Share

Bab 2

Author: Zelda
Terdengar suara ledakan kembang api di langit, diikuti oleh serangkaian kembang api yang bermekaran, seketika menerangi seluruh dunia.

Di bawah cahaya kembang api, Rachel melihat dengan jelas Gavin sedang mencium wanita dalam pelukannya. Keduanya begitu tenggelam dalam ciuman yang lama serta mesra.

Kemesraan seperti itu belum pernah Rachel lihat pada diri Gavin sebelumnya.

Barang-barang di tangan Rachel terjatuh ke tanah dengan suara keras.

Beberapa orang tanpa sadar langsung menoleh ke arah suara itu.

"Rachel?"

Pasangan yang sedang berciuman mesra itu berhenti sejenak, lalu saling menjauhkan diri.

Gavin mengerutkan kening sambil melihat ke arah Rachel.

Di bawah cahaya kembang api, Gavin melihat Rachel berdiri sendirian, menatapnya dengan ekspresi yang sulit dibaca.

Marco bereaksi dengan cepat, segera melangkah maju.

"Ah, Rachel, jangan salah paham. Kami sedang bermain-main di sini, melepaskan kembang api bersama-sama. Pak Gavin juga sedang bermain di sini .... Mengenai mereka berdua, mereka .... Uh ...."

Dia tidak bisa melanjutkan kata-katanya.

Marco mengetuk kepalanya tak berdaya sambil menghela napas.

"Lupakan saja, aku sendiri nggak akan percaya dengan kata-kataku," gumam Marco.

Dia menyingkir ke samping dengan bijaksana.

Saat ini, beberapa teman Gavin ada yang melihat ke tanah, ada yang melihat ke langit, ada pula yang pura-pura mengambil dompet.

Namun, Gavin masih tampak santai. Tangannya bahkan tidak dilepaskan dari pinggang wanita itu.

Pria itu bahkan menatap Rachel dengan angkuh, berbicara dengan nada memerintah.

"Bukankah malam ini kamu harus menyiapkan makan malam tahun baru? Cepatlah pulang dan masak!"

Yasmin ikut berbicara dengan nada takut sekaligus polos, "Kak Gavin, jangan begitu. Kakak pasti sedih, kamu sebaiknya pergi menghiburnya."

Rachel menatap Yasmin. Meskipun wajah Yasmin tampak sedih, tetapi matanya penuh dengan provokasi.

Ketika mendengar kata-kata Yasmin, Gavin tidak hanya tidak tergerak, tetapi juga menunjukkan penghinaan yang jelas.

"Apa gunanya menghiburnya? Aku boleh mencium siapa saja yang aku suka. Apa hubungannya dengan dia?"

Yasmin masih terlihat sangat gelisah. Dia berjalan ke arah Rachel, menggigit bibir bawahnya, lalu berbicara dengan nada memelas.

"Kakak, jangan marah padaku. Aku nggak bermaksud merebut Kak Gavin darimu. Setelah kalian menikah, aku akan mengembalikannya padamu."

Mata Rachel diam seperti air mati. Dia melihat ke arah Gavin yang berdiri di samping Yasmin. Di mata pria itu tidak ada rasa bersalah sedikit pun, bahkan tidak ada perubahan emosi. Yang ada hanyalah sikap nakal khasnya, kebebasan serta ketidakpedulian.

Rachel menundukkan pandangannya, lalu tertawa mengejek dirinya sendiri dalam hati.

Lagi-lagi cinta baru lainnya.

Delapan tahun.

Rachel rela berdiri di samping Gavin, melihat wanita-wanita yang silih berganti di sekitar pria itu. Dia tahu Gavin suka bermain-main. Pria itu bahkan pernah mengatakan, tidak peduli sebanyak apa pun dia bermain, dia tidak akan menganggap serius wanita-wanita itu.

Rachel pikir dirinya adalah cinta terakhir Gavin.

Hanya karena kebaikan hati Gavin dalam menyelamatkan nyawanya, Rachel memberikan delapan tahun pengabdian tanpa keluhan. Dia selalu menoleransi semua kesalahan Gavin.

Namun, yang didapat Rachel justru Gavin yang makin tidak terkendali.

Jari-jarinya telah menusuk telapak tangannya dengan keras, tetapi Rachel tidak merasakan sakit.

Ternyata mati rasa hingga titik ekstrem berarti tidak merasakan apa-apa.

