"Kami berdua ingin membagikan kabar gembira untuk kalian semua." Alex memberikan kesempatan berbicara kepada Ceicillia. "Benar kan, Cesi?"
"Intinya saya dan Alex memutuskan untuk segera menikah. Yah seperti kalian lihat, kami berdua saling mencintai, bahkan sudah sejak lama. Selama ini kami hanya terpisahkan oleh jarak dan waktu." Ceicillia memberikan sebuah kecupan ringan di sebelah pipi Alex. Kecupan yang mampu membuat Alex serasa melambung tinggi karena suka cita. 'Bodoh amat kalau Cesi melakukannya karena acting, yang penting dia mau menciumku!' "Kami sudah tidak mau membuang waktu lagi. Kami ingin menikah secepatnya." Alex menambahkan dengan mantap. Semua anggota keluarga yang hadir dalam pertemuan melebar matanya dan ternganga lebar. Tak mengira bahwa hubungan kedua putra putri mereka sudah seserius itu, bahkan memutuskan untuk langsung menikah. "AstagaAlex memarkirkan mobilnya di parkiran basemen sebuah kompleks apartemen mewah. Kemudian menuntun Ceicillia menaiki lift ke lantai 17, tempat flatnya berada. Dan berakhir di sebuah pintu tepat di ujung lorong. "Ayo masuk, Cesi." Alex membukakan pintu dan mempersilahkan masuk tamunya. Sebagai tuan rumah dia mendahului langlah dan memperkenalkan beberapa bagian flat dan ruangan. Ceicillia mendengarkan penjelasan Alex dengan seksama untuk room tournya. Merasa sedikit canggung karena ini pertama kali dia memasuki ruang pribadi Alex sejak mereka berpisah dulu. "Mana kontraknya?" Ceicillia ingin segera menyelesaikan urusan bisnis mereka. "Tidak usah buru-buru, kontraknya ada di situ. Mari kita duduk dulu dan meminum anggur sebelum penanda tanganan." Alex mempersilahkan Ceicillia duduk di sofa ruang tengah. Yang di atas mejanya sudah tersedia sebotol anggur dan sebuah dokumen yang terbungkus map tebal.
"Wohoo, awalnya kukira kalian tidak benar-benar jatuh cinta. Tapi ternyata ..." Victor berdecak memberikan komentar. "The love is in the air." Thalita ikut bersorak riang, mengikuti suasana. "Bukti yang real dari sepasang kekasih." Miranda ikut memberikan komentar, tidak mengira bahwa anak gadisnya yang sedingin es bisa berciuman sepanas itu bahkan di hadapan keluarga. "Terlalu real untuk acara keluarga yang dihadiri para orang tua sebenarnya." William malah memberikan sindiran kepada keduanya. "Come on, Dad. Jangan terlalu kolot, jaman sudah berubah sejak Daddy muda dulu." Alex menanggapi sindiran ayahnya. "Bukankah hubungan sperti ini yang kalian harapkan juga dari kami?" "Yah tidak bisa dipungkiri pernikahan kalian akan memberikan dampak yang baik bagi kedua keluarga." William menghela napas, mengakui kebenaran ucapan putranya. "Kita bisa mengembangkan bisnis bersama d
"Kami berdua ingin membagikan kabar gembira untuk kalian semua." Alex memberikan kesempatan berbicara kepada Ceicillia. "Benar kan, Cesi?" "Intinya saya dan Alex memutuskan untuk segera menikah. Yah seperti kalian lihat, kami berdua saling mencintai, bahkan sudah sejak lama. Selama ini kami hanya terpisahkan oleh jarak dan waktu." Ceicillia memberikan sebuah kecupan ringan di sebelah pipi Alex. Kecupan yang mampu membuat Alex serasa melambung tinggi karena suka cita. 'Bodoh amat kalau Cesi melakukannya karena acting, yang penting dia mau menciumku!' "Kami sudah tidak mau membuang waktu lagi. Kami ingin menikah secepatnya." Alex menambahkan dengan mantap. Semua anggota keluarga yang hadir dalam pertemuan melebar matanya dan ternganga lebar. Tak mengira bahwa hubungan kedua putra putri mereka sudah seserius itu, bahkan memutuskan untuk langsung menikah. "Astaga
Ceicillia mengamati bayangan di cermin untuk memastikan penampilannya sempurna. Gaun mermaid dress berwarna kuning yang dia kenakan terkesan cerah dan sesuai untuk acara makan siang ini. Simple bun hairstyle serta set perhiasan yang sederhana juga turut menambah kesegaran penampilannya. Hari ini adalah akhir pekan yang sudah mereka tentukan. Untuk acara makan siang keluarga guna mengumumkan berita pertunangan dan rencana pernikahan Ceicillia dan Alex. "It's perfect!" Ceicillia mengambil dan memakai tas serta high heels berwarna hitam sebagai sentuhan akhir. Tak lama kemudian Ceicillia turun ke bawah dan menaiki mobil limosin yang telah menunggunya. Mobil jemputan yang dikirimkan Alex untuk mengantar gadis itu ke kediaman Goldman. "Huuft!" Ceicillia menarik napas panjang sebelum memasuki rumah super mewah Alex. Rumah yang memakai gaya arsitektur mediterania dengan halaman sangat l
"Cerita ini semakin cocok dengan latar belakang Augusto, bahwa dia mendapatkan saham Tang Corps dari mantan istrinya yang kaya." Ceicillia ingat pernah meminta Dewi untuk menyelidiki Augusto yang dia rasa mencurigakan. Aksen Italianya begitu aneh, dan kaku. Kulit tubuhnya yang berwarna tanned juga sepertinya hasil dari modifikasi kedokteran kosmetik. Lalu tingkahnya yang pantang menyerah untuk mendekali dirinya meski tahu sudah bertunangan dengan Alex juga tidak wajar. 'Dasar pria gold digger. Kamu pikir dapat mendekati aku dan mengambil uangku?' "Akan kita apakan mereka, Bu?" Dewi menanyai rencana tindak lanjut masalah. "Untuk sementara kamu buat laporan lengkap dan cari bukti-bukti yang real. Kita tidak bisa berbuat apa-apa selain untuk berhati-hati saat ini." "Baik, Bu." Dewi memberi kesanggupan, sebelum mengakhiri sambungannya. Ceicillia menghela napas panjang dan meneguk
'Yaampun, aku sampai lupa belum memberi tahu mama!' Ceicillia membatin panik setelah panggilan teleponnya dengan Alex berakhir. 'Bagaimana reaksi mama ya kalau tahu aku akan menikah dengan Alex?' "Sekarang masih jam 9 pagi. Berarti di Indonesia masih sekitar jam 9 malam kan? ... Mama pasti belum tidur jam segini?" Ceicillia mencari kontak mamanya, namun alih-alih menelpon, dia mengirimkan pesan terlebih dahulu. Takut mengganggu mamanya jika ternyata sudah beristirahat. Ceicillia : Mama, sudah tidur belum? Aku ingin bicara. Satu detik berlalu, satu menit, lima menit, sampai tiga puluh menit berlalu namun sang ibu tidak memberikan jawaban. Ceicillia pun menganggap beliau sudah tidur. Dan memutuskan untuk menelfon nanti saja saat di Indonesia susah pagi. Ceicillia sudah hendak kembali berkutat dengan tumpukan dokumen di atas meja saat sebuah ketukan terdengar dari pintu kantornya. Tak lama k