Share

Kecepatan Kultivasi

"A-yi!"

Xieyun khawatir melihat Yira melayang di udara serta dikelilingi cahaya biru. Xieyun berlari mendekati Yira, dia menatapnya serius dan tidak mengalihkan pandangannya sedetikpun. Perlahan-lahan tubuh Yira turun hingga menyentuh salju, dia membuka matanya dan mengeluarkan aura yang kuat.

Yira tersenyum bahagia menatap Xieyun, dia membalikkan badannya. Yira memberitahu bahwa dirinya menerobos tingkat 2 dan memiliki ekor baru. Xieyun merasa terkejut dengan kecepatan Kultivasi Yira selain itu, beberapa hari lalu dia baru menerobos tingkat 1.

'Kelihatannya latar belakangmu kali ini tidaklah sederhana' batin Xieyun.

Xieyun terdiam sejenak dengan tatapan kosong. Dia masih tidak menyangka fenoma-fenomena aneh terjadi pada Yira.

"Kenapa, ada apa?" tanya Yira.

"Ah...tidak, tidak ada apa-apa. Sudah malam, kamu tidurlah, aku akan menjagamu." jawab Xieyun.

Xieyun menarik Yira untuk tidur bersandar di dadanya. Xieyun memeluknya sambil mengelus lembut surai hitam Yira. Yira merasa sangat aman dan nyaman dengan posisi seperti ini.

Keesokan harinya....

Mereka melanjutkan perjalan menuju kota selanjutnya. Kali ini Xieyun akan mengajaknya untuk merasakan makanan enak. Sekaligus mencari tempat aman untuk Yira.

"A-yi teknik apa yang kamu dapatkan dari ekor ke 2 mu?"

"Pertahanan, kalau tidak salah namanya Kubah Ekor Rubah. A-yun, ayi kita cari hewan spiritual untuk memperkuat pertahananku." ajak Yira.

Gadis yang terkadang irit berbicara kadang juga cerewet itu dengan semangat mengajak Xieyun. Dia menggoyangkan tangan Xieyun untuk merayunya. Yira mulai berani belajar menggoda.

"Tidak."

Yira yang ajakan ditolak mentah-mentah pun merasa kesal, dia mendengus sambil mengekori Xieyun. Dia menghentakkan kakinya berkali-kali namun tidak digubris oleh Xieyun.

Jika Xieyun mengiyakan Yira itu akan sangat berisiko, pasalnya baru kemarin dia menyerap esensi ular berbisa Russell. Tentu saja itu akan sangat berisiko untuk keselamatan Yira. Walaupun Xieyun suka memberi apa yang Yira mau tapi, dia tidak akan menyetujui yang berisiko.

Sampailah mereka ditepi danau.

Yira terpesona dengan kecantikan danau tersebut. Danau dengan air berwarna biru terang kemerahan, tepian danaunya pun berwarna merah darah. Dia mendekat dan berusaha mencelupkan kakinya ke air danau namun langsung ditarik oleh Xieyun.

"Jangan sembarangan! kita tidak tahu ada hewan spiritual apa dengan kultivasi ditingkat berapa."

Nada berbicara Xieyun membuat Yira sedikit tersentak, baru kali ini Xieyun memarahinya. Xieyun yang sadar lantas meminta maaf pada Yira. Itu dia lakukan karena sayang pada Yira, dia takut terjadi hal yang tidak diinginkan terjadi pada gadis disampingnya itu.

'Danau Diaboli Sanguine.' batin Xieyun.

Tiba-tiba seekor Kura-kura besar muncul dari bawah danau, dia berjalan lurus tanpa memperdulikan apapun. Kura-kura itu terlihat menyeramkan. Dia menerobos apa saja di depannya.

'Kura-kura Aldabra.' gumam Xieyun.

Xieyun menarik tangan Yira untuk berlari menjauh, sepertinya ada yang menyebabkan kura-kura itu keluar danau. Xieyun mengerutkan keningnya, berpikir kenapa Kura-kura itu ada disini, karena Kura-kura itu sehatusnya hidup di padang rumput.

"Anak muda keluarlah! aku tidak akan menyakiti kalian."

Kura-kura tersebut memiliki suara berat. Sepertinya usianya telah melebihi ratusan tahun. Mereka berdua yang sudah ketahuan pun keluar dari persembunyian menghadap Kura-kura raksasa itu.

"Gadis kecil, auramu sama seperti aura tuanku."

Yirapun yang ditatap Kura-kura besar itu merasa kebingungan mendengarnya. Yira menatap mereka bergantian. Xieyun masih setia berpikir apa yang membuat Kura-kura itu bisa sampai di sini.

"Gadis kecil maukah kamu menerima warisanku? hidupku sudah tidak akan lama lagi." tanya Kura-kura.

"Tapi garis darah Saya bukan Kura-kura." jawab Yira.

'Kebetulan sekali.' batin Xieyun.

Xieyun menjelaskan bahwa menerima sebuah warisan tidak harus memiliki kesamaan garis darah. Pewarisan hanya akan menambah teknik dan kekuatan, jika beruntung akan memiliki garis darah ganda. Yirapun mengangguk mengerti.

Kura-kura itu terlihat senang Xieyun membantunya menjelaskan. Dia memuji Xieyun yang berpengetahuan luas. Xieyun menunduk berterima kasih menghormatinya.

