Share

BAB 4: Istriku

Author: Duvessa
last update Last Updated: 2025-01-10 17:31:44

Mendengar itu, Zara mengerutkan dahinya, merasa terkejut sekaligus bingung. Dia tidak menyangka tantenya akan mengatakan hal itu. “Balas budi gimana maksudnya, Tante?”

“Sejak orang tuamu meninggal, om kamu yang membayar semua biaya kebutuhanmu, termasuk biaya pendidikanmu sampai sarjana.” Sarah menatap Zara dengan tajam. “Bulan depan Zio akan mulai masuk pendidikan dasar. Tante minta kamu bantu membayar uang sekolah Zio.”

Zara membelalakkan matanya. Sepertinya, sekarang dia tidak bisa lagi berdiam begitu saja seperti sebelumnya. “Tante, semua uang pendidikan itu dari tabunganku yang memang sudah disiapkan ayahku sejak lama. Selama kuliah, aku juga sambil bekerja untuk membayar uang kuliah.”

“Apa menurutmu, biaya hidupmu yang lain selama ini gratis?!” suara Sarah mulai sedikit meninggi dan lebih tajam. “Makanmu, air yang kamu pakai, pakaianmu sejak masih kecil, kamu pikir itu semua dari siapa?!”

“Tante, aku sudah memberikan lebih dari setengah gajiku untuk membantu keluarga Tante. Aku juga selalu membantu pekerjaan rumah, bahkan mengurus Zio. Makan pun aku lebih sering membeli di luar. Apa semua itu masih kurang?!” tanya Zara dengan berani, suaranya mulai terdengar sedikit meninggi. Setelah selama ini dia hanya diam dengan sikap Sarah yang selalu menuntutnya ini itu ketika tidak ada Riki, Zara benar-benar merasa tidak tahan lagi.

“Masih untung aku mau menerima kamu di rumahku, apa susahnya membayar balas budi?!” jawab Sarah dengan angkuh, matanya menusuk tajam ke arah Zara.

Kali ini, suara Zara terasa lebih rendah dan dalam, dia menatap tantenya lebih dalam lagi, seolah benar-benar kecewa dengan semua ini. “Kalau gitu, kenapa gak taruh aku di panti asuhan aja?”

“Dasar anak tidak tahu terima kasih!!” Amarah Sarah semakin terpancing. Dia akhirnya mengangkat tangannya dan bersiap untuk menampar wajah Zara.

Namun, belum sempat telapak tangan itu menyentuh kulit wajah Zara, justru pergelangan tangan itu lebih dulu dicengkeram oleh tangan besar Kael.

Kael ternyata memang telah mendengar semua obrolan mereka, dan ketika dia menoleh justru mendapati Sarah yang telah melayangkan tangannya untuk menampar Zara.

Sorot mata Kael tampak tajam, wajahnya memancarkan aura dingin yang begitu menusuk. “Jauhkan tanganmu dari istriku, atau aku sendiri yang akan membalasmu.”

Zara terpaku, kaget dengan apa yang baru saja dilakukan Kael. Tidak mungkin pria sedingin Kael mau membelanya, ‘kan?!

Apa ini bagian dari sandiwara mereka?

Zara memanggil Kael pelan, “Chef … ”

Namun, Kael sama sekali tidak menoleh. Dia masih terus menatap Sarah penuh intimidasi, aura dingin dan mencekam benar-benar terpancar dari dirinya.

Zara melirik Sarah yang masih berdiri kaku dengan wajah bingung dan merah padam, tetapi tidak sepatah kata pun keluar dari bibirnya.

Kael melepaskan genggamannya perlahan, tetapi penuh ketegasan. Tatapannya tajam, dingin, dan menusuk, membuat Sarah secara refleks mundur selangkah. 

Tanpa berkata apapun lagi, Kael berbalik menghadap Zara yang masih terpaku di tempat, kemudian berjalan memasuki mobil.

Zara menelan ludah, bergegas mengikuti langkah Kael menuju mobil. Namun, sebelum benar-benar pergi, dia melirik ke arah Sarah. Tantenya masih berdiri kaku di tempat, menunduk dengan ekspresi yang penuh campuran emosi.

Zara yang masih sedikit bingung langsung membuka pintu dan masuk ke dalam.

