Anita menghela napas panjang melihat kelakuan suaminya. Entah bagaimana kedepannya hubungan mereka berdua akan terjalin. Apakah dia akan sanggup menghadapi Malik yang seperti itu.
Ketika Anita sedang menunggu taksi untuk menuju alamat yang Malik berikan. Hujan tiba-tiba turun dengan derasnya tanpa aba-aba. Wanita berhijab biru itu mencoba menutupi kepalanya dengan tangan, tapi tetap saja air hujan itu mengenainya.Ia mencoba berlari, tapi ia lupa bahwa ia tidak bisa berlari seperti dulu. Dengan pasrah ia berjalan menuju menuju tempat teduh.Baru beberapa langkah ia berjalan, terdengar suara klakson mobil dari arah jalan. Ia menoleh dan melihat seorang anak laki-laki mengajaknya masuk ke dalam mobil. Anita terkejut karena anak laki-laki itu adalah anak yang ia temui di taman kemarin.“Sini Kak!” ajak anak laki-laki itu.Anita sedikit ragu karena ada Yudha di sana. Anak kecil itu keluar dengan membawa payung dan menarik wanita berhijab masuk ke dalam mobil. “Ayok Kak, nggak usah khawatir, masuk aja!” Mau tidak mau Anita pun mengikuti apa yang ia katakan karena ia tidak bisa menolak ajakan anak itu, ia terlalu menggemaskan.“Maafkan aku mobilmu jadi basah,” sesal Anita seraya melihat Yudha begitu ia masuk mobil.Yudha menoleh ke belakang dan menatap Anita, “Nggak apa-apa santai aja, kamu mau aku antar kemana?” tanya Yudha seraya memberikan handuk pada wanita berhijab itu.Tanpa basa-basi Anita memberikan alamat rumah Malik. Karena ia juga sudah merasa risi dengan pakaiannya yang basah.Anak kecil itu terus saja memegang tangan Anita mencoba untuk menghangatkan tubuhnya. Wanita itu tersenyum kemudian mencubit gemas pipi anak kecil itu.“Berapa umurmu sayang?” tanya Anita pada anak itu.“Lima tahun Kak,” jawabnya.“Di sangat menggemaskan bukan?” sahut Yudha.Anita sedikit tersenyum kepada Yudha, “Iya, dia sangat menggemaskan. Namanya siapa?”“Abimanyu, dia adalah anak bibiku keturunan India,” jawab Yudha.Anita seketika tersenyum lebar dan terlihat sangat senang. Anita sangat menyukai film India dan ia pernah ingin bertemu dengan Shahrukh Khan.“Kapan-kapan ajak Kakak ke India boleh?” canda Anita dengan nada seperti anak kecil juga.“Apa kamu benar-benar mau kesana?” tanya Yudha tiba-tiba dan terdengar serius. “Aku akan mengajakmu jika memang kamu menginginkannya,” sambung pria itu.Anita terdiam membisu, tidak ada kata-kata yang terpikir olehnya untuk menjawab pertanyaan Yudha. Wanita berhijab itu tidak percaya ada orang seperti Yudha padahal mereka baru saja bertemu. Dan anak kecil yang bernama Abimanyu itu juga sangat baik walaupun sebelumnya ia malu-malu.Akhirnya Anita hanya bisa tersenyum tanpa bisa menjawab. Yudha juga mengerti bahwa banyak yang dipertimbangkan oleh Anita karena wanita itu sudah bersuami. Yudha juga sebenarnya tahu bahwa salah baginya bertanya seperti itu. Tapi kontrol atas dirinya terlepas darinya begitu saja.Tidak ada percakapan apapun setelah itu sampai pada akhirnya mereka tiba di rumah Malik. Hujan sudah reda sejak tadi, Abimanyu juga tertidur dan masih menggenggam tangan Anita. Yudha membangunkan anak kecil itu dengan memanggil namanya. “Abimanyu kita sudah sampai.”Abimanyu pun bangun dengan sedikit mengucek matanya. Berkali-kali ia mengedipkan matanya agar bisa lebih jelas melihat ke luar. Laki-laki kecil itu terkejut melihat rumah yang ada di hadapannya, rumah itu sangat bagus dan megah. Halamannya begitu luas dan penuh dengan tanaman. Anita turun dari mobil diikuti oleh Abimanyu di belakangnya.“Terima kasih atas tumpangannya, tapi maaf aku tidak bisa mengajak kalian masuk, aku juga baru pertama kali datang ke sini,” ucap Anita sedikit merasa bersalah.