Rachel perlahan-lahan memaksakan senyum pahit, melihat ke arah Gavin, lalu mengatakan kata demi kata.

"Kali ini lagi-lagi ada yang baru. Apakah kamu bersungguh-sungguh?"

Gavin mengangkat sudut bibirnya dengan nakal, lalu membalas, "Aku nggak tahu. Tapi sekarang, aku sangat menyukai Yasmin."

Rachel merasakan mati rasa sekaligus ketenangan.

Gavin sama sekali tidak peduli bahwa ini adalah adik Rachel. Dia juga tidak peduli betapa buruknya kesan yang akan ditimbulkan di antara kedua keluarga jika berita ini tersebar.

Pria ini hanya ingin bersenang-senang.

Setelah delapan tahun pengorbanan sepihak, sebenarnya ... Rachel sudah merasa lelah sejak lama. Pada saat ini, Yasmin akhirnya menjadi orang terakhir yang mematahkan pertahanan Rachel.

Rachel mengangguk dengan kaku, berbalik, lalu perlahan-lahan mengucapkan satu kalimat.

"Baiklah, semoga kalian berbahagia."

Setelah berkata demikian, Rachel pun melangkah pergi.

Melihat Rachel benar-benar pergi, alis Gavin terangkat.

Teman-teman Gavin pun segera mendekat.

"Aduh! Pak Gavin, jangan membuat masalah besar. Dia adalah calon istrimu."

"Kamu harus tahu batasan meski ingin bermain-main. Kamu berciuman mesra di depan umum, bahkan nggak memberikan penjelasan, istri mana yang hatinya sebesar itu?"

"Apa nggak sebaiknya kamu pergi membujuknya?"

Namun, Gavin hanya melambaikan tangannya dengan malas. "Untuk apa membujuknya? Dia nggak akan benar-benar pergi. Dia pasti akan kembali dengan patuh dalam beberapa jam!"

Beberapa orang mulai tersadar.

"Benar juga. Lagi pula, selama delapan tahun ini Rachel selalu setia pada Pak Gavin. Wanita itu jelas sangat mencintainya!"

"Benar. Di antara waktu itu, kita juga melihat mereka bertengkar beberapa kali. Tapi pada akhirnya, bukankah Rachel sendiri yang selalu kembali untuk membujuk Pak Gavin?"

"Nggak perlu khawatir. Di dunia ini, siapa pun bisa meninggalkan Pak Gavin, tapi yang jelas orang itu bukan Rachel!"

Marco melihat ke arah dua kantong bahan makanan yang terjatuh di tanah, lalu tersenyum lebar.

"Makan malam tahun baru, ya .... Aku datang dengan perut kosong. Masakan Rachel itu benar-benar luar biasa. Setiap kali memakannya, aku selalu merasa terkesan."

"Benar sekali. Seorang Nona dari keluarga kaya hampir menjadi dewa memasak untukmu. Pak Gavin, katakan padaku, sebenarnya dari mana kamu mendapatkan pesona sebesar itu?"

Gavin tersenyum angkuh. Wajahnya penuh percaya diri ketika dia melirik bahan makanan di tanah.

"Ambil barang-barang itu, lalu kembali ke vila. Tenang saja, Rachel pasti akan kembali dengan patuh untuk memasak dalam waktu satu jam!"

...

Di tepi Sungai Linnea, angin malam terasa makin dingin. Sosok Rachel tampak meringkuk di tangga sendirian. Di sampingnya, ada botol-botol anggur yang berserakan.

Dia perlahan meletakkan kepalanya di lutut, lalu menutup matanya. Kepalanya mulai terasa panas.

Semua yang ada di depannya menjadi sedikit kabur, tetapi hatinya sudah mati rasa seperti air yang tidak bergerak.

Rachel tahu bahwa sekarang Gavin sama sekali tidak akan mencarinya. Karena selama ini, dirinya yang menempel pada pria itu seperti seorang antek yang setia.

Ada atau tidaknya Rachel di sampingnya, Gavin tidak akan pernah merasa terancam.

Perasaan sukanya pada Gavin selama delapan tahun ini telah berakar dalam. Bagaimana mungkin perasaan ini bisa dihapus hanya dalam waktu sekejap?

Rachel tertawa getir sekali lagi, mengulurkan tangan untuk mencari botol anggur. Namun, dia tidak menemukan botol itu. Sebaliknya, Rachel malah mendengar suara tawa di telinganya.

"Nona, apa kamu sedang minum sendirian di sini? Apa kamu ingin kami menemanimu?"

