Share

Mendadak Nikah dengan CEO Muda
Mendadak Nikah dengan CEO Muda
Author: Cheezyweeze

MD1. Preman Pasar

"Maling!" teriak seorang wanita.

Begitulah suara teriakan dari seorang wanita paruh baya. Teriakan itu membuat seseorang yang memakai jaket hitam, topi, dan mengenakan masker penutup wajah langsung mengambil langkah seribu.

Mendengar teriakan wanita itu, orang-orang yang ada di sekitar pasar berlari mengejar pencuri.

Sosok yang mengenakan jaket hitam berlari begitu cepat dan dia langsung bersembunyi di balik semak-semak.

"Wah, benar-benar gila. Semua orang mengejarku," keluhnya.

Dia bergegas melepas jaketnya dan membalikkan jaket yang dia kenakan. Jaket yang dikenakan Yola memang keren, jaket itu 2 in 1 bisa di bolak-balik dan Yola melepas topinya. Tergerailah rambut panjang milik Yola. Lantas dia melepas masker wajah yang dia pakai.

Gadis cantik berperawakan tomboi berjalan pelan sambil melirik sebuah tas yang sedang ditenteng seorang ibu-ibu di pasar. Dia mengenakan sebuah topi berwarna hitam dan mulutnya tampak sedang menghisap sesuatu.

Pasar siang itu memang tampak ramai. Semua orang yang sedang berbelanja di pasar fokus pada aktivitas mereka masing-masing.

Dia terus merapatkan dirinya pada ibu-ibu yang tengah sibuk memilih-milih sayuran segar. Tangannya dengan sangat lihai dan terampil mengambil dompet dan ponsel milik ibu-ibu itu.

Setelah aksinya berhasil, gadis itu segera pergi meninggalkan tempat tersebut. Dia berjalan menjauh dari keramaian pasar.

"Yola!" teriak seorang pria. Yola menoleh dan mendapatkan Tegar berlari mendekatinya.

"Bagaimana mangsa mu hari ini?" tanya Tegar. Yola mengulurkan tangannya dan memperlihatkan dua buah dompet dan sebuah benda pipih.

"Wah, hebat. Belum ada setengah hari kau sudah mendapatkan dua mangsa. Bos pasti sangat senang."

Yola memutarkan bola matanya. Dia benar-benar sudah muak dengan semua ini. Gadis itu memilih pergi meninggalkan Tegar, sahabatnya.

"Ah, sudahlah. Aku tidak ingin membahas hal itu lagi. Kalau kau ingin mencari mangsa, pergilah. Aku ingin beristirahat sebentar," kata Yola beralasan.

Yola menggunakan alasan itu untuk bisa pergi dan menghindar dari Tegar. Sebab Yola tak ingin mendengarkan cerita yang sama dari Tegar.

"Baiklah. Aku akan kembali mencari mangsa. Kau pergilah beristirahat di tempat biasa dan aku akan menyusul mu di sana," balas Tegar.

Semua itu dibalas dengan anggukan kepala dari Yola, akan tetapi Yola punya tujuan lain. Dia selalu beralasan mencari cara untuk menjaga jarak dari Tegar.

Tegar pun melambaikan tangannya saat Yola pergi dari sana. "Hati-hati."

Yola menghilang dibalik tembok yang kokoh. Tegar, sosok pemuda tampan dengan penuh banyak tato di tubuhnya masih berdiri mematung di sana.

"Seharusnya dia yang mengucapkan kata hati-hati padaku, tapi kenapa aku yang mengucapkannya." Tegar mengumpat pada dirinya sendiri, sambil beberapa kali tangannya menampar pipinya. "Bodohnya aku. Ah, sudahlah. Lebih baik aku mencari mangsa lain, agar hari ini aku bisa menyetor banyak pada si bos." Tegar akhirnya berlalu dari sana. Dia kembali beroperasi ke sekitar kompleks pasar. Padahal hari itu Tegar sudah banyak mencuri dari orang-orang, tapi kenapa dia terlihat serakah, masih saja berpikir kurang.

Mata tajam Tegar mencari korban yang kaya dan juga cantik agar bisa dirayu olehnya. Ah, memang dasar brengsek dan buaya.

"Hm, wanita itu sepertinya kaya raya, tapi sayang dia tidak membawa apa-apa. Eh, tunggu, apa itu?" Mata tajam itu menangkap sesuatu yang dibawa oleh si wanita. "Plastik kresek. Ya, pasti ada di sana." Tegar menjentikkan jempol dan jari tengahnya.