Sepanjang jalan, Zara terus menggigit bibirnya pelan, pikirannya berkecamuk dengan perasaan campur aduk

Kenapa Kael melindunginya? Meskipun Kael memang mendengar percakapannya dengan tantenya, bukankah mereka sepakat untuk tidak ikut campur dengan urusan pribadi masing-masing?

“Kita ke mana, Chef?” tanya Zara akhirnya, setelah tersadar bahwa dia cukup asing dengan jalanan perumahan mewah ini.

“Ke rumahku,” jawab Kael tanpa memberi penjelasan lebih.

Tak lama, mobil berhenti di depan sebuah rumah bergaya scandinavian berwarna monokrom. Rumah itu tampak begitu luas dengan halaman yang terasa cukup.

Zara mengikuti langkah Kael yang lebih dulu masuk. Beberapa asisten rumah dengan cekatan membantu barang bawaan Zara, dan langsung meletakkannya di kamar tamu.

Begitu tiba di ruang tamu, Kael berhenti dan menatap Zara. “Jangan khawatir, kita akan tidur di kamar terpisah.”

Belum sempat Zara menjawab, Kael sudah kembali melangkah. Namun, Zara berhasil menahannya.

“Chef,” panggil Zara segera yang langsung menghentikan langkah Kael.

Pria itu menoleh dan kembali menatap Zara, tetapi tidak ada kata yang keluar darinya, hanya tampak satu alis yang terangkat.

“Soal omongan tunangan Chef tadi, gimana kalau ternyata dia beneran kasih tahu keluarga Chef?” kata Zara dengan keraguan, dia menundukkan kepalanya. “Terlebih, sekarang kita sudah menikah. Saya takut, Chef.”

Kael memasukkan tangannya ke dalam saku celananya, lalu tersenyum tipis. “Justru karena kita sudah menikah, mereka tidak akan bisa berbuat banyak.”

Zara terdiam. Memang benar apa yang dikatakan Kael, tetapi tetap saja Zara masih merasa takut. Yang dihadapi bukan lagi keluarga om dan tantenya, tetapi keluarga besar yang punya banyak kuasa.

Zara menghela napas.

Mungkin, ini memang konsekuensi atas solusi cepat itu.

“Rapikan barangmu, setelah itu kita pergi ke rumah orang tuaku,” kata Kael lagi yang langsung membuyarkan lamunan Zara.

“Ba–baik, Chef,” jawab Zara lirih.

Sekarang, Zara tidak bisa melakukan apapun selain mengikuti alur. Setidaknya, masalah dia harus keluar dari rumah omnya sudah selesai. Meskipun kini dia harus kembali bersiap dengan masalah baru yang akan segera datang, setidaknya itu bukan berurusan dengan satu-satunya keluarga yang dia punya.

Zara menghela napas berat, kemudian melangkah menuju kamar yang telah disiapkan untuknya. Begitu masuk ke dalam kamar itu, pandangan Zara langsung menyapu setiap sudut kamar yang dua kali lebih besar dari kamarnya di rumah omnya. Zara melirik jam dinding yang telah menunjukkan pukul 5 sore.

Hari ini benar-benar terlalu banyak kejadian bagi Zara.

Setelah membersihkan dirinya, Zara kembali keluar menuju ruang tengah. Di sana, Kael telah duduk di sofa dengan kaos polo berwarna putih dan celana bahan berwarna hitam.

Pakaian santai yang dikenakan oleh Kael membuat Zara terdiam sejenak. Ini adalah kali pertama Zara melihat bosnya memakai pakaian santai. Kenapa rasanya terlihat lebih … tampan?

Tidak!

Zara buru-buru menggelengkan kepalanya dan kembali melangkah mendekati Kael yang masih sibuk dengan ponselnya.

“Chef,” panggil Zara pelan membuat Kael menoleh.

Setelah itu, Kael bangkit tanpa mengucapkan apapun dan langsung melangkah keluar rumah. Tentu saja Zara mengikutinya di belakang.

Kael melajukan mobilnya ke arah salah satu perumahan elit yang berada di tengah kota. Sepanjang perjalanan, tidak ada sepatah kata pun yang keluar dari keduanya.