Kemudian, bau alkohol yang tidak sedap menerpa wajah Rachel.

Beberapa pemabuk tampak sudah mengepungnya.

"Bagaimana bisa gadis dengan kulit selembut dirimu bermain sendirian di sini? Pasti kamu kesepian!"

"Benar sekali. Bermainlah dengan kami, aku jamin kamu pasti akan ketagihan."

Rachel menundukkan kepala, membenamkan wajahnya di lututnya, hanya mengucapkan satu kata dengan suara serak.

"Enyah."

"Wah, kamu cukup garang juga! Aku suka!"

"Jangan bersikap nggak tahu diri. Kami sudah bicara, jadi nggak peduli kamu mau atau nggak, kamu harus mau!"

Sambil berkata demikian, sebuah tangan kotor langsung terulur.

Rachel mengerutkan kening!

Pada saat yang sama, sebuah perasaan yang menekan datang menghampiri.

Kemudian, gangguan di sekitar Rachel langsung menghilang dalam sekejap. Dalam waktu beberapa detik, ketika Rachel mengangkat kepala, dia melihat beberapa orang tergeletak di tanah sambil merintih.

Di antara mereka, seorang pria berpakaian hitam berdiri dengan aura muram. Cahaya malam tidak terlalu terang, tetapi cahaya itu menyinari dari belakangnya, seolah melapisinya dengan lapisan emas. Ini memberikan pria itu aura seorang penguasa yang kuat serta dingin, juga penuh tekanan.

Pria ini sangat cepat, kemampuan bela dirinya juga sangat bagus.
Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • Mendapatkan Cinta Sang Taipan   Bab 100

    Caden melirik Gavin sekilas, lalu berkata."Masuk."Rachel membuka pintu dengan santai. Begitu melangkah masuk, dia langsung melihat Gavin yang berdiri di depan.Kening Rachel berkerut. 'Kenapa dia ada di sini?' pikir Rachel.Ketika Gavin melihat Rachel, dia langsung menunjukkan senyuman."Rachel."Saat mendengar Gavin memanggil, mata dingin Caden menyipit tajam.Sikap formal Gavin tadi langsung berubah. Dia tersenyum dengan hangat, lalu menjelaskan, "Aku datang menemui pamanku untuk menyerahkan laporan keuangan."Rachel perlahan melangkah maju, menanggapinya dengan dingin, tanpa mengatakan apa-apa.Gavin sama sekali tidak tersinggung. Dia malah melanjutkan dengan nada lembut, "Terima kasih atas kesempatan yang kamu perjuangkan untukku. Aku pasti akan berusaha keras, nggak akan mengecewakanmu."Rachel menatapnya dengan tatapan tegas. "Sudah aku katakan kalau aku menyelamatkanmu demi Pak Randy yang sudah tua. Aku nggak ingin dia merasa terkejut. Ini nggak ada hubungannya denganmu secara

  • Mendapatkan Cinta Sang Taipan   Bab 99

    Pria itu memperhatikannya dengan cermat sambil bertanya, "Benarkah?"Rachel yang akhirnya benar-benar pulih, langsung menjawab, "Uhuk, uhuk .... Ya."Caden masih merasa khawatir. Tanpa sadar, dia mengulurkan tangan untuk menepuk-nepuk punggung Rachel dengan lembut.Awalnya Rachel tidak merasa ada yang aneh. Dia sudah terbiasa dengan kontak fisik seperti itu. Namun, ketika dia akhirnya menyadari situasinya, dia melihat semua orang di bawah podium menatap dirinya dan Caden dengan tatapan tertegun.Baru pada saat itulah Rachel menyadari betapa intimnya gestur ini. Dia segera mundur beberapa langkah dengan canggung.Caden sama sekali tidak peduli. Matanya hanya menatap Rachel dengan khawatir."Apa kamu benar-benar sudah baikan?" tanya Caden.Rachel jelas melihat kilatan penuh gosip di mata setiap orang yang ada di bawah podium. Dia tersenyum canggung, lalu berbicara melalui giginya yang terkatup."Aku benar-benar sudah baikan. Pak Caden, bisakah kamu kembali ke tempat dudukmu?"Setelah mel

