Share

Pertemuan Pertama

Dia melihat orang tuanya dan sebagian murid disandra oleh sekelompok orang. Ayahnya yang melihat Yira di depan pintu segera mengisyaratkan YIra untuk segera pergi.

"Ayah!" Yira bersiap berlari menemui ayahnya namun tangannya ditarik oleh seseorang dibelakang.

"Lepaskan aku!"

Yira mengibaskan tangannya, dia bersiap untuk menghampiri orang tuanya. Ayahnya menggeleng, dia melarang Yira untuk mendekat. Belum selesai mencerna keadaan, Yira langsung ditarik menjauh. Yira menoleh menatap orang tuanya, kemudian mempercepat larinya. Mereka berlari jauh masuk ke dalam Hutan.

"Kak Xuan, apa yang terjadi? kenapa mereka menangkap ayah?" tanya Yira.

"Itu karena kamu menolak lamaran Yu Shao." jawab Xuan.

Yira menoleh, dia melihat samar-samar beberapa orang berlari mengejar mereka. Sebelum mereka sadar, anak buah Yu Shao melempar serangan. Yira yang merasakan tanah bergetar, dia langsung mendorong Xuan menjauh dan benar saja getaran itu membuat tanah memiliki retakan lebar. Untung saja mereka baik-baik saja.

Yira lari ke arah kanan sedangkan Xuan lari ke arah sebaliknya, mereka lari terpisah. Nasib ada di atangan mereka masing-masing, mereka harus mengandalkan diri sendiri. Yira terus berlari, sayangnya dia menemui jalan buntu. dia berhenti ditebing curam yang terdapat sungai dengan aliran air yang deras.

"Yira, untuk apa lari lagi. Lebih baik menikah denganku dan membuat sekte kecilmu menjadi sekte besar, itu lebih menguntungkan bukan?" ucap Yu Shao.

"Aku tidak sudi!" Balas Yira.

"Lancang! tuan muda kami mau deganmu hanya karena kamu cantik, tuan muda kami bisa mendapat yang lebih darimu!" kata salah satu anak buah Yu Shao.

Yira terdiam, dia melihat Yu Shao berjalan mendekatinya. Dia bimbang harus bagaimana, dia menatap sungai di belakangnya yang memiliki air biru dengan kabut tebal berwarna merah muda. Karena tidak ada jalan lain dia memilih jalan bunuh diri .

"Lebih baik aku mati dari pada harus bersama orang brengsek sepertimu!" ucap Yira.

Yira menjatuhkan dirinya ke sungai dan hanyut di bawa oleh derasnya aliran air. Yu Shao mendekati jurang, menatap sungai dengan kesal. Dia memalingkan padangannya, menatap tajam anak buahnya yang memaki Yira tadi lalu menebas lehernya untuk melampiaskan kekesalnnya.

Di sisi lain Xuan yang kabur dari kejaran anak buah Yu Shao tertangkap dan di bawa kembali ke sekte Rubah Apuyurac. Dia di lempar untuk berkumpul dengan yang lainnya. Yu Shao yang masih kesal memprovokasi mereka semua, terutama ayah Yira sang ketua sekte.

"Nona muda kalian sudah bunuh diri. Sebagai gantinya aku akan membunuh seisi sekte. Bunuh mereka!" ucap Yu Shao.

Yu Shao tertawa puas melihat para murid di bunuh dengan keji, dia memang orang dengan tempramen yang buruk. Dia bahkan membunuh kakak kandungnya agar mendapatkan apa yang dia inginkan yaitu penerus sekte Dantian. Darah bercecer diamana-mana, dia menatap Xuan yang tidak berdaya.

Yu Shao mengambil pedangnya, dia mendekai Xuan dan menghunuskan ujung pedangnya ke arah leher Xuan. Sebenarnya dari dulu dia sudah sangat ingin membunuh Xuan karena berani menjadi saingannya.

"Aku akan membunuhmu!" Yu Shao mengayunkan pedangnya.

"Berhenti!" ucap sebuah suara.

Yu Shao menghentikan ayunan pedangnya, menatap kebelakang. Dia melihat ayahnya datang, untuk menghentikan kegaduhan yang dibuat oleh putranya. Karena dia takut Kerajaan Ignis Ventus akan ikut turun tangan di pihak lawan.

Beberapa hari kemudian.

*Gubuk Tengah Hutan*

Yira perlahan membuka matanya, kepalanya terasa sangat berat, dia memegang kepalanya seraya memandangi sekitar dia merasa tempat itu sangat asing. Dia sedang berada di sebuah gubuk kecil di tengah hutan, Yira mulai membuka matanya lebar-lebar dan kesadarannya mulai penuh. Dia terus memandangi sekitar hingga matanya berhenti pada sosok laki-laki tampan yang terus mengamatinya.

Yirapun sontak terkejut.

"Ka..ka..kamu siapa?" tanya Yira.

