Kiara dibawa menuju paviliun Merpati oleh para pengawal.
Jalanan yang dilaluinya diterangi menggunakan lentera.
Kiara tampak kagum dengan dekorasi yang sangat indah.
Detail setiap hal terlihat begitu dibuat dengan sangat cermat.
Kiara menjadi bersemangat, sebagai seorang desainer perhiasan, dia selalu memperhatikan detail - detail kecil dari desain yang dihasilkannya.
Dan sekarang, dia seperti berada di dunia desain, benar - benar sangat membuat dia bersemangat.
"Nona silahkan lewat sini," pengawal yang membawanya menuntun arah Kiara.
"Ah...iya, terima kasih," Kiara sedikit malu karena dia terlalu mengagumi arsitek dan desain dari tempat ini sampai melamun.
Kiara masuk dalam sebuah kediaman.
Jalan masuknya dipenuhi oleh lentera - lentera.
Saat sampai di pintu masuknya pengawal itu berbicara dengan seorang wanita paruh baya.
Mereka sesekali melirik ke arah Kiara.
Kiara merasa risih dan akhirnya memalingkan tatapannya.
"Nona, silahkan anda masuk," pengawal itu mempersilahkan Kiara masuk.
"Ini adalah Bibi Arni, dia adalah dayang senior di paviliun Merpati," pengawal itu menjelaskan kembali.
Kiara yang masih kebingungan hanya diam saja dan memperhatikan.
"Nona, silahkan anda masuk," bibi Arni mempersilahkan.
"Saya akan membantu anda membersihkan diri dan mengganti baju anda."
"Terima kasih," ucap Kiara.
"Kami permisi dulu, jika anda butuh sesuatu, anda bisa berkata pada bibi Arni."
Kemudian para pengawal itu segera beranjak pergi.
Sekarang hanya tertinggal bibi Arni dan Kiara.
Kiara masih canggung berada di sini.
"Nona...," bibi Arni menegur.
"Mari silahkan, kalau terlalu lama nanti anda bisa masuk angin."
Kiarapun mengikuti bibi Arni masuk.
Bibi Arni menuntun Kiara ke sebuah ruangan yang terdapat kolam di tengahnya.
"Silahkan anda lepas pakaian anda nona, saya akan menggosok punggung anda," ujar bibi Arni.
Kiara tersenyum canggung lalu berkata, "Tidak usah bibi, aku bisa sendiri."
"Dan jangan panggil aku nona, namaku Kiara."
Kiara menolak.
Aneh baginya jika harus melepaskan pakaian dihadapan orang asing, terlebih lagi orang asing yang membantunya mandi.
"Baiklah nona Kiara."
"Tidak apa - apa nona, saya sudah terbiasa membantu," bibi Arni yang mengerti kegelisahan Kiara berkata dengan sabar.
"Anda tidak perlu khawatir nona, saya adalah pelayan anda, jadi wajib bagi saya melayani anda."
"Jika saya tidak melayani anda, maka Kaisar akan menghukum saya."
Ucapan bibi Arni membuat Kiara dilema.
Dia tidak mau mencelakai bibi Arni.
Dengan sedikit rasa malu, Kiara melepas semua pakaiannya dan masuk ke dalam kolam mandi.
'Airnya nyaman, padahal ini sudah malam, tapi ainya tidak terasa dingin,’ Kiara berkata dalam hati.
Jika ini di apartemennya, maka dia akan berendam air panas jika mandi di malam hari.
"Mari saya gosok nona, " bibi Arni menawarkan.
Gosokan bibi Arni sangat nyaman, hingga membuat Kiara mengantuk.
Untung saja bibi Arni menepuk pundak Kiara, sehingga Kiara tersadar.
"Silahkan keluar dan pakai baju tidur anda Nona, setelah itu silahkan tidur karena sudah larut."
"Baik."
Kiara seperti tersihir saat disini.
Dia merasa nyaman tanpa sedikitpun ketakutan.
Bahkan dia langsung tertidur sesaat setelah naik ke ranjang.
Bibi Arni yang melihatnya hanya bisa menggeleng - gelengkan kepalanya melihat tingkah Kiara.
"Semoga hal ini tidak menjadi masalah di masa depan," bibi Arni berbicara pada dirinya sendiri.
Sementara di tempat lain.
Seseorang tidak bisa segera memejamkan matanya.
Bayangan mata sayu milik seorang wanita teringat jelas di pikirannya.
Bahkan setiap dia memejamkan mata, dia selalu melihat mata sayu itu.
"Sialan, kenapa aku memikirkannya."
Kemudian dia bangkit dan membaca laporan yang ada di mejanya.
Dia membacanya dengan seksama, takut jika terlewat maka akan menimbulkan masalah.
