Semua telah dibicarakan, Sabrina tetap akan menemui Max secara langsung untuk meminta restunya. Antonio yang posesif melarangnya, ia takut jika hal buruk kembali menimpa calon istrinya apalagi luka bakar terakhir kali bahkan belum juga kering.
Dan sore ini setelah menemani Sasa bermain, Sabrina bergegas menuju kediaman keluarga Taulin. Tak bisa dipungkirinya jika masih ada rasa takut saat menginjakkan kaki kembali kerumah itu, rumah yang menjadi ketakutannya selama ini.
"Nggak gue harus bisa, gue harus berani," serunya menyemangati dirinya sendiri.
Tanpa diketahuinya, Nio telah meminta beberapa anak buahnya untuk terus mengawasi Sabrina dari kejauhan. Ia tak ingin kecolongan lagi dan membiarkan Sabrina terluka untuk yang kesekian kalinya.
Sabrina masuk kedalam rumah dengan perasaan takutnya, bahkan tubuhnya bergetar saat melangkahkan kakinya. Sabrina masuk disambut oleh tatapan tajam Syan yang sedang bermain ponsl diruang tengah.
"Ngapain loe
Hai semua, jangan lupa terus ikutin kisah Sabrina ya. Terima kasih ..
Sabrina keluar dari dalam rumah Max dengan senyum penuh kesedihannya, ia yang selama ini bersikap baik dan bahkan menerima semua perlakuan mereka harus menelan rasa kecewanya. Sabrina selalu berharap akan ada waktu dimana mereka semua benar-benar menganggap dirinya seorang suadara, tak banyak yang dimintanya dan hanya itu saja. "Sia-sia sudah semua rasa yang gue tahan selama ini, berharap mereka sadar malah gue dibuang," ucapnya tersenyum kecut. Dan pada akhirnya Sabrina pulang dengan rasa kecewa yang teramat dalam, bahkan rasa kecewa itu telah mengikis semua rasa sayang yang dulu dimilikinya untuk mereka. Rasa yang dulu pernah dimilikinya untuk mereka kini sirna tak tersisa. Dalam perjalanan pulangnya Sabrina terus saja memikirkan tindakan Max juga keluarganya, ia yang paham hanya anak adopsi merasa tak pernah disayangi. Lantas ia mempertanyakan untuk apa dulu dirinya diadopsi. Antonio masih menunggu kepulangan Sabrina dengan perasan was-was, wal
Pagi ini semua nampak sibuk dengan aktifitasanya, Sabrina tak dulu di ijinkan oleh Antonio untuk kembali ke kampus. Dan sebagai calon istri yang baik, Sabrina hanya bisa menuruti ucapannya. Arga mendatangi Sabrina yang sedang menyuapi anaknya makan, duduk disebelahnya kemudian ia berkata," Sayang-sayangnya papa lagi ngapain ini." "Pah, jangan deket-deket mama aku," protes Sasa pada Antonio Sabrina hanya tersenyum menanggapi celotehan Sasa, Antonio bukannya mengalah namun ia malah menjadi menggoda anaknya. Dengan usilnya Nio memeluk erat tubuh Sabrina, menjauhkan tubuh wanita itu dari jangkauan anaknya. "Papa minggir, lepasin mamaa," mencoba melepaskan tangan Nio dari Sabrina. Tak mau mengalah, Nio malah menghujani Sabrina dengan banyak kecupan diwajahnya. Sasa merasa kesal dengan tingkah papanya, namun ia tak tahu harus berlaku apa untuk membalasnya alhasil gadis kecil itu menangis dengan begitu kencangnya. Bulan datang dari belaka
"Kenapa nggak boleh, " tanya Sabrina "Gini nak, kan nikahan kamu diajuin jadi otomatis semua persiapan juga maju. Dan hari ini kamu ada pihak gaun yang datang loh," jelas Bulan menerangkan. "Oh gitu ya ma, terus yang antar Sasa ke sekolah siapa dong?" "Urusan itu serahin saja sama aku," sahut Nio dengan yakinnya. "Nggak, terakhir kali jagain Sasa jatuh gitu," sinis Sabrina. "Astaga dendaman banget," gumam Nio. .. Aldo nampak begitu girang saat berhasil menemukan alamat Sabrina yang ditinggalinya, saking girangnya ia segera melajukan mobilnya menuju alamat tersebut. Wajah sumringah itu tiba-tiba saja sirna berganti dengan wajah masam saat seseorang menghubunginya. Syan berulang kali menghubungi Aldo, namun Aldo begitu enggak berurusan lagi dengan Syan yang sudah membosankan menurutnya. Rasa tak suka itu membuat Aldo mengacuhkan semua hal yang berhubungan dengan Syan, tak terkecuali. Syan yang saat ini tengah bera
Syan begitu panik saat menanti namanya dipanggil, namun rasanya ia tak sanggup dan ingin sekali pergi meninggalkan rumah sakit. Namun jika demikian ia juga tak akan pernah tau apakah benar adanya jika dirinya memang mengandung anak Aldo. "Nyonya Syan," panggil seorang petugas membuat Syan begitu terkejut. Dan mau tak mau Syan berjalan masuk kedalam ruang kandungan, rasa ingin tahunya begitu besar hingga mengalahkan rasa ketakutannya saat ini. Syan dipersilahkan duduk dan menjalani semua pemeriksaan, namun saat menunggu hasil begitu membuat jantungnya begitu berpacu tak karuan. Seorang suster datang membawa semua hasil pemeriksaan dirinya, jantung Syan makin berdetak kencang tak karuan hingga ia gugup bertanya," Gi gimana dok hasilnya?" "Tunggu dulu sebentar ya nyonya," seru dokter tersebut. Syan yang panik bermain dengan ujung jaket yang digunakannya, rasa takutnya begitu berlebihan hingga tanpa sadar ia kehilangan kesadarannya.
