Share

Salah Paham.

Author: icher
last update Last Updated: 2024-01-09 16:58:56

“Nggak ada bantahan lagi, Sayang. Kita pulang bertiga ke rumah sekarang juga. Kamu mau anterin kami atau kami pulang pake taksi aja nih?” tanya Renata yang jelas adalah sebuah ancaman secara tidak langsung kepada Evan.

“Oke, kita pulang sekarang.” Evan menyerah.

“Nah, gitu dong. Baru namanya suamiku tersayang dan paling pengertian.”

Renata semakin melebarkan senyumannya saat ini dan kemudian menggandeng tangan Susan untuk ikut bersamanya. Kini, Renata berada di tengah antara Susan dan juga Evan – suaminya, tanpa dia tahu kebenaran kenapa Susan bisa datang bersama dengan Evan saat ini. Sebagai orang yang juga sangat mengenal Renata, tentu saja Evan tahu kalau sekarang bukanlah waktu yang pas.

Mereka bertiga sampai di mobil dan saat ini Renata bersikeras meminta Susan duduk di depan bersanding dengan Evan yang akan menyetir mobilnya pulang. Namun, Susan cukup tahu diri dan tentu saja dia menolak permintaan Renata itu. Pada akhirnya, Renata tetap adalah orang yang duduk di samping Evan.

“Ini rumahnya Mba Rena sama Mas Evan?” tanya Susan dengan nada takjub saat mobil sudah masuk dalam pekarangan yang sungguh dan mungkin teramat luas bagi Susan.

“Iya, San. Sekarang ini juga akan jadi rumah kamu, karena kamu akan tinggal di sini sama kami,” jawab Renata dengan sangat elegant.

“Tapi, kenapa? Aku kan ke sini hanya ingin ....”

Renata berpikir jika Susan hanya akan mengatakan bahwa dirinya datang ke sini hanya ingin mengandung dan melahirkan anak untuk mereka. Namun, tidak tinggal di sini seperti yang sudah dipikirkan oleh Renata sejak lama. Dia ingin merasakan bagaimana menjadi wanita hamil, meski itu harus melalui orang lain.

“Kamu nggak usah bahas masalah itu lagi, San. Mba mau semuanya mengalir aja, ya.”

Kehamilan palsu pun tidak menjadi masalah baginya dan tentu saja Renata tidak akan pernah menyia-nyiakan semua yang sudah ada di depan matanya. Menurut Renata, suaminya itu sudah sangat lelah menolak dan itu sebabnya mencari wanita yang bisa atau mengandung benih dari Evan. Namun, selama kehamilannya itu berlangsung, Renata juga akan berpura-pura hamil karena dia dan Evan akan mengambil anak itu ketika lahir dari rahim sang ibu kandung.

Bukan tanpa syarat yang jelas tentunya, mereka akan mengambil anak itu dari ibu kandungnya. Renata dan Evan harus mendapatkan orang yang sungguh mau bekerja sama dan saling menguntungkan. Sebagai bayarannya, mereka tidak akan menghitung berapa saja uang yang diminta oleh wanita itu pada mereka.

“Kamu sementara tidur di kamar tamu dulu, ya San. Nggak apa-apa kan, San? Nanti aku akan panggilkan orang yang biasanya bersihin rumah. Kamar kamu bebas mau pilih yang mana nantinya.”

“Nggak usah repot-repot, Mba. Aku tidur di mana aja juga nggak jadi masalah. Udah nggak jadi hal tabu lagi tidur di mana aja, Mba!” ungkap Susan dengan jujur kepada Renata dan juga Evan.

“Nggak bisa gitu, dong. Mulai sekarang kan kamu bagian dari keluarga ini, jadi kamu juga akan diperlakukan sama dengan aku.”

“Diperlakukan sama dengan Mba? Ke-kenapa begitu, Mba? Maaf, Mba. Aku benar-benar nggak ngerti dengan yang Mba katakan itu.”

