Romance Comedy 65℅. Mature 35℅. Karena dikira berbuat mesum, Yola mendadak dinikahkan dengan Herjinot, CEO Muda nan tampan. Ia pun dibawa pulang ke rumah sang suami dan bertemu dua adik iparnya. Namun, beberapa hari setelah tinggal di rumah mewah tersebut, Yola dibuat stres oleh kelakuan ketiga saudara itu. Lantas, bagaimana kisah Yola dan Herjinot bertahan dengan rumah tangga mereka?
Lihat lebih banyak"Maling!" teriak seorang wanita.
Begitulah suara teriakan dari seorang wanita paruh baya. Teriakan itu membuat seseorang yang memakai jaket hitam, topi, dan mengenakan masker penutup wajah langsung mengambil langkah seribu.Mendengar teriakan wanita itu, orang-orang yang ada di sekitar pasar berlari mengejar pencuri.Sosok yang mengenakan jaket hitam berlari begitu cepat dan dia langsung bersembunyi di balik semak-semak."Wah, benar-benar gila. Semua orang mengejarku," keluhnya.Dia bergegas melepas jaketnya dan membalikkan jaket yang dia kenakan. Jaket yang dikenakan Yola memang keren, jaket itu 2 in 1 bisa di bolak-balik dan Yola melepas topinya. Tergerailah rambut panjang milik Yola. Lantas dia melepas masker wajah yang dia pakai.Gadis cantik berperawakan tomboi berjalan pelan sambil melirik sebuah tas yang sedang ditenteng seorang ibu-ibu di pasar. Dia mengenakan sebuah topi berwarna hitam dan mulutnya tampak sedang menghisap sesuatu.Pasar siang itu memang tampak ramai. Semua orang yang sedang berbelanja di pasar fokus pada aktivitas mereka masing-masing.Dia terus merapatkan dirinya pada ibu-ibu yang tengah sibuk memilih-milih sayuran segar. Tangannya dengan sangat lihai dan terampil mengambil dompet dan ponsel milik ibu-ibu itu.Setelah aksinya berhasil, gadis itu segera pergi meninggalkan tempat tersebut. Dia berjalan menjauh dari keramaian pasar."Yola!" teriak seorang pria. Yola menoleh dan mendapatkan Tegar berlari mendekatinya."Bagaimana mangsa mu hari ini?" tanya Tegar. Yola mengulurkan tangannya dan memperlihatkan dua buah dompet dan sebuah benda pipih."Wah, hebat. Belum ada setengah hari kau sudah mendapatkan dua mangsa. Bos pasti sangat senang."Yola memutarkan bola matanya. Dia benar-benar sudah muak dengan semua ini. Gadis itu memilih pergi meninggalkan Tegar, sahabatnya."Ah, sudahlah. Aku tidak ingin membahas hal itu lagi. Kalau kau ingin mencari mangsa, pergilah. Aku ingin beristirahat sebentar," kata Yola beralasan.Yola menggunakan alasan itu untuk bisa pergi dan menghindar dari Tegar. Sebab Yola tak ingin mendengarkan cerita yang sama dari Tegar."Baiklah. Aku akan kembali mencari mangsa. Kau pergilah beristirahat di tempat biasa dan aku akan menyusul mu di sana," balas Tegar.Semua itu dibalas dengan anggukan kepala dari Yola, akan tetapi Yola punya tujuan lain. Dia selalu beralasan mencari cara untuk menjaga jarak dari Tegar.Tegar pun melambaikan tangannya saat Yola pergi dari sana. "Hati-hati."Yola menghilang dibalik tembok yang kokoh. Tegar, sosok pemuda tampan dengan penuh banyak tato di tubuhnya masih berdiri mematung di sana."Seharusnya dia yang mengucapkan kata hati-hati padaku, tapi kenapa aku yang mengucapkannya." Tegar mengumpat pada dirinya sendiri, sambil beberapa kali tangannya menampar pipinya. "Bodohnya aku. Ah, sudahlah. Lebih baik aku mencari mangsa lain, agar hari ini aku bisa