Lambat laun matanya terasa berat dan akhirnya dia tertidur dengan kepala di atas meja.
Suara kicauan burung terdengar bersahut - sahutan.
Kiara seperti bermimpi jika dia sedang berada di dunia antah berantah.
Sampai terdengar seseorang membangunkannya.
"Nona...nona...."
"Nona Kiara...," Kiara merasa ada yang menepuk pipinya.
Dengan malas dia bangun dan berkata," Biarkan aku tidur sebentar lagi, katakan pada ayah, aku akan segera bersiap."
Kemudian dia berbaring kembali.
Bibi Arni yang melihatnya menggeleng - gelengkan kepalanya.
Kemudian dengan sabar kembali membangunkan Kiara.
"Nona...anda harus segera bangun, tadi Kaisar mengirim pesan agar anda segera menghadapnya."
Kiara mengernyit mendengar ini.
Kaisar?
Apa maksudnya?
Tunggu!!!
Kemudian dia dengan cepat bangkit duduk.
Dia menelisik ruangan di depannya.
Melihat bibi Arni dan semua dekorasi aneh lainnya.
Astaga!!!
Dia benar - benar terlempar ke dunia antah berantah.
Kiara pikir, semua itu hanya mimpi belaka.
Dia berpikir itu adalah efek dari minuman yang dia minum semalam.
Dan ternyata dia tidak bermimpi.
Ini nyata.
Dia ada di dunia antah berantah.
Kiara memijit pelipisnya, kepalanya serasa berputar.
Semakin memikirkannya semakin kepalanya terasa sakit.
"Ah....!"
Kepalanya terasa berputar - putar.
Efek minuman dan terlempar ke dunia ini membuat kepala Kiara sakit.
"Nona, anda tidak apa - apa?"
Bibi Arni bingung karena Kiara terus memegang kepalanya.
Dia berteriak, "Panggilkan tabib!!!"
"Hachi.....," dia mengusap hidungnya yang gatal. "Siapa yang membicarakanku?" keluhnya. "Pangeran..., anda tidak apa - apa?" tanya seorang kasim."Sebaiknya anda segera masuk, udara di luar sedang tidak bagus.""Anda bisa terkena flu."Sean melirik kasim disampingnya."Memangnya aku bisa kenapa?" ucapnya dengan nada sinis.Sejak Sean dipaksa pulang ke Kerajaan Albama dia hidup dibawah tekanan ayahnya lagi.Dulu Sean sering kabur karena tidak mau mewarisi tahta Kerajaan Albama dan menjadi penguasa.Jiwa Sean lebih suka hidup bebas, dan bisa pergi kemanapun yang dia sukai."Ah... aku jadi merindukannya....," ucap Sean sambil menghela napas. "Kau...!!, panggilkan Sabo ke sini!!!" perintahnya pada kasim. "Baik Pangeran," kasim itu segera pergi mencari orang yang bernama Sabo. "Kiara...""Seandainya kau disini, mungkin aku akan tetap tinggal."Dia benar - benar merindukannya. ......Kekacauan di perbatasan timur akhirnya terdengar juga di telinga Kaisar Yufen. Saat rapat pagi dia
"Bagaimana keadaanmu hari ini?" tanya Pangeran Huanzhe pada Kiara. "Lumayan lancar, lagi pula ini semua karenamu," ucap Kiara. "Terima kasih Pangeran Huanzhe. Pangeran Huanzhe tersenyum kemudian duduk di meja bersama Kiara yang sibuk dengan pekerjaan barunya. "Kau bersemangat sekali, aku bahkan jadi iri dengan perhiasan yang kau buat, karena mendapat perhatian khusus darimu." "Ha... ha... ha...," Pangeran Huanzhe tertawa. Kiara menoleh. Memandang aneh ke arah Pangeran Huanzhe. "Kenapa anda berkata begitu?" tanya Kiara memandang bingung Pangeran Huanzhe. Pangeran Huanzhe yang dipandang oleh Kiara menjadi salah tingkah. Dia memalingkan wajahnya ke sisi lain. "Tidak apa -apa, kau lanjutkan saja apa yang kau kerjakan," ucap Pangeran Huanzhe terbata. Kiara belum mengetahui bahwa Pangeran Huanzhe menyukai dirinya.Dengan cekatan Kiara membelah mengasah beberapa baru warna warni dengan bentuk bentuk yang sesuai seleranya. Dia membuat gelang, kalung, bros dan hiasan kepala. Un
