Alex terkejut saat tiba-tiba Selly datang dan menyerangnya, beruntung ada Sabrina yang menepis serangan Selly di depannya. Karena terkejut tanpa sengaja Alex menjatuhkan ponselnya hingga mati.
"Nggak becus! Tangkap dan tahan dia, jangan sampai lepas," bentak Alex pada anak buahnya.
Tiga orang anak buahnya segera datang dan menahan lengan Selly dengan begitu kuat, sedang yang lainnya segera mengamankan jalan agar tak mengundang kerumunan.
"Nona, apa nona baik-baik saja?"
Alex panik saat tubuh Sabrina tiba-tiba hampir tumbang dan terjatuh, beruntung ia sigap dan segera menopang nona mudanya. Dengan segera ia membawa Sabrina masuk ke dalam mobil dan melesat begitu saja.
Nio yang merasa belum selesai berbicara sudah sangat panik dibuatnya, berulang kali ia mencoba menghubungi Alex namun belum juga bisa. Marshel yang melihat gelagat Nio merasa curiga dan segera mendekatinya.
"Ada apa?"
"Sabrina, istri gue sedang nggak baik-baik aja,"
Tak hanya Nio yang terkejut dengan apa yang ada di depan matanya, Marshel bahkan sampai memundurkan langkahnya karena rasa terkejutnya."Siapa kamu?"Sabrina merasa heran saat sang suami ternyata tak mengenali wajah mantan istrinya, wajah perempuan yang telah membunuh putri kesayangannya itu."Hubby nggak kenal siapa dia?" balik Sabrina bertanya dengan rasa herannya."Enggak, memang dia siapa yank?""Selly!"Kedua laki-laki itu terkejut seketika, Selly yang mereka tahu adalah perempuan yang selalu merawat diri juga wajahnya. Sedang yang saat ini di depanya adalah perempuan yang hampir memiliki luka bakar diseluruh wajahnya, jadi wajar saja jika tak ada yang mengenali jika itu adalah Selly."Kenapa, bukankah kalian senang dengan keadaan gue saat ini. Puas kalian," teriak Selly yang terus meronta dari cengkraman anak buah Nio."Pegang kuat, jangan sampai lepas seperti tadi," seru Alex dengan begitu tegasnya.Nio melangkah
Disini lah saat ini Lena, duduk terikat di atas kursi dalam ruangan yang begitu pengap udara. Perlahan matanya kembali terbuka dan mencoba mengenali tempat dirinya berada."Sudah bangun ternyata," seru seseorang yang berdiri di kegelapan."Siapa kamu, di mana saya ini?""Anda tidak mengenali saya?" tanyanya.Perlahan sosok itu mulai melangkahkan kakinya, dari kegelapan kini menuju terang cahaya. "Kalau begini, apa anda mengenali saya?""Jadi kamu ternyata, cihh." seru Lena yang tak terkejut dengan sosok di depannya saat ini."Saya tidak ada niat untuk menyakiti anda, saya hanya membutuhkan anda sebagai alat tukar untuk putri semata wayang saya.""Pantas saja putrinya seperti itu, orang ibunya aja juag sama kelakukannya. Sama-sama kriminal," seru Lena dengan begitu tajamnya."Terserah anda mau mengatakan apa, asal putri saya bisa bebas maka apapun akan saya lakukan demi dia.""Anda salah mendidik putri anda, bukan seperti
Lastri berderai air mata, hatinya sakit melihat kondisi putrinya saat ini. Selly yang terakhir kali ditemuinya itu sangatlah sehat, sedang saat ini terlihat putrinya itu menahan kesakitannya saat dipaksa berjalan."Apa yang kalian lakukan pada putriku?""Tidak banyak, hanya memberikannya pelajaran sederhana.""Ini baru pelajaran, lalu bagaimana dengan hukumannya?" seru Sabrina yang membuat Lastri membelalakan matanya.Tubuh Lastri tiba-tiba saja menggigil mendengar itu semua, putrinya yang malang harus berhadapan dengan manusia iblis macam Nio juga istrinya."Lepaskan bundaku, maka saya bisa menjamin jika masalah ini selesai sampai disini," seru Nio dengan tegas meminta Lena kembali.Lastri yang semula menundukkan kepalanya kini menatap tajam Nio, amarah menguasainya. Lastri mengamuk dan menodongkan sebuah pistol tepat di leher Lena, menatap takut namun Sabrina tak boleh terlihat lemah."Bunda bertahan, kami pasti akan menolong
Nio gelisah bukan main, satu sisi matanya terus mengawasi Lastri dan di satu sisi tangan Sabrina terus meremas jermarinya dengan rintihan kesakitan. Beberapa kali ia terlihat berusaha menelan salivanya, terlebih kini Alex juga terluka akibatnya."Mikir Nio, loe harus cepet mikir," batinnya dengan peluh yang semakin membanjiri keningnya.Dor.. !Satu tembakan kembali terdenger dan bersamaan dengan itu Sabrina jatuh tepat disamping Nio suaminya."Akh hubby, sakit."Panik bukan main saat melihat istrinya terjatuh, Nio panik sebab ia mengira tembakan itu mengenai Sabrina istrinya namun ternyata ia salah. Saat kembali ia menatap Lastri terlihat wanita itu sudah berhasil di lumpuhkan oleh polisi."By sakit," rintih Sabrina seiring nyeri yang ia dapatkan."Kalian gpp kan?"Ica datang, ia menerima semua informasi dari pesan yang Marshel sampaikan padanya. Dengan berbekal pengalamannya selama ini, Ica pergi seorang diri menu
