Share

Empat Puluh Sembilan

“Kamu mau menceraikan aku?” Sinta kembali meninggikan suara.

“Cukup, aku lelah. Besok kita bahas lagi.” Wisnu pun mengambil posisi di ranjang dan menutup seluruh tubuh dengan selimut.

Pikirannya sedang tidak baik-baik saja sejak pagi. Bahkan saat memikirkan Anisa yang jauh berbeda dengan Sinta. Istri pertamanya itu tidak pernah berteriak saat bertengkar dengannya. Berbeda dengan Sinta, masalah sedikit saja sudah naik pitam.

Lagi, Wisnu merasa menyesal dengan apa yang di lakukan dirinya pada Anisa. Berulang kali ia memejamkan mata, tapi bayangan Anisa kini menghantuinya.

Sinta pun memunggungi sang suami. Tangannya mengepal keras, ia mulai curiga dengan Wisnu. Sesaat terdengar dengkuran dari sang suami, menandakan bahwa Wisnu sudah terlelap. Lalu, saat ingin memejamkan mata, ia mendengar Wisnu mengigau.

“Ah, enak, Nin. Ah Nina, goyangannya indah. Ah, saya suka buah dada kamu.”

Sinta terkesiap mendengar Wisnu mengingau. Ia membuka selimut, Wisnu pun masih mendesah dan menyebut na
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status