menyetor banyak pada si bos." Tegar akhirnya berlalu dari sana. Dia kembali beroperasi ke sekitar kompleks pasar. Padahal hari itu Tegar sudah banyak mencuri dari orang-orang, tapi kenapa dia terlihat serakah, masih saja berpikir kurang.Mata tajam Tegar mencari korban yang kaya dan juga cantik agar bisa dirayu olehnya. Ah, memang dasar brengsek dan buaya."Hm, wanita itu sepertinya kaya raya, tapi sayang dia tidak membawa apa-apa. Eh, tunggu, apa itu?" Mata tajam itu menangkap sesuatu yang dibawa oleh si wanita. "Plastik kresek. Ya, pasti ada di sana." Tegar menjentikkan jempol dan jari tengahnya.***Sinar matahari begitu sempurna berdiri tepat di tengah-tengah dan begitu sangat menyengat di kepala. Seorang gadis berjalan sambil berkali-kali mengusap peluh yang mengalir dari kepalanya."Wah, panas sekali hari ini dan aku benar-benar sangat kehausan," rengek Yola. "Dia berjalan tertatih-tatih menuju ke sebuah pohon dan Yola pun duduk di bawah pohon nan rindang itu.Sejenak Yola duduk di sana dan merasakan nyaman dan sejuk. Tangan kanan Yola merogoh saku celananya dan dia menemukan selembar uang 10 ribuan."Kenapa ada uang di sakuku?" Yola berpikir sebentar. "Lebih baik uang ini aku belikan air mineral dan roti untuk dimakan. Kebetulan di depan sana ada warung kecil." Yola beranjak dari sana dan pergi menuju warung di depan.Lima menit kemudian, Yola kembali duduk di bawah pohon dan membuka plastik kresek berwarna putih yang berisi air mineral, dua buah roti, dan beberapa permen. Gadis cantik berambut panjang dengan hidung mancung, bibir tipis serta mata yang begitu indah sedang menikmati sebungkus roti di bawah pohon.Setelah lapar dan dahaga terobati, rasa ngantuk menyerang Yola. "Ah, dasar penyakitnya manusia. Setiap kenyang pasti langsung ngantuk datang," dengkus Yola dengan tangannya menutupi mulutnya karena menguap. "Lebih baik aku tidur sebentar. Lagi pula aku sudah dapat beberapa korban untuk disetorkan ke bos. Ah, bodoh amat dibilang malas kerja, selalu dapat sedikit, dan lain-lain." Yola membaringkan tubuhnya pada sebuah kursi kayu yang ada di sana. Tidak butuh waktu lama Yola pun tertidur.Satu jam sampai dua jam terlewati. Yola begitu sangat nyenyak tidur di tempat terbuka. Saat matanya terbuka pelan-pelan, dia langsung terkejut."Ya ampun," teriaknya terbangun dari baringnya."Apa kau terkejut?" tanyanya."Bagaimana tidak? Kenapa kau jongkok di depan mukaku?" seru Yola yang masih merasakan jantungnya hampir copot."Aku suka sekali melihat wajahmu yang cantik saat tidur. Mau kapan lagi bisa melihat wajahmu dengan jelas. Sekarang saja melihat wajahmu seperti ini kau sudah langsung keluar taringnya," jelas Tegar sambil mempraktekkan seekor macam yang hendak menerkam."Jangan bercanda deh, Gar." Yola terlihat mulai merajuk.Tegar berdiri dari jongkok nya dan duduk di samping Yola. "Aku mencari mu di tempat biasa, tapi kau tidak ada di sana dan ternyata kau tertidur di sini. Ini aku beli seblak. Bagaimana kalau kita makan berdua di sini?" Tegar mengulurkan bungkusan sesuatu pada Yola.Yola hanya terpaku menatap bungkusan itu. Yola ingin menolaknya, tapi perutnya pun tidak bisa dibohongi. Yola terdiam cukup lama hingga ....Kruk kruyuk ....Suara perut Yola membuat pipi Yola memerah dan Tegar pun tertawa terkekeh-kekeh."Halah, tidak