“Tidak apa-apa, kamu jangan khawatir … tapi kenapa kamu baru pertama kali ke sini? Bukankah kamu dan pria yang waktu itu???” Yudha tidak mengatakan dengan jelas bahwa pria yang ia maksud adalah suami Anita.Senyuman manis terlukis di bibir Anita mendengar pertanyaan Yudha. “Aku dan suamiku baru saja menikah … di hotel itu kami tinggal sementara untuk bulan madu, dan baru pindah hari ini ke rumah yang benar-benar akan kami tinggali,” jawab Anita.“Em, oke baiklah kalau begitu kami pamit dulu!”“Iya, terima kasih dan maaf Yudha!” ucap Anita.Ada getaran aneh di hati Yudha mendengar Anita memanggil namanya. Ia pun menoleh dan bertanya, “Kenapa minta maaf?”“Soal mobilmu yang basah,” jawab wanita berhijab itu dengan raut wajah bersalah.“Lupakan, sebaiknya kamu segera masuk!”“Baiklah.”Anita pun berbalik dan mulai berjalan menuju rumah. Langkah kakinya yang tidak seimbang terlihat jelas di mata Yudha. Ingin sekali ia membantu wanita itu membawakan barang-barangnya, akan tetapi Yudha tahu bahwa Anita pasti akan dengan tegas menolak.“Kak Yudha aku ingin membantu Kak Anita membawa kopernya,” tutur Abimanyu.Yudha berjongkok dan memegang pipi Abimanyu, “Anak baik, anak pintar. Kakak juga ingin membantunya tapi kita tidak bisa melangkah sejauh itu.”“Kok gitu Kak? Kita kan tinggal jalan aja kesana,” protes Abimanyu.Yudha terkekeh mendengar jawaban Abimanyu, “Sudahlah anak kecil tau apa sih? Ayo kita pulang, nanti sore kamu kan harus latihan piano,” cetus Yudha.Anak kecil itu menepuk pelan kepalanya sendiri dengan telapak tangannya yang mungil, “Oh iya ya, aku lupa. Ayok kita pulang Kak, jika tidak Ma akan marah.”Abimanyu berlari dan masuk ke dalam mobil. Yudha menggelengkan kepalanya terhadap sikap lucu keponakannya itu. Sebelum Yudha pergi, ia menoleh sekilas dan melihat rumah itu untuk sesaat. “Semoga surga yang kau dapatkan di dalam rumah ini,” gumamnya.***Setelah Malik meninggalkan hotel, ia segera menuju rumah Lusi lagi untuk minta maaf padanya. Sejak semalam suami orang itu ingin minta maaf tapi ia tidak bisa menemukan wanita yang telah dihina oleh istrinya itu. Dan kali ini ia bertemu dengan Lusi yang dalam keadaan sedikit mabuk.“Kenapa kamu ke sini?” bentak Lusi dan melemparkan sebuah apel kepada Malik. Dengan sigap Malik mengambil apel itu tanpa panik.“Hah, sikap tenang dan cool-mu memang tidak ada tandingannya,” gumam Lusi. “Wajahmu yang tampan, keluarga kaya dan terpandang, tubuh kekar dan menawan, bagaimana bisa aku membiarkan wanita gila itu merebutmu dari ku,” sambungnya yang masih dalam keadaan mabuk.Lusi berjalan terhuyung-huyung menuju Malik yang berada di dekat pintu masuk rumahnya. Tiba-tiba wanita penggoda itu hampir terjatuh dan dengan segera Malik menghampirinya dan menangkapnya.“Kamu kenapa mabuk-mabukan sih, kan aku udah bilang kamu jangan minum kalau enggak ada aku. Kamu itu nggak kuat mabuk,” cetus Malik.“Ini semua karena istri gilamu, kenapa kamu menikahinya dan bukan menikahiku, aku sudah bersamamu selama 3 tahun tapi inikah yang aku dapatkan dari kesetiaank?” Lusi terus meracau dengan mimik wajah yang dibuat-buat.“Bukan seperti itu, ak—”“Ssst!” Lusi memegang bibir Malik dengan telunjuknya. Wanita penggoda itu tersenyum gila menatap Malik. Ia mengelus-elus wajah pria yang ada di hadapannya dengan manja. Kemudian Lusi memeluknya dengan erat sampai-sampai mereka berdua sama-sama tidak bisa bernapas.Tiba-tiba atmosfer terasa sangat panas sehingga membuat Malik gerah. Ia segera melepaskan pelukan Lusi dari dirinya. Lalu suami Anita itu menggendong Lusi masuk ke dalam rumah.Bersambung…Rumah mewah dua lantai milik suami Anita itu sangat elegan. Rumah itu sepi karena Malik memang tinggal sendiri dan tidak menyewa asisten rumah tangga. “Sepertinya Kakak belum pulang,” gumam Anita. Tadi di luar juga ia tidak melihat ada mobil Malik terparkir.Pikiran negatif mulai muncul dibenaknya. Wanita berhijab itu mencoba mengalihkan