***

Sinar matahari begitu sempurna berdiri tepat di tengah-tengah dan begitu sangat menyengat di kepala. Seorang gadis berjalan sambil berkali-kali mengusap peluh yang mengalir dari kepalanya.

"Wah, panas sekali hari ini dan aku benar-benar sangat kehausan," rengek Yola. "Dia berjalan tertatih-tatih menuju ke sebuah pohon dan Yola pun duduk di bawah pohon nan rindang itu.

Sejenak Yola duduk di sana dan merasakan nyaman dan sejuk. Tangan kanan Yola merogoh saku celananya dan dia menemukan selembar uang 10 ribuan.

"Kenapa ada uang di sakuku?" Yola berpikir sebentar. "Lebih baik uang ini aku belikan air mineral dan roti untuk dimakan. Kebetulan di depan sana ada warung kecil." Yola beranjak dari sana dan pergi menuju warung di depan.

Lima menit kemudian, Yola kembali duduk di bawah pohon dan membuka plastik kresek berwarna putih yang berisi air mineral, dua buah roti, dan beberapa permen. Gadis cantik berambut panjang dengan hidung mancung, bibir tipis serta mata yang begitu indah sedang menikmati sebungkus roti di bawah pohon.

Setelah lapar dan dahaga terobati, rasa ngantuk menyerang Yola. "Ah, dasar penyakitnya manusia. Setiap kenyang pasti langsung ngantuk datang," dengkus Yola dengan tangannya menutupi mulutnya karena menguap. "Lebih baik aku tidur sebentar. Lagi pula aku sudah dapat beberapa korban untuk disetorkan ke bos. Ah, bodoh amat dibilang malas kerja, selalu dapat sedikit, dan lain-lain." Yola membaringkan tubuhnya pada sebuah kursi kayu yang ada di sana. Tidak butuh waktu lama Yola pun tertidur.

Satu jam sampai dua jam terlewati. Yola begitu sangat nyenyak tidur di tempat terbuka. Saat matanya terbuka pelan-pelan, dia langsung terkejut.

"Ya ampun," teriaknya terbangun dari baringnya.

"Apa kau terkejut?" tanyanya.

"Bagaimana tidak? Kenapa kau jongkok di depan mukaku?" seru Yola yang masih merasakan jantungnya hampir copot.

"Aku suka sekali melihat wajahmu yang cantik saat tidur. Mau kapan lagi bisa melihat wajahmu dengan jelas. Sekarang saja melihat wajahmu seperti ini kau sudah langsung keluar taringnya," jelas Tegar sambil mempraktekkan seekor macam yang hendak menerkam.

"Jangan bercanda deh, Gar." Yola terlihat mulai merajuk.

Tegar berdiri dari jongkok nya dan duduk di samping Yola. "Aku mencari mu di tempat biasa, tapi kau tidak ada di sana dan ternyata kau tertidur di sini. Ini aku beli seblak. Bagaimana kalau kita makan berdua di sini?" Tegar mengulurkan bungkusan sesuatu pada Yola.

Yola hanya terpaku menatap bungkusan itu. Yola ingin menolaknya, tapi perutnya pun tidak bisa dibohongi. Yola terdiam cukup lama hingga ....

Kruk kruyuk ....

Suara perut Yola membuat pipi Yola memerah dan Tegar pun tertawa terkekeh-kekeh.

"Halah, tidak perlu menolaknya. Perutmu tidak bisa berbohong, Yol. Ayo, kita makan seblak ini di sini. Tenang saja ada es tehnya juga kok." Tegar mengeluarkan dua buah styrofoam box dan memberikan satunya pada Yola.

Yola menarik napas panjang, sebenarnya dia ingin menolak karena bukan apa-apa, tapi sama saja dia makan uang haram.

"Ah, bodoh amat," dumel Yola.

"Hah? Baru saja kau bilang apa, Yol?" tanya Tegar yang kurang begitu mendengarnya dengan jelas.

"Ah, tidak ada. Aku tidak bilang apa-apa. Ayo, kita makan mumpung masih hangat. Seblak ini pasti sangat nikmat dan enak," elak Yola.

"Pasti enak dong. Aku membelinya di tempat langganan," balas Tegar.

"Oh ya?" Yola melahapnya begitu juga dengan Tegar dan di samping mereka masing-masing tergeletak sebungkus es teh yang melambai-lambaikan tangannya minta diseruput.

Di tengah-tengah menikmati seblak yang hangat dan pedas. 'Aku harus berhenti dari pekerjaan ini.'

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status