itu jika tak ingin ada masalah. Sayangnya, Abas seolah-oleh memperkeruh masalah.

“Buatkan saja suratnya. Biar kabar burung itu kita bereskan pelan-pelan.” Abas kembali menimpali.”

Setelah itu mereka kembali ke ruangan masing-masing. Anisa pun sama kembali ke ruangan lali diikuti oleh Abas.

“Kamu tenang saja.”

“Kamu bilang kau harus tenang, sementara dia semena-mena di luar. Licik sekali dia ternyata.”

Anisa tak henti terus mengomel pada Abas. Kekesalannya kali ini sungguh membuat ia tak mengerti dengan jalan pikiran Abas yang memintanya tenang.

Tarikan napas Anisa terasa berat. Kali ini ia pun mengambil minum untuk menenangkan diri. Hal yang dia takutkan sebelum menikah adalah hal ini.

“Kalau belum selesai bisa kamu selesaikan dulu dengan dia.”

“Aku sudah menyelesaikan semuanya. Hanya saja te
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Pepi Arastya
Wisnu... Wisnu... knp nda pernah kapok? Utk Kinar, kamu itu perempuan yg memalukan. Mau-maunya menyodorkan diri jd istri ke 2 Abas. Mama Amira hrs waspada krn sy liat Abas mungkin bs terbawa ke masa lalu ......
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status