Share

Bab 7

Duduk termenung seorang diri didalam ruangannya, Darma terus saja memikirkan tentang siapa sebenarnya Sabrina. 

Setelah membuka amplop tadi pagi, Darma meminta anak buahnya untuk menyelidiki semua hal yang berkaitan tentang Sabrina.

Tok.. tok..

"Masuk," seru Darma mempersilahkan.

"Maaf pak, ada beberapa laki-laki datang mencari bapak," seru sekretaris Darma saat melapor.

"Bawa mereka masuk."

"Baik."

Tiga laki-laki bertubuh tinggi dengan jaket hitam masuk kedalam ruangan, berdiri tegap dihadapan Darma dengan raut wajah tak terbacanya.

"Kalian dapatkan," tanya Darma menatap ketiganya.

"Ini hasil yang kami dapatkan tuan," menyerahkan amplop coklat yang berada dibalik jaket hitamnya.

Dibukanya perlahan amplop tersebut, entah kenapa jantung Darma rasanya berdetak lebih cepat tak seperti biasanya. 

Rasanya ada sedikit ragu saat Darma akan menarik kertas didalam amplop, ada suatu kecemasan yang tak dapat ia jelaskan.

Tiga lembar kertas ditarik keluar oleh Darma, masing-masing kertas berisi penuh dengan tulisan juga dengan sebuat data diri.

"Sabrina Titian Saputra," bacanya pada nama yang tertulis didalam data diri.

Darma nampak serius saat membaca semua hal mengenai Sabrina, namun pandangannya berhenti pada nama orang tua Sabrina.

"Nggak mungkin," gumamnya menolak apa yang ia baca.

"Anak Max, Max Taulin."

Seakan tak percaya dengan apa yang dibacanya, Darma mencoba mencari tahu tentang Max lewat internet.

Keningnya berkerut, matanya pun menyipit. Darma dengan serius membaca informasi tentang Max yang tertulis di internet.

Menyandarkan punggungnya, Darma mulai memijat pangkal hidungnya.

"Ternyata nggak sesederhana yang saya pikir," serunya. 

"Apa ada hal yang harus kami cari tahu lagi tuan."

"Kumpulkan semua data tentang Sabrina, apapun itu."

"Baik tuan."

"Seperti yang saya katakan, jangan ada satupun informasi yang terlewat oleh kalian."

"Baik tuan."

Darma terus saja memikirkan tentang jati diri Sabrina, ia merasa ada suatu hal yang harus ia cari tahu. Sesuatu hal yang menurutnya sangatlah ganjal dalam benaknya.

"Anak Max Taulin, tapi di wiki tadi hanya ada satu anak."

Bahkan informasi dari ketiga anak buahnya tak cukup membuat Darma puas. Ia kembali memerintahkan ketiganya, namun ia juga tak bisa diam hanya menunggu saja.

"Sebaiknya harus cari tahu sendiri juga."

**

Seorang wanita paruh baya mendatangi rumah besar keluarga Dirojo. Parasnya yang cantik namun sudah termakan oleh usia, menampakan wajah dingin saat berhadapan dengan orang lain.

Bulan dengan wajah datarnya menyambut tulus tamu tersebut. Namun sikap tak bersahabatnya membuat semua merasa tak nyaman. 

"Ada kepentingan apa anda mendatangi rumah saya," tanya Bulan menegakkan badannya. 

Bukannya menjawab, wanita dihadapan Bulan hanya tersenyum sinis menatapnya.

"Anda pasti tau, kedatangan anda tidak diterima disini nyonya."

"Tapi saya tidak membutuhkan persetujuan anda untuk datang kemari," balasnya dengan begitu angkuh.

"Rumah yang tak seberapa besar ini, saya tidak butuh persetujuan siapapun untuk menginjakkan kaki ini."

"Rumah sederhana kami, rumah yang menurut nyonya tak begitu besar adalah kedamaian untuk keluarga saya," balas Bulan tak mau kalah.

"Kedamaian, sejak kapan ada kedamaian disini!"

"Jangan keterlaluan nyonya."

Bulan mulai geram dengan tingkah wanita tersebut. Ingin rasanya ia mengusir dan menyeretnya keluar dari rumah miliknya.

