Share

Pertempuran Pertama

Tiga Bulan Kemudian.

Mereka menjalani hari dengan bahagia layaknya sepasang kekasih, mereka berburu bersama, memasak bersama mereka melakukan apapun bersama-sama. Dengan begitu Yira tidak merasa dia sendirian, namun Yira tetap merindukan rumahnya walaupun dia enggan untuk pulang. Dia merasa dia adalah pembawa sial bagi keluarganya dan merasa bersalah.

Selama ini Xieyun tidak diam saja, dia mengajari Yira sebuah teknik pedang yang disebut Pedang Surgawi. Dia menyemangati Yira agar tidak mudah menyerah apapun tantangannya. Namun dengan basis kultivasi Yira saat ini cukup sulit menguasai teknik pedang tersebut. Xieyun mempelajari tektik ini memakan waktu yang lama.

"Ada apa?"

"Bukan tidak mungkinkan jika aku bisa berkultivasi?"

"Tentu saja, asalkan kita bertekad dan berusaha pasti akan ada hasil yang memuaskan."

Mereka bersama-sama duduk menatap lagit cerah, merasakan angin sepoi-sepoi yang membelai wajah mereka. Xieyun duduk lebih dekat lagi dengan Yira. Dia mengamati Yira dari samping, menatapnya penuh makna sambil mengingat keabahagian masa lalu.

Xieyun diam-diam tersenyum menatap Yira, dia merasa Yira sangat imut nan lugu. Tiba-tiba ada gejolak didalam hatinya, timbul perasaan hangat yang lama tidak diarasakan mengalir, namun tidak dapat dia utarakannya. Dia hanya bisa memendam kebahagiaan kali ini, dan merasaknnya sendiri.

Selama tinggal bersama Xieyun, Yira terus menyembunyikan kultivasinya, dia juga menyembunyikan auranya. Dia belum terlalu percaya pada Xieyun, karena aura esnya mengakibatkan dia akan sering diburu orang. Bukan Xieyun namanya jika dia tidak mengetahui segala hal, dia tahu Yira sengaja melakukan itu namun dia tidak bertanya karena Yira memilih menyembunyikannya. Dia hanya pura-pura bodoh saja agar tetap selalu disamping Yira.

"A-yun, hari ini biarkan aku saja yang berburu dan memasak untukmu, anggap saja sebagai tanda terima kasih," ucap Yira.

"Tapi," ucap Xieyun.

Dia menunjukan senyum manisnya, yang membuat Xieyun lagi-lagi tersipu malu dan luluh pada Yira. Tanpa menunggu persetujuan Xieyun, dia langsung bangkit mengambil pedangnya, dia berjalan menuju hutan. Sebenarnya hati Xieyun tidak rela, dia khawatir akan terjadi yang tidak diinginkan. Mau bagaimana lagi, Xieyun menjadi aneh semenjak tinggal bersama Yira. Dia menjadi suka mengikuti dan menuruti apapun yang Yira inginkan.

*Hutan Belantara*

Di dalam hutan Yira sukses berburu ayam yang besar.

"hemm pasti A-yun terkejut,"

Dia berjalan santai sambil terus memandangi tangkapannya dengan bangga. Di dalam perjalanan tiba-tiba dia dicegat oleh sekelompok orang berbaju biru, 4 orang laki-laki yang dipimpin oleh seorang wanita dewasa berambut biru dengan aura yang dominan. Yira yang tidak tahu menahu ingin berjalan pergi namun ke 4 laki-laki itu menghadang jalannya yang sepertinya mereka ingin berbuat jahat.

"Masih ingat aku? kali ini aku lagi yang akan mengambil nyawamu seperti sebelumnya."

"Dia!" batin Yira

"Maaf aku tidak mengenal kalian."

Yira berusaha sebaik mungkin menghindari perselisihan dengan mereka, namun mereka tidak membiarkan YIra pergi begiu saja. Wanita itu maju perlahan mendekati Yira, Yira yang merasa tidak aman segera mundur dan berlari menjauh. Namun keempat laki-laki itu menghadang jalan Yira sekali lagi. Yira melempar ayamnya, dengan cepat menarik pedang dari sarungnya, pertempuran 4 lawan 1 pun dimulai.

"Bunuh!" perintah wanita bercambuk.

