Share

Di Kantin

Atha sangat hobby dengan yang namanya bunga. Belakang, depan, samping kanan atau kiri, bahkan atap atau balkon rumahnya di isi dengan bunga yang bervariasi. Jadi jangan tanya, apa Atha bisa membentuk bunga pangkas dengan benar. Jauh dari kata benar, bahkan sangat sempurna.

Atha membentuk bunga tersebut berbentuk doll bear atau boneka beruang. Dengan setiap lekukan dan bentuk yang sangat detail. Mulai dari mata, hidung, telinga, bahkan gigi kecil yang memperlihatkan beruang tersebut tengah tersenyum.

"Pa, Ada gunting yang lebih kecil?"

"Ada sayang." Dehan, papa Atha, mencari small scissor yang diminta Atha barusan. "Nih."

"Ini gigi beruangnya kebesaran sebelah nih." dengan telaten Atha membenarkan gigi beruang. "Nah selesai."

"Wah bagus banget, Tha, anak papa pinter banget ya, pantes papa gak niat cari anak baru." Atha hanya mendelik sinis mendengar ucapan sang ayah perihal anak baru.

"Tadi papa lihat Atha di rumah sakit sama cowok, cowok Atha ya?"

"Ah nggak pa. Itu teman baru Atha, dia kena mental illnes, Atha kasihan." Atha membersihkan tangannya di selang air yang Dehan berikan.

"Kenapa? kok bisa?"

"Trauma. Oh iya, Pa, tadi orang tuanya Saga minta Atha untuk ke rumah sakit nemenin dia, boleh kan, Pa?" Tanya Atha.

"Saga?"

"Iya temen baru Atha itu namanya Saga."

"Iya boleh, asal Atha harus hati-hati. Jangan terlalu kasar sama Saga." Atha tersenyum mendengar penjelasan Dehan, lalu kembali membersihkan tangannya.

***

Seorang gadis berjalan menyusuri koridor setiap kelas dengan memegang sehelai kertas, mencari cari kelas yang didapatkannya. Sepuluh Ipa tiga.

Atha cukup senang, setidaknya dirinya tidak ditempatkan pada golongan IPS. Atha akan sangat malu jika sampai di tempatkan di kelas IPS lantaran ayahnya adalah seorang dokter.

"Sepuluh ipa dua, dua kelas lagi," ujarnya melihat pamplek kecil yang menempel di atas setiap pintu kelas.

Atha membaca kertas di tangannya, mencari cari nama yang mungkin dikenalnya. 

Atha menabrak sesuatu, ralat! Atha menabrak seseorang.

Kalo jalan lihat-lihat dong"ucap keduanya bersamaan. Mereka menunjukkan wajah terkejut saat melihat wajah lawan pandang masing masing.

"Lo!" 

"Lo? Ngapain lo di sini?" 

"Bukannya gue yang seharusnya nanya gitu?" 

"Ya ampun Jell, Atha kira, Atha bakal jamuran atau nggak stres atau bahkan Atha sampai karatan di sekolah ini karena gak ada temen."

   

"Miris benar hidup lo." Anjela Eiril, sahabat Atha sejak smp dulu.

   

"Atha seriusan suer," ujar Atha sambil membentuk jari v; peace.

   

"Loh bukannya lo bilang mau lanjut SMA di Trijaya ya?"

   

"Gak jadi," ujar Atha berjalan ke arah kantin bersamaan dengan Anjela.

   

"Kenapa?"

   

"Atha baru tahu kalo ternyata dia sekolah di sana." Anjela yang mengerti orang yang dimaksud Atha hanya ber oh ria.

***

Empat jenis manusia yang berbeda duduk di kantin sudut menyantap makanan yang tersedia dihadapan mereka.

  

Terlihat dari pintu kantin dua orang gadis, Atha dan Anjela yang berjalan santai, menjadi bahan tatapan dari berbagai sudut. Kala mereka melihat secara nyata dua orang gadis bak bidadari memasuki kantin.

   

Tak sedikit laki-laki yang langsung tertarik dengan pandangan di depannya ini dan tidak sedikit juga diantara perempuan itu merasa iri dan insecure.

   

Atha dan Anjela yang telah biasa dihadiahkan dengan tatapan memuja, tak terlalu ambil pusing. Keduanya memilih untuk melanjutkan langkahnya menuju salah satu meja.

   

"Jel, ke sana aja yuk," Anjela hanya ikut-ikut saja kemana Atha membawanya.

   

"Hai kak Alvan, Atha boleh duduk di sini gak?" Tanya Atha setelah sampai didepan meja Alvan dan ketiga temannya.

   

Berfikir bahwa Alvan tidak akan menjawabnya, Atha memilih duduk dan hanya di ikuti oleh Anjela. Enam orang manusia duduk selayaknya pasangan di kantin tersebut. Varon, duduk di hadapan Tasya, Devin di depan Anjela dan Alvan di depan Atha.

   

"Geseran kaki lo," pinta Devin menghantam lutut Anjela dengan lutut nya sendiri.

   

"Aw lo!" Anjela mengusap lututnya yang tak terlalu sakit, tak sengaja tangannya malah menyentuh lutut Devin juga.

   

"Ga usah modus," ujar Devin sedikit sengit.

"Apaan sih! Gak sengaja juga." 

   

"Lo emang mau modus kan? Megang kaki gue?" 

   

"Lo yang duluan nendang kaki gue dan lo nyalahin gue?" 

   

"Lutut lo duluan yang nempel-nempel ke lutut gue " 

   

"Itukan tad-"

   

"Sudah-sudah! Jangan berteman!" relai Atha.

   

"Tha, pindah aja yuk" pinta Anjela.

    

"Gak mau ah, di sini aja bisa sambil lihat-lihat wajah kak Alvan," Alvan yang sibuk dengan baksonya tersedak mendengar ucapan Atha. 

"Eh-eh ini minum dulu kak!" Atha memberikan minumannya yang memang baru datang.  Alvan mengambil minuman Devin dan segera meminumnya.

   

"Minuman gue!" Sinis Devin

    

"Beli,"

    

"Mana duit, lo kan atm berjalan." Tasya hanya menjadi patung bernafas jika tidak ada Sasya.

     

"Ngemis?" Tawa Anjela seketika meledak saat melihat betapa sengitnya Alvan pada Devin. 

    

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status