Semua menatap gembira pada sepasang bayi mungil di depannya, begitu menggemaskan hingga tak kuasa ingin mencubitnya."Tangannya," tegur Lena pada Marshel yang ingin menyentuh sang keponakan.Marshel hanya bisa menggerutu kesal dengan sikap bundanya itu. Semua yang terjadi rasanya sirna begitu saja saat memandang wajah polos kedua bayi milik Sabrina."Kamu kasih nama siapa mereka nak?" tanya Rizal menatap Nio juga Sabrina."Siapa ya namanya hubby?" tanya balik Sabrina."Stevan Putra Dirodjo, Stevi Putri Dirodjo," senyum mengembang di wajahnya."Bagus hubby, aku suka."Semua orang kembali fokus pada bayi kecil di depannya itu, keduanya tertidur amat pulas walau penuh kebisingan dari semua tamu yang menatapnya. Tak lama terdengar suara pintu terbuka, dibaliknya nampaklah Ica masuk dengan mendorong kursi roda Alex.Marshel yang semula begitu bahagia menyambut keponakannya kini berubah menjadi masam. Entah kenapa rasanya ia ta
Selly begitu histeris melihat wajah siapa yang terpampang di layar ponsel Ica saat ini. Itu adalah wajah laki-laki yang sangat di cintainya, laki-laki yang membuatnya meninggalkan semuanya hanya demi dirinya.Air matanya berderai dengan begitu derasnya, tangannya yang tak kuasa menahan diri terus menjambak rambutnya. Wajah yang sangat dirindukannya kini tengah tertawa dengan seorang wanita di sampingnya."Sudah mengingatnya?" tanya Ica yang menghentikan amukan Selly dihadapannya.Matanya menatap tajam pada Ica yang tengah tersenyum di depannya, rasanya ingin sekali ia menghancurkan wajah itu dengan tangannya sendiri. Apalah daya ketika hanya satu gerakan saja ia sudah bisa dihabisi oleh laki-laki macam Marshel itu."Di mana dia? Di mana loe lihat Matiusku?"Benar adanya, itu adalah gambar bahagia dari Matius juga istrinya yang kini hidup bahagia bersama.Ica tanpa sengaja menemukan informasi tentang Matius dari salah satu anak bu
Hari ini adalah hari di mana Sabrina sudah diijinkan pulang dengan kedua bayinya, Nio nampak sibuk membereskan segala perlengkapan istri juga kedua bayinya. Alex masih tak bisa membantunya, laki-laki itu kini harus bertahan di dalam rumah untuk masa pemulihannya."Sayang, kamu tunggu sini ya sama anak-anak. Aku mau ke bawah dulu urus administrasi sekalian beli vitamin kalian," ucapnya."Ehm, hati-hati hubby."Agak berat rasanya ketika meninggalkan istrinya seorang diri di dalam kamar, walaupun dengan penjagaan super ketat namun masih tak bisa membuat hatinya nampak tenang. Selesai mengurus administrasi kini Nio harus bersabar antri di depan apotik, ini adalah kali pertama seorang Antonio Bagas Dirodjo mengantri.Banyak mata yang terus menatap ke arahnya, samar-samar Nio dapat mendengar jika mereka semua sedang mengagumi ketampanannya."Lihatlah, walaupun sudah beranak tiga namun pesonaku masih tetap setia," batinya dengan begitu bangga.
Deru mobil mulai terdengar, semua orang bersiap dengan berbagai hal di tangannya masing-masing. Terlihat Syan bersama Lili membawa sebuah gulungan berdua, entah apa itu isinya. Dan,"Surprise," teriak semua orang bersamaan.Jantung Sabrina terasa berdetak begitu cepat karena rasa terkejutnya, beruntung si kembar tak mendengar teriakan menggema tersebut.Mata Sabrina berkaca-kaca ketika menatap semua orang di depannya, dengan takjub ia melihat rumah yang ternyata sudah di dekor dengan begitu indahnya demi menyambut ke datangannya. Sabrina tak dapat menahan air mata harunya, ia menangis menutup wajah dengan kedua tangannya."Terima kasih semua," ucapnya dengan sesegukan dalam pelukan sang suami."Mana cucu kami?""Ada di bekang, ayah tunggu aja nanti juga masuk si kembar," seru Antonio.Mata Sabrina memicing melihat sebuat tulisan yang di bentangkan Lili bersama Syan. Dengan penasaran ia mencoba mendorong sendiri kursi rodanya unt