perlu menolaknya. Perutmu tidak bisa berbohong, Yol. Ayo, kita makan seblak ini di sini. Tenang saja ada es tehnya juga kok." Tegar mengeluarkan dua buah styrofoam box dan memberikan satunya pada Yola.Yola menarik napas panjang, sebenarnya dia ingin menolak karena bukan apa-apa, tapi sama saja dia makan uang haram."Ah, bodoh amat," dumel Yola."Hah? Baru saja kau bilang apa, Yol?" tanya Tegar yang kurang begitu mendengarnya dengan jelas."Ah, tidak ada. Aku tidak bilang apa-apa. Ayo, kita makan mumpung masih hangat. Seblak ini pasti sangat nikmat dan enak," elak Yola."Pasti enak dong. Aku membelinya di tempat langganan," balas Tegar."Oh ya?" Yola melahapnya begitu juga dengan Tegar dan di samping mereka masing-masing tergeletak sebungkus es teh yang melambai-lambaikan tangannya minta diseruput.Di tengah-tengah menikmati seblak yang hangat dan pedas. 'Aku harus berhenti dari pekerjaan ini.'Yola mulai kalang kabut. Pikirannya mulai tertuju pada Juna. Yola berpikir jika dia akan berbuat jahat pada Juna putranya. Yola masih merahasiakan hal itu pada Jin, akan tetapi suaminya itu selangkah lebih maju dari Yola.Ternyata Jin sudah menyebarkan orang-orang yang dia percaya untuk mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi. Dia pun menugaskan dua pengawal handalnya untuk mengawasi sang putra.Lantas apakah usaha Jin akan berhasil? Apakah keputusan yang diambil Yola tepat ataukah akan memperkeruh keadaan?Yola menitipkan Jelly pada Bibi Im. Tadinya Bibi Im melarang Yola untuk pergi keluar sendirian. Wanita tua itu menyarankan pada Yola untuk menunggu si empunya rumah pulang, tapi Yola beralasan waktu sudah mepet. Tanpa basi-basi Yola langsung bergegas pergi dari rumah besar itu. Tidak seperti biasanya Jelly hari itu menangis dengan keras sampai Bibi Im kewalahan menenangkan bocah kecil itu. Yola yang mendengarkan putri kecilnya menangis keras dengan terpaksa mengacuhkannya. Perempu
Yola terpaksa harus keluar dari dalam mobil untuk menghindari hal yang mungkin akan terjadi. Namun, sebelum Yola turun dari mobil. Terlebih dulu Yola memberitahu pada Juna untuk menjaga Jelly. Yola pun melihat ekspresi putranya yang terlihat takut, begitu juga dengan Jelly. Yola memindahkan Jelly ke kursi belakang dekat dengan Juna. Yola turun dari mobil dan melangkah mendekati Jin. Yola menatap pria yang ada di depan Jin"Kau bisa menanyakan padanya," seru pria itu.Kedua tangan Yola memegang tangan kanan Jin sebagai kode. Beruntung Jin bisa menangkap kode itu."Tapi Yola----""Sudahlah. Tenang saja. Aku bisa mengatasinya," balas Yola menenangkan Jin yang sudah mulai khawatir.Yola melangkah maju mendekati pria itu dan tampak berbincang-bincang dengan serius. Sekilas Yola melihat Tegar di dalam mobil. Wanita itu sempat kaget, akan tetapi pada akhirnya Yola kembali di samping Jin."Kau bicara apa padanya?" Jin tampak penasaran. Yola menarik napas panjang dan mengembuskannya."Aku mem