  • Mendapatkan Cinta Sang Taipan   Bab 98

    Keesokan harinya.Di kantor pusat Grup Finston.Trey menunggu di lobi seperti biasa. Ketika melihat Rachel dan tim dari Akademi Kedokteran tiba, dia melangkah maju, menyambut dengan hormat, "Selamat pagi, Nona Rachel. Pak Caden sudah menunggumu."Rachel mengangguk pelan. "Baiklah. Kami sudah menyiapkan semua dokumennya, juga siap memulai pertemuan segera.""Baiklah, silakan ikuti aku," balas Trey.Saat mengikuti Trey naik ke lantai atas, mereka bisa mendengar dengan jelas suara pelan karyawan Grup Finston di sepanjang jalan."Aku dengar Pak Caden sudah menunggu di ruang rapat bersama para manajer departemen. Ini pertama kalinya dalam sejarah Pak Caden menunggu orang lain untuk rapat. Sungguh pemandangan yang langka!"Begitu mendengar kalimat itu, jantung Rachel berdetak sedikit lebih kencang.Di ruang rapat lantai teratas.Ketika Rachel dan tim Akademi Kedokteran membuka pintu untuk melangkah masuk, mereka langsung melihat Caden duduk di posisi utama.Pria itu mengenakan setelan hitam.

  • Mendapatkan Cinta Sang Taipan   Bab 97

    Wajah Ivana tampak menegang. "Bukankah Gavin anak dari Keluarga Finston? Cepat atau lambat, dia akan ....""Gavin akan dikeluarkan dari Keluarga Finston karena pernikahannya dengan Yasmin. Dia nggak akan lama menjadi bagian Keluarga Finston," potong Caden.Wajah Ivana dan Yasmin langsung membeku.Mereka tidak menyangka Caden akan berbicara dengan begitu kejam.Caden melanjutkan dengan nada dingin, "Karena pernikahan ini didapatkan dengan cara rendahan seperti itu, kalian harus siap menerima semua konsekuensinya. Itu pantas kalian dapatkan."Wajah Yasmin tampak makin pucat ketika mendengar kata-kata ini.Caden melangkah maju, sementara tatapannya hanya melembut saat memandang Rachel."Aku masih ada urusan yang perlu aku selesaikan. Aku akan pergi dulu," ujar Caden.Rachel mengangguk pelan. "Baiklah."Yasmin mengepalkan tangan hingga kuku-kukunya menusuk telapak tangannya. Melihat sosok Caden dan Rachel berdiri bersama, amarah di hatinya menjadi makin membara.Dia tidak bisa menerimanya,

  • Mendapatkan Cinta Sang Taipan   Bab 96

    Rachel melihat ponselnya, tiba-tiba teringat akan kata-kata Trey. Dia bilang akan menemani Caden untuk melakukan inspeksi toko, jadi Caden seharusnya berada di sini.Rachel tanpa sadar langsung berbalik, lalu berjalan keluar.Di dalam mal, langkahnya agak tergesa-gesa. Begitu keluar tidak jauh, dia langsung melihat seorang pria yang berdiri beberapa meter di depannya.Itu adalah Caden.Trey serta beberapa staf manajemen mal tampak berdiri di belakangnya. Ketika melihat kehadiran Rachel, langkah Caden terhenti.Rachel seketika menghentikan langkahnya. Di sekitarnya ada banyak orang, sepertinya pria itu sedang sibuk. Rachel tidak tahu apakah sebaiknya mendekat atau tidak.Kemudian, Caden mengatakan sesuatu dengan suara rendah. Trey mengangguk penuh hormat, lalu pergi bersama orang-orang itu.Setelah itu, pria itu melangkahkan kakinya yang panjang, berjalan ke arahnya.Rachel mengerucutkan bibir merahnya, sementara jantungnya berdetak lebih cepat dari biasanya.Begitu sampai di depan Rach

  • Mendapatkan Cinta Sang Taipan   Bab 95

    Rachel dan Sonya sama-sama mengerutkan dahi. Suara Yasmin yang penuh kemenangan terdengar, "Maaf, Kak. Kebetulan aku tertarik dengan yang ini."Rachel menyipitkan mata sambil menatapnya.Yasmin sengaja berkata, "Aku masuk toko ini lebih dulu, jadi kalau aku mengatakan aku tertarik, itu sah-sah saja, 'kan? Kakak nggak akan merebutnya dariku, 'kan?"Dia sengaja ingin membuat Rachel marah, bahkan menatapnya dengan tatapan penuh tantangan.Sonya langsung naik pitam. Baru saja dia akan maju untuk berdebat, tetapi Rachel sudah menahannya."Lupakan saja. Ayo kita lihat yang lainnya.""Rachel!"Melihat keteguhan di mata Rachel, Sonya hanya bisa melotot sekali lagi sebelum melanjutkan melihat pakaian lain dengan Rachel.Yasmin berdiri di tempatnya, wajahnya tampak makin puas.Setelah beberapa saat, Rachel melihat pakaian lainnya. "Yang ini juga bagus. Bagaimana kalau ...."Yasmin segera muncul di belakangnya, langsung berkata, "Pelayan, aku juga mau yang ini."Rachel menatapnya dengan tatapan d