Yira segera menyenderkan tubuhnya ke tembok, dia menatap orang di depannya dengan waspada. Dia menyilangkan kedua tangganya di depan dada, lalu memalingkan wajahnya ke samping. Yira melirik menatap orang di depannya, dia memperlihatkan wajah kesal.

"ahh aku bisa jelaskan, nona jangan takut." jawab Xieyun.

Laki-laki itu membalikkan tubuhnya, dia sedikit berjalan menjauh agar Yira tenang. kemudian dia menceritakan yang terjadi agar tidak ada salah paham.

Flashback

Seorang laki-laki berjalan santai menuju sungai untuk memancing ikan, di tepi sungai dia melakukan ancang-ancang untuk mengeluarkan keahliannya menangkap ikan. Tiba-tiba dari sudut matanya dia melihat ada sesuatu yang besar sedang terapung, dia merasa sangat senang.

'Akhirnya bisa makan besar.' gumam Xieyun.

Matanya bersinar sambil menggosok-gosok kedua tangannya kegirangan. Dia berjalan mendekati benda itu untuk menyambutnya, saat dia mengangkatnya dari air betapa terkejutnya dia, bahwa itu bukan ikan besar melainkan wanita cantik yang terseret oleh arus air. Dari tampangnya dia memang sedikit kecewa namun dia juga tidak akan tega menelantarkan wanita cantik.

'Hah..... gagal lagi makan besar.'

Dia menggerutu sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal, diapun menggendong wanita itu dan di bawa ke gubuknya.

Flashback end

"Begitulah ceritanya, aku menemukanmu di Rosea Flumen." ucap Xieyun mengakhiri cerita.

"Aa eumm itu eumm terima kasih." ucap Yira.

Yira menunduk, dia situasi menjadi canggung juga sedikit menyesal telah menuduh laki-laki yang telah menyelamatkannya. Kemudian dia meminta maaf kepada penyelamatnya, untungnya laki-laki itu tidak memepermasalahkannya. Laki-laki itu duduk di depannya mengajak berkenalan.

"Euu nona, namaku Xieyun kamu bisa panggil A-yun saja." ucap Xieyun.

'A-yun? kenapa seperti nama perempuan.' gumam Yira.

Dengan polosnya Yira menutup mulutnya agar suaranya tidak terdengar, dia juga sedikit terkekeh. Lalu dia menatap Xieyun yangs sedang tersenyum malu, dia membalas uluran tangan Xieyun. Dia berdiri dan tersenyum menatap orang di depannya.

"Namaku Bai Yira, bisa dipanggil Yiyi." ucap Yira memperkenalkan diri.

"Aku akan memanggilmu A-yi, bagaimana?" tanya Xieyun.

Yira hanya mebalasnya dengan tersenyum dan mengangguk saja. Senyuman Yira membuat Xieyun merona tapi juga meneteskan air mata. Yira mengulurkan tanggannya, memberi Xieyun sapu tangan dengan sulaman bergambar rubah. Xieyun yang sadar segera menerimanya dan menghapus air matanya.

Yira celingukan mencari sesuatu miliknya yang dia pikir itu hilang, dia merasa panik karena itu hadiah dari ayahnya. Dia mondar-mandir mencari barangnya, karena tidak ketemu dia menatap Xieyun. Xieyun yang sadarpun langsung mengambil sebuah pedang dengan gantungan giok putih yang tergantung.

"Apa kamu mencari ini?" tanya Xieyun.

Yira mengambil pedang dari tangan Xieyun, dia langsung mengelus-elus pedang itu dengan mata berkaca-kaca. Mengingat pedang tersebut adalah hadiah dari ayahnya, dia menjadi teringat kejadian yang sebelumnya terjadi. Dia terus menatap pedangnya sendu tanpa menghiraukan panggilan Xieyun.

"Ada apa?" tanya Xieyun.

"Tidak ada apa-apa." jawab Yira.

Yira mengelak, dia tidak ingin menceritakan hal yang sensitif kepada orang yang baru dia kenal. Xieyun terus membujuknya, dia merasa hatinya sakit saat melihat wanita di depannya terlihat begitu sedih. Xieyun memegang kedua bahu Yira, dia meyakinkannya untuk bercerita dan berjanji apapun itu dia akan membantunya.

Yira menatap Xieyun aneh, pasalnya dia baru saja bertemu tapi dia merasa ada getaran yang tidak bisa dia jelaskan. Dia merasa sebelumnya dia pernah bertemu dangan Xieyun. Yira menatap dalam Xieyun berusaha mengingat, namun tidak ada ingatan Dewi Yiren yang muncul.

"Hah...."

Yira mengehela nafas, dia duduk di pinggir tempat tidur. Dia menunduk, kemudian menceritakan apa yang terjadi pada sektenya beberapa hari lalu. Dia merasa bersalah pada kedua orang tuanya dan seluruh sekte, karena dia seisis sekte menjadi dalam bahaya. Xieyun memegang tangan Yira menenangkan gadis itu.

"Aku berjanji, aku akan membalasnya untukmu." ucap Xieyun.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status