Semua perjamuan sederhana telah usai, kini hanya tinggal keluarga dengan Burhan yang masih setia menemani keluarga yang sedang bahagia itu."Nak, kenalin dulu ini sahabat papa namanya om Burhan," kenal Darma."Halo om, Sabrina," dengan sopan Sabrina memberi salam."Halo nak, selamat ya. Om seneng banget akhrinya duda dingin itu udah dapat pawangnya," canda Burhan."Gue juga seneng anka gue ada yang ngurusin lagi," tawa Burhan dengan Darma dengan riangnya."Bahagia banget nih, pasti ngomongin aku ya," seru Nio melihat keduanya tertawa.Nio dengan posesifnya memeluk mesra pinggang ramping milik istrinya, membuat Burhan juga Darma hanya bisa menggelengkan kepalanya. Nio bukan lagi remaja atau pengantin baru, ia sudah pernah gagal dalam pernikahannya dahulu. Namun sikapnya ini seolah ini adalah pernikahan pertamanya, yang membuatnya begitu berbunga-bunga dimabuk asmara."Nggak bakal hilang juga istrinya Nio, sampai kence
Pagi yang sangat cerah mengawali hari pasangan suami istri itu dengan begitu romantisnya, Nio yang selalu saja tak ingin kalah dari putrinya selalu saja menempel bagai lem pada Sabrina. Sasa yang kesal dengan sikap papanya selalu saja menangis jika Nio terus saja mengikuti kemana saja Sabrina itu melangkah."Papa keluar," seru Sasa yang begitu kesal dengan Nio yang terus saja memeluk lengan mamanya."Apa sih nak, papa kan diam aja," sahut Nio tak mau kalah."Papa keluar aku mau ganti baju sama mama," mencoba menarik tangan Nio dari mamanya.Nio mengeratkan tangannya pada lengan Sabrina, sedang Sasa dengan kekuatan kecilnya berusaha keras menarik dirinya. Sabrina hanya bisa menggelengkan kepalanya, ia tak tahu jika suaminya ini mempunyai sifat yang jauh lebih manja dari Sasa anaknya.Bulan juga Darma sudah menunggu sejak tadi di meja makan, namun ketiga orang yang ditunggunya tak kunjung turun dari kamarnya. Bulan bangkit dari kursinya membuat Darma
Mata Aldo menatap lurus pada arah pandang Rey sahabatnya, senyum sumringah terpancar jelas diwajah tampannya. Kakinya berlari begitu saja mendekati mobil yang membawa gadis pujaannya."Hai," Aldo sudah tak bisa lagi menahan dirinya untuk bertemu gadisnya. Mata itu menatap lekat wajah ayu yang terpancar jelas diwajah Sabrina."Hai juga," canggung Sabrina saat membalas sapaan Aldo yang begitu tiba-tiba."Nona, saya silahkan ikuti perkuliahan dengan tenang," seru supir yang mengantarkannya. Tak hanya seorang supir namun juga bodyguar yang khusus disiapkan Nio untuknya."Terima kasih pak, kalau begitu saya permisi. Permisi," Aldo begitu tersihir mendengar suara lembut Sabrina yang tengah bepamitan dengannya."Apa anda akan terus berdiri disini bro," tanya bodyguard Sabrina begitu ketus.Aldo menatap sinis laki-laki yang menatapnya dengan pandangan memusuhi, bahkan Aldo tak kalah tajam menatap balik laki-laki dihadapannya itu sebelum ia mel
Aldo begitu syok mendengar Sabrina memanggil Syan dengan sebutan kakak, rasanya semua konsentrasinya hilang menguap terbawa teriknya mentari. Ia terduduk dengan lemas dibangku menatap dua wanita yang sedang bersitegang dihadapannya."Jangan pernah panggil gue kakak, karena gue bukan kakak loe," sinis Syan.Sabrina hanya bisa menghela nafasnya mendengar ucapan Syan, ia tak ingin memulai perkelahian dan berniat pergi meninggalkan keduanya. Namun Aldo menahan tangan Sabrina yang membuat mata Syan menatap tajam keduanya."Lepaskan tangan loe dari calon suami gue," bentak Syan pada Sabrina hingga membuat beberapa orang memperhatikan mereka."Loe nggak lihat siapa yang megangin tangan siapa," balik Sabrina berucap.Syan begitu marah melihat Sabrina yang berani terang-terangan melawannya, ia mengangkat tangannya hendak memukul Sabrina. "Berani loe ngelawan gue.""Turunin tangan loe atau loe bakal nyesel," teriak Aldo yang begitu marah &