Tak disangka Sasa datang bersama Sabrina dengan begitu riangnya. Karena sudah tak lagi kuliah, pagi tadi Sabrina pergi menemani Sasa untuk pergi kesekolah.

"Cucu oma udah pulang," sambut Bulan pada Sasa yang baru masuk kedalam rumah.

"Oma," dengan riangnya Sasa berlari, berhambur memeluk tubuh Bulan yang sejajar dengan tubuhnya.

"Cucu oma kok seneng banget sih hari ini," dengan gemasnya Bulan memainkan kedua pipi gembul Sasa.

"Seneng dong oma, karena hari ini aku dapat nilai sempurna disekolah," cerita Sasa.

"Iyakah," takjub nya dengan ekspresi yang dibuat segembira mungkin.

"Heem, juga aku seneng banget karena ditemenin terus sama mama aku."

"Mama kamu sudah mati!"

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (3)
goodnovel comment avatar
Ida Nora Sitompul
lanjut ceritanya dong
goodnovel comment avatar
Dewi Astati
ceritanya sangat menarik sekali...
goodnovel comment avatar
Sri Wahyuni
Siapa itu wanita sombong? jgn2 itu besannya bulan ya
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Mendadak jadi Ibuย ย ย Teruntuk para Readers tersayang,

    chapter I Semua siap dan semua telah lengkap. Penghulu menjabat tangan Ardan, dengan sekali nafas Ardan kini telah resmi menyunting Tian sebagai istrinya. Sah.. Sah.. Sah.. Seru semua orang dengan gembira, tangis pecah melihat keduanya telah resmi menikah. Tak banyak memang undangannya, namun itu adalah semua orang yang ada dipihak Tian kedepannya. Semua kolega Prambu yang setia siap berdisi di belakang Tian dan memperjuangkan hak miliknya. Acara pasang cincin usai, kini Tian mengambil tangan Ardan dan menciumnya. Hatinya berdesir merasakan bibir Tian melekat dikulitnya secara langsung, hatinya menghangat begitu. Tanpa di duga Ardan juga menggerakkan tangannya, meletakkan tangannya tepat di kepala Tian saat istrinya itu mencium punggung tangannya. Kini berganti Ardan yang mencium kening istrinya, cukup lama kala bibir itu mengecup langsung kulit istrinya. "Gadis yang selama ini sudah kuanggap sebagai adikku kini sudah resmi ku nikahi," batin Ardan. chapter II Tanpa menjawab

  • Mendadak jadi Ibuย ย ย Bab 190

    Matius terkejut dengan penolakan dari Selly, ia tak menyangka jika rasa marahnya begitu besar melebihi rasa rindunya. Matius tahu apa kesalahannya, ia juga menerima semua yang Selly lakukan padanya.Matius hanya ingin hidup bahagia bersama keluarga kecilnya, hidup normal seperti orang pada umumnya. Namun sebelum itu ia harus menebus semua kesalahannya, ia harus menyelesaikan semua masa lalunya yang begitu kelam itu."Maaf," lirih Matius mencoba meraih tangan Selly di depannya.Selly murka, ia melampiaskan semua kemarahannya saat ini juga. Ia mengamuk, memukul Matius bahkan juga menghancurkan semua barang yang ada di ruangan tersebut."Bodoh kamu, kamu pergi dari sini. Pergi temui istrimu itu, jangan pernah muncul lagi di depanku!" teriaknya dengan begitu kencang."Tolong dengerin dulu, sebentar saja." mohonnya.Selly terus mengamuk, mengabaikan semua ucapan Matius yang ingin berbicara dengannya. Hingga Matius begitu geram d

  • Mendadak jadi Ibuย ย ย Bab 189

    Matahari hari ini bersinar dengan begitu teriknya, Sabrina yang awalnya ingin berkeliling dengan si kembar ke taman pada akhirnya mengurungkan niatnya. Ia lebih memilih bersantai di dalam rumah sembari menikmati buah-buahan yang Bulan sediakan."Anak cantik mama lagi apa ini, kenapa jarinya di emut-emut gitu?" tanyanya dengan begitu gemas."Aduh, ini si ganteng malah kakinya yang di emut-emut." menepuk keningnya dengan seulas senyumannya.Hari ini semua orang tengah sibuk dengan aktivitasnya masing-masing, para laki-laki sibuk bekerja sedang Bulan sedang menemani Lena mengatur acara pernikahan anak-anaknya. Sedang Ica hari ini meminta ijin untuk kembali ke Jogja, awalnya Marshel melarangnya dengan berbagai alasannya namun Ica yang keras kepala pada akhirnya memenangkan pertempuran itu.Ica sedang ada di dalam kendaraannya menuju rumahnya, ia di jemput dengan anak buahnya yang selalu setia mengawalnya kemanapun perginya. Namun tiba-tiba Ica mengubah tujuan

