Alex bergerak-gerak gelisah dalam tidurnya karena merasa tidak nyaman dengan beban yang terasa menindih tubuhnya. Perlahan dia membuka mata dan mendapati lengan seseorang yang memeluk dengan erat. Membuatnya tidak bisa bergerak.
'Wait a minute, siapa?' Seolah tiba-tiba ditarik dari alam bawah sadar, Alex refleks membuka kedua matanya. Dia terkesiap saat menyadari siapa yang tertidur sambil memeluk dan menyandarkan kepala di dadanya. 'Cesi? Apa dia Ceicillia? But how?' Alex kemudian teringat bahwa kemarin siang sepulang dari LA sakit kepalanya tiba-tiba kambuh dan tubuhnya terasa tidak karuan karena demam yang tinggi. Dia pun memutuskan untuk meminum obat dan beristirahat. Lalu saat terbangun di malam hari dia mendapati Ceicillia yang sedang merawatnya. 'Jadi kamu sudah merawatku semalaman, Cesi? Terima kasih, ya.' Alex merasa berbunga karena perhatikan yCeicillia sudah berada di hotel tempat acara pertunangannya dengan Alex akan dilangsungkan malam ini. Sendirian di ruang tunggu untuk menantikan jemputan dari sang pangeran berkuda putih. 'I can do it! Everything is gonna be okey.' Ceicillia menanamkan sugesti di dalam dirinya sendiri. Sebuah ketukan ringan di pintu membuat gadia itu bangkit dari duduknya. Beranjak membukakan pintu untuk Alex yang membatu beberapa saat demi melihat penampilannya malam ini. "Woah, kamh jauh lebih cantik daripada yang bisa aku bayangkan, Cesi." Alex tidak bisa mengalihkan pandangan dari tunangannya yang tampil sangat mempesona. "Rambutmu itu, seakan memanggil untuk dibelai dan dimain-mainkan. Lalu bibirmu yang semerah wine, menawarkan rasa manis yang sangat memabukkan." "Jangan berani menyentuh rambut dan merusak make up-ku." Ceicillia melotot kepada Alex, tidak ingin pen
"Bagaimana keadaan kamu?" Ceicillia bertanya kepada Alex saat keduanya duduk bersebelahan di meja makan. Mereka telah menyantap pasta lezat buatan Thalita Goldman sampai habis. "Better ..." Jawaban Alex terhenti karena Ceicillia sudah meletakkan telapak tangan di keningnya. Untuk memastikan sendiri suhu tubuhnya sudah normal atau belum. "Syukurlah." Ceicillia menghela napas lega. Karena usahanya semalaman tidak sia-sia, dan sepertinya keadaan Alex cukup sehat untuk menghadiri pesta pertunangan. Gadis berambut panjang itu hendak menarik tangan dari kening Alex saat pria itu menahannya. Meraih jemari tangan lentik itu dan menciumnya. "Thank you, for taking care of me." Wajah Ceicillia terasa memanas karena perlakuan manis dari Alex itu. Dia pun buru-buru memalingkan wajah sebelum memberi jawaban. "Sama-sama." "Aku senang sekali kar
Alex bergerak-gerak gelisah dalam tidurnya karena merasa tidak nyaman dengan beban yang terasa menindih tubuhnya. Perlahan dia membuka mata dan mendapati lengan seseorang yang memeluk dengan erat. Membuatnya tidak bisa bergerak. 'Wait a minute, siapa?' Seolah tiba-tiba ditarik dari alam bawah sadar, Alex refleks membuka kedua matanya. Dia terkesiap saat menyadari siapa yang tertidur sambil memeluk dan menyandarkan kepala di dadanya. 'Cesi? Apa dia Ceicillia? But how?' Alex kemudian teringat bahwa kemarin siang sepulang dari LA sakit kepalanya tiba-tiba kambuh dan tubuhnya terasa tidak karuan karena demam yang tinggi. Dia pun memutuskan untuk meminum obat dan beristirahat. Lalu saat terbangun di malam hari dia mendapati Ceicillia yang sedang merawatnya. 'Jadi kamu sudah merawatku semalaman, Cesi? Terima kasih, ya.' Alex merasa berbunga karena perhatikan y
"Oiya, apa kamu sudah minum obat apa belum? Atau perlu aku panggilkan dokter untuk memeriksa keadaanmu?" Ceicillia kembali bertanya kepada Alex. "No need. Aku sudah punya obat." "Di mana?" "Meja." "Di meja ini?" Ceicillia menunjuk sebuah nakas di samping kiri ranjang. Setelah Alex mengiyakan, dia memeriksa nakas itu. Dan mendapati sebungkus obat-obatan yang sepertinya diresepkan oleh doker. "Tapi kamu belum makan kan? Aku masakkan bubur dulu ya, agar kamu bisa memakannya sebelum minum obat." Ceicillia dapat menebak bahwa Alex tadi siang baru tiba dari perjalanan luar kota. Mungkin karena kelelahan, penerbangan dan perjalanan yang culup lama membuatnya merasa tidak enak b
Waktu satu minggu berlalu begitu saja tanpa terasa bagi Ceicillia. Karena kesibukan dan urusan pekerjaan yang menghabiskan sebagian besar waktunya. Serta persiapan pesta pertunangan yang cukup heboh dipersiapkan oleh Miranda dan Thalita sekaligus dengan sesekali melibatkan dirinya. Sore itu, sehari sebelum hari pertunangan, datanglah sebuah kiriman paket. Berisi dress, accesoris, make up, dan perhiasan ke apartemen Ceicillia. Yang sudah sangat jelas siapa pengirimnya meski tanpa tertera si sana, tentu saja dari pihak keluarga Alex, mungkin ibunya. 'Dia menghilang selama seminggu tanpa kabar, lalu sekarang mengirimkan paket pertunangan?' 'Kamu kemana ? Besok kita jadi tunangan apa tidak?' Ceicillia menjadi kesal sendiri dan mengambil ponselnya untuk menghubungi pria yang besok akan bertunangan dengannya itu. Namun sampai b
Ceicillia baru benar-benar menyadari alasan kedatangan Alex berkunjung malam itu setelah beberapa hari kemudian. Alex membuat alasan ingin melakukan room tour di rumahnya ternyata hanya sebuah alibi. Alasan yang sebenarnya adalah karena calon suaminya itu akan ke luar kota lagi untuk waktu yang cukup lama. Guna menyelesaikan urusan pembangunan apartemen di LA. Tanpa kehadiran Alex di sisinya, entah mengapa Ceicillia merasa ada sesuatu yang kurang. Namun dia berusaha untuk bersikap realistik dengan memfokuskan perhatian kepada urusan pekerjaan dan perusahaan. Gadis itu bahkan berkerja ekstra dengan mengaudit seluruh data keuangan perusahaan Tang Corps. Dan sesuai dugaan, dia menemukan beberapa ketimpangan neraca keuangan. Seperti ada praktek penipuan yang terjadi di beberapa bagian perusahaan. "Jangan terlalu keras bekerja, nanti kamu sakit." Alex mengingatkan