Renata mendekati Susan yang dia sangka akan menjadi madunya itu. Dia mengusap wajah Susan dengan lembut sambil tersenyum. “Sepertinya, kamu masih sangat muda, ya. Kamu bisa jadi adik yang baik untukku, dan aku berjanji akan jadi kakak yang baik juga. Lalu, Evan pasti akan menjadi suami yang baik untukmu sampai anak kita dilahirkan,” ungkap Renata dengan nada yang sangat lembut.

Namun, semua yang Renata katakan itu semakin membuat bingung dan tak mengerti sama sekali. Ke mana arah pembicaraan Renata saat ini, Susan sungguh tidak mengerti sama sekali. Sementara Evan sudah tidak bisa lagi diam sekarang. Dia harus segera memberitahukan kebenaran itu kepada Renata.

Meskipun pada akhirnya Renata akan kecewa karena tetap saja Evan tidak mengabulkan keinginannya. Evan tidak akan mau menerima wanita mana pun menjadi istri sirinya dan mengandung anaknya. Tidak pernah terpikirkan apalagi dibayangkan oleh Evan bahwa dia akan meniduri wanita lain selain Renata.

“Sayang ... tunggu sebentar biar aku jelaskan. Kamu udah salah paham tentang Susan sejak awal. Aku nggak bisa ngomong karena kamu udah berpikir kalau Susan adalah wanita yang kamu minta aku cari,” ungkap Evan pada Renata yang kini ditariknya lembut ke belakang dan sejajar dengan posisinya berdiri saat ini.

“A-apa maksud kamu, Sayang? Susan bukan calon istri yang aku suruh cari untuk kamu?” tanya Renata dengan kening berkerut dan telunjuknya mengarah pada Susan.

“Hah? Calon istri? Mba minta mas Evan cari istri lagi?” tanya Susan yang tentu saja sangat terkejut mendengar pertanyaan Renata kepada Evan.

“Dan ... tunggu dulu. Aku bukan siapa-siapa, Mba. Aku hanya orang yang dibantu oleh mas Evan dan diselamatkannya. Aku kabur ke sini dari kota Jambi karena aku nggak tahan lagi diperlakukan sebagai budak di sana, Mba. Tolong, jangan salah paham dengan aku,” sambung Susan yang ingin lebih memperjelas lagi siapa dirinya kepada Renata.

“Mas! Apa benar yang Susan katakan?” tanya Renata pada Evan.

“Iya, Sayang. Susan itu hanya tamu di tempat aku rapat kemarin. Dia hampir aja dilecehkan kalau aku nggak bawa dia pergi dengan cepat. Lalu, dia juga minta aku untuk tolong dia kabur dari tempat itu karena udah nggak tahan lagi disiksa terus oleh ayah kandungnya,” terang Evan menjelaskan semuanya kepada Renata.

“Jadi, kamu ...?”

“Maaf, Sayang. Aku nggak akan pernah setuju untuk mengikuti ide gila kamu itu!”

“Tapi, Mas ....”

“Cukup, Ren! Aku nggak akan mengubah keputusanku! Sampai tua dan mati pun, aku nggak akan pernah ragu untuk terus mencintai satu wanita meski itu hanya kamu dan kita nggak punya anak. Bukan anak untuk mengukur kebahagiaan kita, Sayang. Kamu tau kan? Aku menikahi kamu bukan karena aku ingin punya anak. Tapi, karena aku memang mencintai kamu dan ingin hidup bersamamu sampai tua dan maut memisahkan kita.”

“Kamu nggak butuh anak. Tapi, aku butuh, Mas! Aku malu di depan keluarga kamu yang terus menuntut kamu untuk punya keturunan. Apa aku harus kasih tau sama mereka semua kalau aku udah angkat rahim? Benar-benar nggak bisa mengandung dan melahirkan lagi selamanya, sampai mati?” tanya Renata yang tak kalah emosionalnya.