Bab29"Tuan.....""Ah... tuan...."Nada - nada manja terdengar dari mulut para wanita penghibur. Seorang pria, lumayan tampan sedang minum di bar itu. Dia bahkan tidak memesan wanita penghibur. Tapi para wanita penghibur itu datang padanya dengan sukarela. "Tuan.... tidakkah kau mau minum bersamaku?""Aku tidak akan memberimu harga," tawar salah seorang wanita itu. Dengan isyarat tangan pria itu menolak. Tapi para wanita lain tidak berhenti begitu saja. Mereka tetap memaksa pria itu dengan berujung penolakan semua. Bahkan sikap manja dan menggoda mereka tidak dilirik satupun oleh pria tampan itu. Para wanita penghibur itu menjadi penasaran dengan identitas pria tampan itu. "Siapa pria tampan itu?" tanya salah seorang wanita penghibur pada temannya. "Aku juga tidak tau, sepertinya dia baru pertama kali datang ke sini.""Karena aku baru melihatnya," jawab temannya. "Kurasa benar...., aku juga baru pertama kali melihatnya.""Dia tampan sekali....," timpal yang lainnya. Para
Tuan...!!!" Dengan terburu - buru seorang pelayan laki - laki berlari menuju kediaman besar. Itu adalah kediaman keluarga Mirza. "Ada apa?!!!""Ini rumah bukan hutan, seenaknya saja kau berlarian!!" ucap tuan Mirza. "Maafkan saya tuan, tapi ini.... ada surat mendesak dari wilayah timur," dengan cepat pelayan itu mengeluarkan surat dari dalam bajunya. Tuan Mirza mengambilnya dan membukanya dengan cepat. Dia membaca apa isi surat itu dan sesekali mengerutkan alisnya. "KETERLALUAN...!!!" dia menggebrak meja dengan keras. "Apa - apaan ini, mereka pikir sedang berurusan dengan siapa!!""Panggilkan Jordan!!! CEPAT!!!""Ba.. baik," pelayan itu dengan tergesa keluar dan mencari keberadaan Jordan. Setelah mencari beberapa lama, Jordan sedang duduk di depan dapur. "Kak Jordan... kak Jordan..., tuan memanggilmu.""Ini penting dan kau disuruh segera kesana," dengan napas yang masih memburu, pelayan itu menyampaikan pesan pada orang yang bernama Jordan. Jordan segera berdiri dan melang
Yufen duduk di samping tempat tidurnya sambil termenung. .Dia mengingat apa kata - kata yang Kiara katakan. Hatinya sakit. Dan bahkan dia tidak rela saat meningalkan paviliun Merpati untuk kembali ke Istana Naga karena malam sudah larut. "Kaisar...""Sudah larut, anda harus istirahat," kasim Leo mengingatkan."Panggil Daffa untuk menghadapku sekarang," Yufen memerintahkan kasim Leo. "Kaisar...." kasim Leo mengingatkan. "Kau tidak dengar apa kataku!?" Yufen berkata dengan marah. "Baik Kaisar," kasim Leo hanya bisa pergi dengan helaan napas. Setelah Daffa datang, hanya ada Kaisar Yufen dan Daffa yang berada di dalam ruangan. "Katakan segalanya!" perintah Yufen.Daffa memberi hormat lalu berkata."Nona Kiara akhir - akhir ini mendapat beberapa barang dan hadiah dari beberapa pelayan dan dayang.""Ditambah lagi, beberapa utusan bangsawan yang juga menitipkan beberapa herbal untuk nona Kiara dengan dalih kesehatan Nona Kiara.""Tapi seperti yang saya amati, nona Kiara tidak nyaman
Malamnya.... Sebelum jam makan malam, Yufen yang lelah sehabis memeriksa berkas di ruang kerja langsung menuju ke paviliun Merpati. Dia ingin memeriksa kondisi Kiara dan sekaligus makan malam disana. "Silahkan Kaisar," Leo segera memberikan jalan pada Kaisar Yufen.Semua dayang dan pelayan di paviliun Merpati memberi hormat saat Kaisar Yufen datang. Tak terkecuali dengan Kiara yang ada di bagian ujung. "Kami memberi hormat pada Kaisar...""Bangunlah!!!" Yufen berjalan kearah meja makan dan duduk di kursinya. "Duduklah Kiara!"Kiara duduk disamping Kaisar Yufen. "Bagaimana keadaanmu hari ini?" "Aku dengar dari tabib, anemiamu sudah hampir sembuh."Sambil menunggu hidangan disiapkan Yufen ingin sedikit mengobrol dengan Kiara. "Hamba bersyukur, atas perhatian Kaisar dan juga tabib, hamba menjadi semakin baik," ucap Kiara. Kiara sadar siapa dirinya di dunia ini dan apa statusnya. "Kaisar...." "Bisakan hamba berbicara dengan anda?" tanya Kiara hati - hati. "Kau bisa bic