pikiran negatifnya. Ia tidak ingin berprasangka buruk terhadap suaminya sendiri. “Pikiran negatif akan merusakmu Anita, jadi jangan sia-siakan pikiranmu untuk berpikir negatif.” Ia terus membuat sugesti pada dirinya sendiri agar bisa berpikir positif.Jujur saja sulit baginya saat ini untuk berpikir positif karena apa yang terjadi di cafe kemarin. Tapi wanita berhijab yang In Sya Allah shalihah selalu menanamkan pada dirinya bahwa setiap perkataan dan prasangka itu adalah doa. Jadi semua hal yang ia ucapkan atau yang ia pikirkan haruslah selalu hal yang positif karena siapa tahu Tuhan mengabulkannya tanpa diduga-duga.Anita kini sedang melihat-lihat
Suara rintihan wanita berhijab itu kini mulai reda. Ia sudah bisa menguatkan dirinya kembali untuk berdiri. Tapi tetap saja rasa sedih di dalam hatinya masih sangat terasa, perkataan dan sikap kasar suaminya sangat membekas pada ingatannya. Anita mulai membersihkan segala yang berantakan di dapur itu dengan tangan yang terluka.Hanya dalam beberapa hari kehidupan Anita berubah seratus delapan puluh derajat. Rasa sakit ini lebih dahsyat rasanya dibandingkan dengan kejadian kecelakaan yang pernah ia alami.“Ya Allah kenapa Kak Malik bersikap seperti ini padaku, apa salahku, apa yang telah aku perbuat sehingga membuat Kak Malik marah padaku. Aku harus gimana sekarang Ya Allah?” gumam Anita.Setelah semuanya selesai Anita bereskan, ia pun bersiap ke rumah sakit untuk mengobati lukanya yang baru saja ia dapatkan pagi itu.***Anita sedang duduk menunggu gilirannya masuk untuk diobati di rumah sakit. Cukup banyak yang datang ke rumah sakit hari ini. Jadi wanita berhijab itu menghabiskan ham
“Anita, kamu pilih pulang bersama suamimu atau kamu akan pergi bersama laki-laki yang bukan muhrim kamu?” tanya Malik dengan terus menatap tajam ke arah Yudha. Anita pun akhirnya perlahan melepaskan diri dari genggaman Yudha dan mendekat pada Malik. “Maafkan Kakak Abimanyu, karena ini adalah hal yang salah bagiku jika terus bersama kalian dan membantah suamiku,” ucap Anita seraya menunduk tanpa menatap Yudha ataupun Abimanyu.Wanita berhijab itu kini mendekat pada suaminya, kemudian Malik menarik Anita untuk pergi meninggalkan Yudha dan Abimanyu. Abimanyu hendak mengejar wanita itu tapi ditahan oleh Yudha. “Jangan Abi, kalau kamu kejar dia. Nanti dia akan dapat masalah yang lebih,” ucap Yudha. Abimanyu pun mulai mundur kembali mendekat pada pamannya itu. “Iya Kak,” ucap Abimanyu. Seharusnya Abimanyu memanggil Yudha dengan panggilan paman, akan tetapi karena umur Yudha masih muda ia pun enggan dipanggil paman.***Kedua suami istri itu kini tiba di rumah. Mereka berdua sama-sama ber
Selama perjalanan pulang ke rumah, Yudha terus saja memikirkan apa yang akan terjadi pada Anita. Mimik wajah Malik membuatnya semakin takut telah terjadi hal buruk pada wanita itu. Wanita itu juga kini dalam keadaan terluka.Rasa takut di dalam hatinya semakin menjadi-jadi. Paman Abimanyu itu menambah kecepatan mobilnya dan mengantarkan Abimanyu pulang terlebih dahulu.***Orang tua Abimanyu sudah menunggu di gerbang rumah. Mereka khawatir dengan kondisi Abi setelah mendapatkan pesan dari Yudha.“Abi!” panggil Ibu Abimanyu begitu Yudha tiba di depan pintu gerbang.Abimanyu keluar dari mobil dan berlari menghampiri Ibu dan Ayahnya. Lalu ia pun memeluk erat Ibunya.“Maafkan Abang ya Yudha, sudah menyusahkan kamu,” ucap Ayah Abimanyu.“Tidak apa-apa Bang … kalau gitu aku pergi dulu ya Bang, soalnya ada urusan lain.” Yudha pun meninggalkan kediaman Abimanyu dan menuju rumah Malik dengan terburu-buru.***Yudha sudah tiba di gerbang rumah Malik. Ia menekan bel rumah itu akan tetapi tidak a