Tak lama, mobil berhenti di depan rumah mewah bergaya klasik dengan halaman luas yang dipenuhi dengan berbagai jenis tanaman hias. Zara terus mengikuti langkah Kael dengan hati yang bergejolak. Tangannya bahkan terus meremas ujung bajunya hingga tampak sedikit kusut.

“Kael, apa maksudmu membatalkan perjodohan dengan keluarga Adinata?!”

Suara keras dari Aryan Ashwara, menusuk telinga Zara dan Kael begitu mereka memasuki ruang tamu rumah besar itu, seolah dia telah mengetahui semua permasalahan ini.

“Aku tidak akan pernah menikahi Clara.” Kael langsung menyodorkan akta pernikahannya kepada sang ayah. “Karena aku sudah menikah dengan pilihanku sendiri.”

Aryan melihat akta pernikahan yang diberikan oleh putra tunggalnya dengan tajam. “Apa kamu gila, Kael?!”

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Mendadak Menikah Dengan Chef Bintang Lima   Hai, buat kamu yang udah baca sampai akhir,

    Makasih banget karena udah setia nemenin cerita Kael dan Zara sampai sejauh ini. Rasanya campur aduk banget pas nulis bagian terakhir.Maaf ya kalau selama perjalanan cerita ini banyak kekurangan. Entah itu bagian yang bikin bingung, alur yang kadang muter-muter, atau tokohnya bikin gemas sendiri. Tapi semoga, di balik semua itu, ada bagian dari cerita ini yang bisa tinggal lebih lama di hati kamu.Makasih karena udah jadi bagian dari perjalanan ini. Dukungan dan komentarmu berarti banget.Jangan lupa mampir ke cerita baru aku, ya ♡

  • Mendadak Menikah Dengan Chef Bintang Lima   BAB 193: Akhir Cerita

    “Perjodohan?” gumam Kael pelan.Lalu pria itu tersenyum tipis, tapi bukan karena setuju. Senyum itu lebih menyerupai kilas balik—mengingatkannya pada masa ketika dirinya dijodohkan oleh keluarganya, hanya untuk akhirnya mengguncang semuanya dengan pernyataan bahwa dia telah menghamili Zara.“Jangan harap, ya,” ucap Kael akhirnya, datar tapi tegas, dengan satu alis terangkat seperti memberi peringatan bahwa topik ini tidak untuk dibahas lebih jauh.Gala tertawa kecil, tapi tidak merasa tersinggung. “Kenapa? Coba kamu bayangkan, Kylar itu cucu pertama keluarga Ashwara, Zelena cucu pertama keluarga Wijaya. Kalau mereka menikah, kekuatan bisnis kita di masa depan—”“Kak Gala ngomong apa sih?” potong Zara, nadanya terdengar tidak senang, meski masih berusaha sopan. “Kylar dan Zelena itu masih anak-anak.”“Benar,” sambung Ceva, kali ini lebih tegas. “Mereka bahkan belum masuk SD. Masa depan bukan cuma tentang bisnis, Kak.”Gala mengangkat tangan, menyerah, lalu tersenyum kecil. “Oke, oke. Ak

  • Mendadak Menikah Dengan Chef Bintang Lima   BAB 192: Ulang Tahun

    “Huwaaaa!” Tangis Kylar pecah saat pipinya dicubit gemas oleh Zelena. Bocah perempuan itu terkekeh geli, tidak menyadari bahwa tangan mungilnya terlalu semangat bermain. “Lena, pelan-pelan, ya … Itu pipi Kylar, bukan squishy,” ujar Ceva sambil tersenyum geli, lalu menarik tangan putrinya pelan. Zelena memang selalu usil pada Kylar. Padahal usia Zelena lebih tua empat tahun, tapi kalau sedang bersama, mereka selalu saja bertengkar. Zara berjongkok di hadapan Kylar, mengelus pipi anaknya yang masih memerah dan cemberut. “Sudah, Sayang. Mami tahu sakit, ya? Tapi Kak Lena nggak sengaja. Yuk, kita bilang ke Kakak supaya cubitnya pelan-pelan lain kali,” ucap Zara lembut. Kylar mengangguk kecil, matanya masih berkaca-kaca, tapi bibirnya mulai membentuk senyum tipis. Senyum langka yang selalu berhasil mencuri perhatian siapa pun yang melihatnya. Wajahnya langsung bersinar ketika melihat Kael berjalan mendekat, membawa kue besar berhiaskan dinosaurus hijau toska di atas cokelat favoritny

