Share

Tiga Puluh Dua

“Ya sudah, aku temani. Makan cepat,” ujar Abas pasrah.

“Yakin enggak mau makan?” tanya Anisa lagi.

“Yakin.”

Namun, suara perut Abas pun mematahkan semuanya. Anisa tertawa mendengar suara tak di undang itu. Lalu ia memesan makanan karena sudah lapar. Sementara, Abas menahan dahaganya karena ia tak mau makan di tempat itu.

Anisa kasihan melihat Abas yang sepetinya lapar tapi malah menahan semuanya. Ia pun mencoba menyuapi sedikit nasi, awalnya di tolak. Tapi, Anisa terus memaksa dengan membulatkan matanya.

Wajah Abas berubah pucat, lalu ia mengambil tisu dan membuang makanan Yang ada di mulutnya. Lalu, ia ke luar dengan cepat dan memuntahkan sisa makanan di pinggir mobilnya.

Anisa merasa tidak enak, tapi ia menghabiskan dulu makanannya. Tidak peduli ia telah membuat Abas seperti itu. Setelah selesai, ia menghampiri Abas yang tak kembali ke warteg. Abas terlihat menyenderkan tubuh di jok mobil saat Anisa mengetuk jendela dan meminta buka.

“Maaf, Bas.”

“Walau aku lapar, aku tidak mau maka
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status