  • Mendapatkan Cinta Sang Taipan   Bab 94

    Rachel sebenarnya ingin menghindari mereka agar tidak mendapat masalah, tetapi Sonya langsung menarik tangannya."Yasmin pikir dia itu siapa? Berani-beraninya dia mengganggu acara belanja kita! Ayo, kita masuk dengan percaya diri!" ujar Sonya.Begitu melangkah masuk, mereka langsung mendengar suara Yasmin."Bu? Menurutmu yang ini bagaimana? Aku rasa aku akan terlihat cantik memakainya."Ivana berkata, "Ini memang bagus, tapi toko ini hanya menjual model peragaan busana serta barang kustom. Harganya nggak murah. Kamu juga sudah membeli beberapa di tempat lain, uang kita ...."Yasmin tidak peduli. "Bu, bukannya ini hanya sejumlah kecil uang? Dalam beberapa hari ini, aku akan meminta kartu hitam dari Gavin. Nanti, aku bisa berbelanja dengan sesuka hati."Ivana langsung tersenyum lebar ketika memikirkan ini. Dia berujar, "Putriku memang patut dibanggakan!"Ketika mereka berbalik, mereka melihat Rachel dan Sonya.Mata Yasmin langsung berkilat dengan kebencian ketika melihat keduanya.Dia me

  • Mendapatkan Cinta Sang Taipan   Bab 93

    Camila merasa sangat gembira mendengar ini. "Baguslah. Kalau begitu, aku akan segera memberi tahu departemen terkait waktu konferensi peluncuran obat baru."Rachel tersenyum tanpa daya, lalu berjalan kembali ke laboratorium.Sore harinya, ketika Rachel baru saja bersiap meninggalkan laboratorium, Camila datang menghampirinya."Rachel, waktu konferensi peluncuran obat baru sudah diberitahukan. Peluncurannya akan dilakukan pada hari Senin minggu depan," kata Camila.Rachel mengangguk. "Baiklah."Camila melanjutkan, "Oh ya, besok kamu harus memimpin tim Akademi Kedokteran untuk mengunjungi Grup Finston."Rachel terkejut. Setelah mendengar kata-kata Grup Finston, jantungnya tiba-tiba berdetak lebih cepat.Selama seminggu ini, Rachel belum bertemu dengan Caden karena kesibukannya. Yang lebih penting, Rachel menduga bahwa Caden mungkin masih marah padanya karena kejadian terakhir kalinya. Jadi, Rachel juga tidak punya keberanian untuk mencarinya.Dia hanya sempat menyerahkan obat untuk mengg

  • Mendapatkan Cinta Sang Taipan   Bab 92

    Gavin melirik ke arahnya sambil bertanya, "Apakah kamu sudah tahu sejak awal kalau kamu sedang hamil?"Yasmin sedikit menggigit bibirnya. "Awalnya aku ingin mencari waktu yang tepat untuk memberitahumu, tapi Rachel si wanita jalang itu nggak melepaskanku. Jadi, aku terpaksa memberitahumu tentang hal ini di kantor polisi.""Terpaksa?" Gavin tersenyum sinis. "Ini adalah alat tawar menawar untukmu, 'kan? Kamu tahu kalau kamu sedang hamil, lalu memberitahuku dan ayahku untuk membebaskanmu. Kalau kami menolak, kamu pasti akan membuat masalah besar dengan anak ini."Yasmin mengerjapkan matanya dengan polos, lalu membalas, "Bagaimana bisa kamu salah paham sampai seperti ini? Aku hanya ingin berbagi kabar gembira denganmu kalau kita akan memiliki anak yang lucu. Tentu saja, kalau Keluarga Finston nggak mau mengakuinya, aku terpaksa mencari keadilan untuk kami berdua. Paman Mario selalu mementingkan reputasi. Saat ini kamu juga nggak bisa menghadapi skandal lainnya lagi. Bukankah saham kantor c

Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status