  • Mendadak Menikah Dengan Chef Bintang Lima   BAB 191: Episode Akhir

    "Apa maksudnya, ada yang salah?" tanya Kael cepat, nada suaranya meninggi, panik mulai merayap dari dalam dada.Suasana di ruang bersalin seketika berubah. Detak monitor terdengar semakin cepat, disusul suara langkah para perawat yang mulai bergerak panik. Salah satu dari mereka segera menyerahkan perlengkapan tambahan ke Gala, yang kini telah mengenakan masker dan sarung tangan lengkap."Denyut jantung bayinya menurun. Kita harus bertindak cepat sebelum oksigennya turun lebih jauh," jawab Gala cepat namun tetap tenang. "Aku akan lakukan tindakan darurat. Kael, kamu tetap di sini, jangan lepas tangannya."Kael menunduk, menggenggam tangan Zara lebih erat lagi, seakan ingin memindahkan semua kekuatannya pada wanita itu."Zara, dengar aku," bisik Kael di dekat telinga istrinya, suaranya bergetar. "Kamu harus kuat. Kamu dan bayi kita … kalian harus baik-baik saja. Kumohon ..."Zara membuka mata dengan susah payah, tatapannya sudah buram oleh rasa sakit yang menumpuk. Namun, dia melihat Ka

  • Mendadak Menikah Dengan Chef Bintang Lima   BAB 190: Lahir ke Dunia

    "Mas, perut aku sakit!"Suara Zara terdengar serak dan cemas saat dia berusaha membangunkan suaminya yang tengah terlelap. Napasnya berat, pelipisnya basah oleh keringat dingin.Kael terbangun dengan tergesa-gesa, matanya masih buram, dan napasnya terengah-engah saat tubuhnya bergerak cepat. Perasaan bingung langsung menguasainya, sementara jantungnya berdegup lebih cepat dari biasanya."Kamu ... kamu kenapa?" tanya Kael, suara serak penuh kepanikan, masih setengah sadar akan apa yang sedang terjadi.Di hadapannya, Zara meringis menahan rasa sakit. Wajahnya pucat, kedua tangannya mencengkeram perutnya yang sudah membuncit besar. Tatapannya bergetar, seolah menahan terjangan rasa sakit yang tak tertahankan.Perut itu, tempat di mana kehidupan kecil mereka tumbuh, kini tampak begitu tegang. Dan Kael baru tersadar, usia kandungan Zara memang sudah masuk minggu ke-37. Gala bahkan sudah bilang, kapan saja bayi mereka bisa lahir.Ini ... ini bukan sekadar sakit biasa. Ini saatnya.Kael seger

  • Mendadak Menikah Dengan Chef Bintang Lima   BAB 189: Kembali Pulang

    "Bu Anjana, saya mau bawa Zara pulang ke rumah," ucap Kael tegas, suaranya rendah namun mantap.Pria itu kini tengah duduk di ruang tamu keluarga Wijaya, tubuhnya tegak, kedua tangan saling bertaut di depan tubuhnya, rahangnya mengeras. Kakinya bergerak kecil—menandakan kegelisahan yang berusaha dia tekan.Di hadapannya, Anjana duduk dengan sikap kaku. Wajah wanita paruh baya itu tampak dingin dan keras, sorot matanya menatap Kael tajam, penuh kewaspadaan. Sementara itu, Harun hanya mengamati dalam diam, sesekali melirik ke arah Kael dan cucunya tanpa banyak bicara.Keheningan menegang di antara mereka. Hanya suara detik jam dinding yang terdengar, menggema samar di ruangan luas itu."Pulang? Kamu pikir ini solusi terbaik? Zara baru saja mengalami kejadian berbahaya," seru Anjana akhirnya, nada suaranya penuh tekanan. "Aku hanya mau menjaga putriku!"Kael mengangguk perlahan, tetap menjaga sikap sopan meski hatinya bergejolak."Saya tahu, Bu. Saya tahu Ibu khawatir," sahut Kael, suaran

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status