"Gadis kecil, tenanglah teknik yang aku wariskan selain teknik murniku juga teknik berunsur es yang ditinggalkan oleh tuanku"

'Sia*l, jika aku menerimanya aku akan ketahuan oleh Xieyun.' batin Yira.

Bukannya tenang Yira malah semakin cemas. Dia selama ini menyembunyikan seni beladiri esnya agar tidak ada yang tahu. Dia bingung dan meminta pendapat Xieyun agar tidak dicurigai.

"Tapi aku tidak memiliki kualifikasi apapun tentang elemen es." dalih Yira.

"Tidak mungkin, gadis kecil auramu memiliki aura spiritual es, sudah dapat dipastikan kamu memiliki garis darah keturunan es." ujar Kura-kura.

Yira sudah berdalih untuk menolak pewarisan itu tapi Kura-kura itu kekeh dengan perkataannya. Mau tidak mau Yira harus berusaha lagi untuk menolak. Dia menatap Xieyun sambil menggeleng agar Xieyun membantunya menolak.

"A-yi cobalah!"

Yira menghela nafas, dia sudah tidak ada cara lagi untuk menolak. Dia menatap Xieyun sambil mengangguk. Dia melangkah maju mendekati Kura-kura Aldabra itu, dalam sekejap cahaya memancar keluar dari teknik ruang.

Yira diteleportasikan ke sebuah tempat, dia celingukan pasalanya tinggal dia seorang diri ditempat itu. Dia mencari sosok Kura-kura tadi, tapi dalam portal itu hanya ada dia seorang.

"Tenanglah jangan gugup, tempat ini akan membuatmu lebih aman dalam menerima warisan"

Sebuah suara menenangkan kegugupan Yira. Yirapun menenangkan dirinya, dia harus percaya bahwa dirinya bisa. Ini semua dia lakukan demi mengetahui kenapa Kura-kura itu bisa merasakan aura esnya.

Dia duduk bersila dan memejamkan matanya muali fokus mengikuti arahan dari senior Kura-kura tersebut. Disisi lain Xieyun terus menatap bongkahan cahaya di udara, dia akan menunggu Yira hingga keluar, dia berusaha tenang dan mempercayakan segalanya kepada Yira.

'A-yi, aku percaya kamu pasti berhasil.'

*Alam Dewa (Regnum Glacies)*

Seorang wanita yang dingin lengkap dengan rambut serta baju mewah berwarna biru, terlihat duduk diatas tahtanya. Dia menyangga kepalanya dengan tangan kanannya sebagai penopang. Tidak berapa lama seorang laki-laki berpakaian tidak lebih mewah dari dirinya berlari tergesa-gesa dan berlutut kepadanya.

"Dewi, ada kabar buruk."

"Katakan!" jawab Dewi Es.

"L-lampu kehidupan panglima Bing Yu dan 4 orang lainnya telah padam." ucap sang penjaga lampu.

"Apa?!" Pekik Dewi Es.

Dia mengubah posisinya yang semula santai menjadi duduk dengan sangat tegang. Dia menatap tajam penjaga lampu kehidupan itu, dia masih merasa belum bisa percaya. Kemudian dia berusaha menenangkan dirinya dan kembali duduk.

"Baiklah, pergilah!"

'Tidak mungkin! aku sudah membuat anak itu cacat.' batin Dewi Es.

Wanita yang merupakan seorang Dewi Es itu turun dari singgasananya, dia berjalan menuju suatu tempat. Sesampainya ditempat itu, ada sepasang suami istri yang sedang dipenjara. Kedua tangan, kaki serta lehernya dirantai menggunakan rantai es. Dia menatap mereka sejenak lalu menyeringai.

"Aku punya kabar untuk kalian."

Dia mengatakannya sambil tersenyum licik. Dia mengerutkan dahinya, dia merasa sangat jengkel karena wanita yang diajak tidak menghiraukannya. Wanita yang berada di dalam sel hanya diam tidak menanggapi maupun menatap sang dewi.

Merasa kesal dia melampiaskan kekesalannya dengan mencambuk mereka berdua. Dia menatap orang di depannya yang terluka. Sang dewi pun membuka bicara, memprovokasi mereka untuk kesekian kali.

"Kali ini dia benar-benar mati di tangan bawahanku. Dia akan sepenuhnya musnah!" ucap sang Dewi.

"heh...kamu pikir aku akan percaya tentang bualanmu!" jawab wanita dalam sel.

Dewi es yang bernama Bing Eiria itupun merasa jengkel, usaha memprovokasinya selama ini selalu gagal. Namun dia tidak akan berhenti begitu saja, membuat mereka menyerahkan tahta dan segel Dewa yang di wariskan oleh Dewi Yiren.

"Aku dan suamiku tidak akan pernah percaya padamu! Apa kamu lupa orang yang kamu incar siapa? Dia adalah reinkarnasi Dewi Yiren. Kamu tidak akan bisa membunuhnya dengan mudah! Sama seperti sebelumnya." tegas wanita itu.

"Adik juniorku yang bodoh. Memang benar,waktu itu aku kesulitan tapi kamu melihat sendiri bukan? Aku membunuhnya dengan tanganku sendiri." jawab sang Dewi.

Dia melihat tangganya, lalu melihat keduanya dengan tatapan sinis. Dia tertawa, perlahan berjalan keluar penjara tersebut. Dalam hatinya tetap ada dendam yang ingin dia balaskan untuk terakhir kali.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status