Yudha segera membawa Anita ke rumah sakit swasta kenalannya. Wanita berhijab itu kembali pingsan dalam perjalanan ke rumah sakit.“Sabar, sabar Anita. Aku akan menyelamatkanmu,” ujar Yudha seraya menoleh melihat ke arah Anita.***Sesampainya di rumah sakit, Anita segera ditangani oleh Dokter ahli. Karena sebelumnya Yudha sudah menghubungi temannya terlebih dahulu.“Pras tolong, tolong selamatkan dia, aku mohon,” pinta Yudha dengan panik.Pras memegang bahu Yudha mencoba menenangkan pria baik itu. “Tarik napas, buang secara perlahan. Tarik napas lagi, buang lagi secara perlahan. Tenang, mari kita bicara dengan tenang,” tuntun Pras.Yudha melakukan apa yang dikatakan oleh temannya itu. Perlahan napasnya mulai kembali teratur dan ia pun mulai tenang. Kemudian Yudha melihat ke arah temannya.“Kamu sudah merasa lebih baik?” tanya Pras. Yudha pun mengangguk.“Ayo kita duduk dulu, lalu kamu ceritain apa yang terjadi, wanita itu kenapa, apa yang terjadi padanya dan siapa dia?” tanya Pras.“P
Tidak terima dengan serangan bertubi-tubi yang diberikan padanya, Yudha pun membalas pukulan itu pada Malik berkali lipat dari yang ia dapatkan. Untung saja saat kejadian itu, para pelanggan sudah tidak ada. Manager cafe segera menutup cafe agar tidak ada yang melihat apa yang sedang terjadi di dalam.Beberapa pegawai cafe segera mendekati mereka dan mencoba memisahkan mereka berdua. Tapi karena keduanya sama-sama sedang dilanda emosi, cukup sulit bagi mereka untuk dipisahkan. Sampai-sampai ada pegawai yang terdorong dan terbentur di dinding cafe.“Sudah, berhentilah Pak Malik,” pekik manager cafe seraya terus memisahkan mereka berdua.Setelah beberapa saat, baik tenaga Malik maupun Yudha sudah terkuras habis. Mereka berdua pun terduduk secara terpisah. Pegawai dengan sigap segera duduk di tengah-tengah mereka agar tidak terjadi perkelahian yang kedua.“Ambilkan handuk dan es!” titah manager cafe pada salah satu waiters.Waiters itu segera melaksanakan apa yang diperintahkan dan membe
“Maafkan aku,” ucap Malik terdengar kembali di telinga wanita itu. Air mata mengalir membasahi mimpinya. Ia tidak percaya dengan apa yang baru saja ia dengar. Ia tidak tahu apakah Malik benar-benar tulus meminta maaf atau karena suaminya itu khawatir bahwa ia akan mengadukannya pada seluruh keluarga atas apa yang telah terjadi.Di saat yang sama, Yudha masuk ke dalam ruangan dan melihat Anita yang menangis. Ia segera menarik kerah baju Malik kemudian memelototinya. “Kamu ini ya Malik, benar-benar ingin dihajar lagi ya,” geram Yudha.Mendengar kata dihajar lagi, wanita yang sedang terbaring lemas di atas kasur melihat ke arah dua pria tampan itu. Ia pun dapat melihat wajah keduanya penuh dengan luka lebam, bahkan ada darah kering di ujung bibir kiri suaminya. “Apa yang sudah terjadi?” tanya wanita itu.Malik dan Yudha melihat ke arahnya bersamaan, masing-masing dari mereka menyentuh bagian tubuh mereka yang terluka berusaha menyembunyikannya dari Anita. Tapi tentu saja itu sudah terla
Suster yang mengobati Malik tadi memperhatikannya yang kebingungan. Suster itu kemudian mengetikkan sesuatu di ponselnya dan menunjukkannya pada Malik.[Tidak apa-apa berbohong jika memang itu untuk kebaikan agar Mamanya tidak syok kalau anaknya sedang dioperasi]Malik melihat tulisan itu dan membacanya, ia pun terdiam sejenak untuk berpikir sebelum menjawab Mama Anita itu.“Iya Ma, Mama tidak perlu khawatir. Aku akan menjaganya,” jawab Malik akhirnya dalam panggilan telepon itu.“Alhamdulillah kalau semuanya baik-baik aja. Maaf Mama ganggu, assalamualaikum.”“Iya Ma, nggak kok. Waalaikumusalam.” Lalu panggilan telepon terputus.Malik melihat ke arah suster yang terlihat sudah paruh baya itu dan tersenyum. Tidak lama setelah itu keluar Dokter dari ruangan operasi. “Siapa wali pasien ini?” tanya Dokter itu.“Saya Dok, saya suaminya” jawab Malik kemudian mendekat pada Dokter itu.“Baiklah, operasinya lan