Yira mempraktikkan setiap gerakan dasar yang Xieyun ajarkan padanya, awalnya dia kesulitan namun dalam keadaan seperti ini dia hanya bisa melawan. Saat dia terpukul mundur berkali-kali, dia tetap mengingat pesan dari suara Dewi Yiren bahwa dirinya harus hidup untuk mengembalikan kedamaian. Dia juga sudah bertekad untuk melanjutkan perjuangannya dahlu, jika hari ini kalah begitu saja maka akan sia-sia.

Sungguh pertarungan yang tidak adil namun demi bertahan hidup Yira memang harus bertarung. Naasnya pertarungan ini membuat Yira sangat kuwalahan, Yira cukup hebat menghadapi empat orang dengan Ranah Demigod seorang diri. Dia merasa akhirnya pedang pemberian ayahnya berguna, dia cukup senang.

"Aghh kalian!"

"Ouu jadi kamu sudah mengingat siapa aku? tapi aku cukup kagum kamu bisa bertahan menghadapi mereka berempat."

Yira berlutut sambil menyangga tubuhnya menggunakan pedangnya. Dia merintih, memegang pinggang kirinya yang mengeluarkan darah segar. Dia terluka oleh pedang es salah satu dari mereka. Yira berusaha bangkit walaupun dengan menahan rasa sakit, namun tubuh lemahnya sudah tidak bisa lagi bertahan.

Yira menatap tajam ke arah wanita licik yang dahulu merupakan bawahan setianya. Dia terpukul, merasa tidak bisa percaya dengan apa yang dia lihat. Dia mengetahui bahwa wanita di depannya itu adalah orang yang membantu pengkhianat Alam Dewa. Dengan suara bergetar dia mengatakan kekecewaannya.

"Bing Yu, apa kamu sudah melupakan janjimu padaku!

"Janji dahulu, aku tunjukkan untuk Dewi Es, sekarang kamu hanyalah manusia biasa. Kamu tidak pantas mempertanyakannya!"

Merasa jengkel wanita yang dipanggil ketua itu maju mendekati Yira yang terkulai lemas di tanah. Dia mengeluarkan cambuk es, senjata semi dewanya dan bersiap mencambuk Yira. Tiba-tiba sebuah aura es yang dahsyat muncul hingga membuatnya terpental cukup jauh.

"Tidak mungkin! Aura Dewi Yiren sekuat ini, entah apa yang terjadi jika aku menghadapinya sekarang."

Yira bangkit dan menyerang secara membabi buta melawan mereka berlima, empat diantaranya telah tewas oleh Yira. Sedangkan wanita itu terluka karena jurus Yira. Setelah itu Yira jatuh ke tanah, tubuhnya lemas-selemasnya, tubuh lemahnya tidak bisa bertahan lama menahan kuatnya kekuatan spiritual yang tersegel dalam tubuhnya. Dia terengah-engah namun tetap menatap wanita didepannya dengan tatapan tajam yang buas dan tanpa rasa takut.

Wanita yang sadar bahwa Yira sudah tidak berdaya lagi, segera mendekat dan mengayunkan cambuknya. Cambuk es itu melilit leher Yira, dia menghempaskannya ke udara sampai tubuh Yira menghantam pohon besar. Yira memuntahkan darah dari mulutnya, dia segera tersadar bahwa tubuhnya dikendalikan oleh kekuatan spiritual yang memiliki kesadaran milik Dewi Es Yiren.

Wanita bercambuk itu mencekik leher Yira dan mengangkatnya ke udara. Karena cekikan itu Yira merasa pusing, dia tidak bisa bernafas. Rasa dingin menusuk lehernya, ternyata wanita itu berniat membunuh Yira dengan cara keji, yaitu menusuk leher YIra dengan kristal es yang muncul dari tangnnya. Yira hampir kejang, dia berusaha sekuat tenaga untuk lepas dari cengkraman wanita jahat itu.

"Percuma saja kamu memiliki kekuatan dan ingatan Dewi Yiren yang tersegel dalam dirimu, itu tidak akan merubah kenyataan bahwa kamu akan mati ditangan ku hari ini ahahahaha"

Tenaga yang tersisa pun tidak banyak, apalah daya Yira hanya bisa pasrah menerima takdirnya. Dia sudah hampir mati sekali apakah kali ini dia akan benar-benar mati, tanpa memperbaiki kesalahannya kepada orang tua dan sektenya.Matanya mulai memerah, mengeluarkan air mata, wajahnya juga memucat. Dari sudut mata kanannya dia melihat ada seseorang yang datang.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status