  • Mendadak jadi Ibuย ย ย Bab 188

    Stevan segera mendapat penanganan dari dokter, wajahnya yang semakin pucat membuat Sabrina juga Nio menjadi semakin pucat. Sedang Stevi terlihat dengan pulas tertidur dalam gendongan sang papa."Gimana ini hubby, kenapa dokter lama banget di dalam?""Sabar, kita tunggu aja di sini."Dan tak lama dokter keluar. Sabrina segera saja memberondong dokter tersebut dengan berbagai pertanyaannya, hingga tanpa sadar dokter tersebut menyunggingkan senyum manisnya."Dokter lagi godain istri saya ya?" ketus Nio melihat dokter laki-laki itu tersenyum menatap istrinya."Oh maafkan saya pak, bukan maksud saya ingin menggoda istri anda. Namun saya hanya tersenyum ketika tahu ternyata saya sedang berhadapan dengan ibu baru," jelasnya dengan begitu ramah.Plakk,"Hubby apaan sih, bisa-bisanya cemburu saat kayak gini," kesalnya."Lalu gimana anak saya dok?""Gpp, hanya demam karena perubahan cuaca saja. Hari ini juga bisa langsung di

  • Mendadak jadi Ibuย ย ย Bab 187

    Mata Ica terbuka dengan tiba-tiba, posisi yang begitu kurang nyaman bagi keduanya saat ini. Wajah Marshel begitu dekat dengan wajah Ica, sangat dekat hingga Ica dapat merasakan deru nafas Marshel yang menerpa wajahnya."Ehm, udah bangun ya." canggungnya membuka suara."Iya. Ini kayaknya terlalu dekat deh kita," sahut Ica dengan wajah memerahnya menahan malu.Dengan cepat Marshel menegakkan tubuhnya, berdiri membuang muka ke sembarang arah. Sedang Ica kini juga bangkit membenarkan posisinya, wajahnya sudah sangat merah seperti udang rebus."Loe ngapain di sini?" tanya Ica menutupi rasa canggungnya."Heh, aku kamu. Kenapa jadi loe gue lagi sih," omel Marshel."Iya, iya. Kamu kenapa di sini? Bukannya tadi lagi kerja ya?""Pulang, di suruh sama bunda. Kamu kenapa, tidur sambil nangis?"Ica belum siap membuka kembali lukanya, ia masih tertutup rapat bahkan tak pernah membukanya. Kini ia hanya ingin hidup seperti pada normalnya

  • Mendadak jadi Ibuย ย ย Bab 186

    Hari ini semua orang tengah sibuk mempersiapkan acara pertunangan Ica dengan Marshel, semua nampak antusias menjelang acara bahagia tersebut. Sabrina yang tak bisa bergerak leluasa bertugas merangkai bunga bersama kedua buah hatinya, sedang yang lainnya mengawasi petugas dekornya."Sebelah sini ya mas, tolong agak di penuhi lagi jadi biar nggak lubang." seru Bulan."Sebelah sini aja mas bagus, iya itu nanti taruh di sana aja biar bisa buat duduk." sibuk Lena mengarahkan orang-orang.Semua nampak begitu sibuk, sedang Ica sedang berada di kamarnya menikmati spa yang di sediakan Sabrina khusus untuk dirinya. Tak ada para lelaki yang menemani, hanya ada para wanita tangguh sebab laki-laki sedang bertugas mencari nafkahnya."Bun, ini taruh di mana ya?""Wah bagus banget sayang kamu ngerangkai bunganya," takjubnya dengan hasil rangkaian sang putri."Bisa aja, udah ini taruh mana? Berat tau," keluhnya."Sini, biar bunda aja yang bawa ya. Kam

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status