Kelanggengan keluarga Adiwangsa semakin hari bertambah harmonis. Walaupun tidak lepas dari percekcokan di setiap harinya. Juna dan Jelly pun tumbuh menjadi pribadi yang aktif dan menyenangkan.Terlepas dari masa lalu Yola. Kini Yola begitu bahagia hidup dengan keluarga Adiwangsa. HerJinot pun sukses menjadi Ci Ai O muda berbakat. Begitu pula dengan Jimmy dan Juki. Mereka berdua lulus dengan predikat murid paling berprestasi."Ayah ...," teriak Juna. Namun, orang yang dipanggil tidak menyahut. Juna kembali berteriak memanggil pria itu."Ayahmu sudah berangkat kerja, sayang. Kenapa?" tanya Yola. Melangkah mendekati putranya dan berjongkok. Wanita itu mengusap lembut surai hitam Juna. Juna menggelengkan kepalanya, "Kalau begitu tidak jadi."Yola mengerutkan kedua alisnya saat mendengar respons putranya. Wanita itu tidak paham dengan apa yang dimaksud oleh Juna. Juna langsung berlalu dari hadapan Yola. Bocah itu duduk di sofa yang ada di ruang tengah. Dia duduk sambil berpangku dagu. Y
Tiga tahun kemudian.Kini keluarga kecil Adiwangsa dan Yola Asmara sudah lengkap. Setelah mereka dikaruniai seorang anak laki-laki yang cerdas, saat ini mereka juga mempunyai seorang anak perempuan.Juna genap berusia delapan tahun dan dia memiliki adik perempuan bernama Jelly Adiwangsa yang baru berusia dua tahun.Hari itu, cuaca begitu sangat cerah. Cuaca yang cocok untuk jalan-jalan. Di sebuah istana pink, rumah yang dominasi dengan warna pink, tampak sangat ramai dengan tangisan Jelly.Balita kecil itu menangis karena tidak ingin dipisahkan dari Ayahnya. Setiap kali balita kecil itu lepas dari tubuh Jin, dia akan langsung menangis."Kenapa dia tidak ingin lepas dariku?" pekik Jin."Gendong saja terus," jawab Yola. Jin beralih menatap istrinya, lalu kembali lagi menatap putri kecilnya yang tak mau lepas dari tubuhnya."Tumben nih bocah manja sekali," celetuk Jin. "Di mana Juna?" tanyanya."Dia ada di kamarnya," jawab Yola singkat sambil jari-jemarinya melipat satu-persatu baju yang
Bulan berganti bulan dan tahun berganti tahun. Singkat cerita, Juna Adiwangsa telah genap berusia lima tahun. Namun, pada kenyataan Juna masih suka tidur di tengah-tengah Ayah dan Ibunya, walaupun Jin sendiri sudah membuatkan kamar untuk Juna."Sayang, Juna sudah genap lima tahun. Bolehlah jika kita buat adik untuknya?" Jin mendekati Yola. Sang istri hanya memandang suaminya. "Kenapa diam?" tanyanya menatap sang istri. "Jika diam itu tandanya berarti jawabanmu adalah iya," lanjutnya menarik pinggang Yola hingga menabrak tubuhnya."Iya, nanti kita cari waktu yang tepat untuk berduaan," jawabnya menatap Jin."Tidak ada kata penolakan lagi loh," ancam Jin."Iya bawel." Jin makin mengeratkan pelukannya."Hei, ini masih siang," protes Yola."Memangnya kenapa jika masih siang?" tanyanya mendekatkan kepalanya dan menempelkan hidungnya pada hidung Yola."Rumah kosong, hanya ada kita berdua," ucap Jin lirih. "Sudah lama kita tidak berduaan seperti ini."Mendadak Jin menempelkan bibirnya dan b
Kang wor wet hensem memberi kode pada sang istri, padahal jam sudah menunjukkan pukul delapan."Mbeb, ini bagaimana?""Apanya yang bagaimana?" "Ini ...." Jin menunjuk pusaka keramatnya."Aku akan ke bawah. Sudah waktunya Juna kecil makan dan kau cepat pakai pakaianmu." Yola sambil menunjuk Jin.Muka Jin terlihat manyun, duduk di sofa sambil menyilangkan kakinya. Yola mendekatinya dan mendudukkan Juna dipangkuannya. Balita tiga tahun itu langsung tersenyum menatap Ayahnya."Kenapa kau berikan dia padaku?" tanyanya."Dari pada kau hanya manyun seperti itu. Pergilah ajak main Juna.""Kau sendiri mau ngapain?" tanya Jin menatap sang istri."Aku mau olahraga," jawab sang istri singkat."Buat apa kau berolahraga?" tanyanya lagi."Aku ingin berat badanku kembali seperti semula." Yola melangkah keluar rumah, tiap hari memang dia menyempatkan diri untuk berolahraga selama lima belas menit. Berat badan Yola sekarang 50 kg."Kau ingin kurus berapa kilo lagi? Tubuhmu itu sudah langsing. Nanti pu
Tak terasa sudah genap sebulan sejak kelahiran Juna Adiwangsa, bayi laki-laki mungil itu membawa warna baru di istana pink. Tangisannya selalu mewarnai hari-hari keluarga Adiwangsa. Juna kecil selalu mengajak bergadang di malam hari dan akan tertidur pulas di siang hari. Setiap malam Juna kecil selalu membuat penghuni istana pink tidak nyenyak tidurnya."Kenapa makin malam, matanya makin melebar," gerutu Jin melihat mata Juna kecil, bayi mungil itu seperti mengajak sang Ayah untuk bermain."Tidurlah jika kau sudah mengantuk. Besok kau harus berangkat kerja." Yola menyuruh suaminya untuk tidur.Beranjak turun dari ranjangnya dan seketika dia berjengkit kaget karena kakinya seperti menginjak sesuatu. Dia melongokkan kepalanya melihat ke bawah ranjang."Kenapa bocah-bocah tengil ini masih tidur di bawah?" tanya Yola menatap Jin dan tangannya menunjuk Jimmy serta Juki yang tidur di lantai beralaskan karpet empuk."Mereka bilang ingin menjaga Juna kecil," sahut Jin membaringkan tubuhnya di
Mobil sampai di depan rumah sakit. Keributan masih terjadi antara ketiganya, tapi hal itu tidak berlangsung lama karena teriakan kesakitan dari Yola membuat Jin langung mengambil tindakan. Jin mengendong Yola dengan cepat saat sudah sampai. Dia menyuruh Jimmy memarkirkan mobil. Sementara Juki menemani mereka berdua ke resepsionis rumah sakit."Sudah bukaan berapa, Tuan?" tanya seoarang perawat yang menyuruh Jin membaringkan sang istri ke ranjang pasien darurat IGD."Aku tidak tahu," jawab Jin menggelengkan kepala meletakkan istrinya ke ranjang lalu mengelus kening istrinya. "Yang kuat sayang," ucapnya tak tega melihat istrinya yang biasanya bar-bar kini terus-terusan merapatkan gigi menahan sakit.Yola memejamkan mata terus menarik napas dan mengembuskan secara perlahan seperti sebelumnya. Menghitung menit demi menit dalam hati merasakan brankar dorong pasien semakin cepat didorong seiring dengan ringisannya yang berlanjut.Yola masih me
Senja pun tiba, bulatan matahari yang menguning telur dan semburat jingga saat senja seperti menghipnotis siapapun yang memandangnya. Hamparan langit yang menguning keemasan mempunyai daya tarik tersendiri.Tampak sangat riuh di ruang makan yang hanya diisi oleh empat orang saja. Yah, empat orang saja tapi suasana seperti berada di pasar bebek. "Kak, aku mau steaknya," teriak Jimmy."Kak, mana susu hangat punya Kookie?" teriak si bontot. Yola menggelengkan kepala dan tertawa kecil melihat suaminya pontang-panting. Kali ini Jin yang dibuat sibuk oleh mereka. Jin berhenti sejenak setelah menaruh sepiring steak untuk Jimmy dan segelas susu untuk Juki."Ternyata capek juga mengurus rumah. Apa begini rasanya jadi ibu rumah tangga?" tanyanya menoleh menatap Yola.Yola mengangkat bahu dan tersenyum."Kau ingin makan apa lagi atau tidak?" tanya Jin ketika melihat piring di depan istrinya sudah kosong.Yola menggeleng,
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Komen