Mendengar hal itu, tentu saja Evan langsung merasa tidak sampai hati. Dia tahu kalau saat ini Renata mengatakannya dengan hati yang benar-benar hancur dan terluka. Wanita itu hanya kuat di depan Evan saja, padahal dia sering menangis diam-diam dan mengutuk dirinya sendiri karena tidak bisa memberikan Evan keturunan. Namun, bagi Evan memang semua itu bukanlah sebuah masalah besar.

“Oke. Aku kasih tau aja semuanya di group keluarga, biar mereka mulai bergerak mencarikan kamu istri kedua dan setelah itu memaksa kamu untuk menceraikan aku. Aku yakin, apapun yang terjadi pada akhirnya kita tetap akan berpisah, Mas! Aku atau kamu, nggak akan ada yang bisa melawan keluarga besar kamu yang berkuasa atas segalanya itu.” Renata mengatakan hal itu dan lalu pergi begitu saja meninggalkan Evan dan Susan yang masih menganga tak percaya mendengar pertengkaran hebat suami dan istri itu.

“Ya Tuhan! Sepertinya aku sudah salah datang ke tempat ini. Tapi, kasian banget mba Renata yang nggak bisa hamil dan melahirkan lagi. Mas Evan juga adalah suami yang setia sih sebenarnya. Mba Renata udah kuat banget itu minta mas Evan buat nyari istri lagi,” batin Susan berkata dengan perasaan yang sangat iba dan merasa bersalah pada keduanya. Menurut Susan, karena kehadirannya saat inilah yang menjadi pemicu perkelahian antara Evan dan istrinya – Renata.

“Kamu istirahat di kamar tamu itu aja dulu, ya. Pakai aja baju yang ada di lemari dan di sana ada kamar mandinya. Mandi dan setelah itu makan aja langsung di dapur. Aku mau istirahat dan membujuk Renata. Maaf, udah buat kamu nggak nyaman!” ungkap Evan dengan nada lembut pada Susan dan kemudian dia pergi sebelum Susan sempat memberikan jawabannya.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Mengandung Benih Bayaran Om Evan   Kamu Ikut Denganku!

    Sarah baru sadar bahwa Renata ada di sana dan membuatnya menjadi sedikit canggung. Renata hanya tersenyum kaku saat ditatap tak enak hati oleh Sarah. Begitu pula dengan Evan yang merasa bahwa ibunya itu sudah menyakiti hati dan perasaan Renata secara tidak sengaja.“Maafkan Mami, ya Sayang. Mami nggak bermaksud menyinggung kamu dan mengabaikan kamu. Mami hanya kasian sama Susan, dia kan senndirian sekarang dan kondisinya juga sedang hamil seperti kamu. Jadi, kita keluarganya sekarang supaya dia tetap semangat,” jelas Sarah kepada Renata dan memang terlihat sedikit gurat perasaan bersalah di wajah wanita paruh baya itu.“Nggak apa-apa kok, Mi. Aku juga udah bilang seperti itu sebelumnya sama Susan. Dia boleh anggap kami semua ini sebagai keluarganya.” Renata berkata dengan bijak dan tidak marah sama sekali.“Iya, Nak. Bagus kalau kamu mempunyai pemikiran seperti itu dan memang biasanya kalau wanita hamil akan peka terhadap perasaan wanita hamil lainnya. Jadi, Mami salut banget sama pem

  • Mengandung Benih Bayaran Om Evan   Selalu Ada Untukmu!

    “Baru trimester pertama, Bu.” Susan menjawab dengan singkat dan senyuman yang canggung.“Oh gitu, ya. Berarti sama dengan usia kehamilan Renata,” ucap Sarah lagi dan berusaha menepis perasaan aneh atau curiganya saat tadi menyentuh perut Susan.“Iya, Bu. Memang usia kehamilan kami sepertinya sama,” kata Susan dengan senyum canggung.“Nggak usah takut dan malu-malu sama saya. Saya ini maminya Evan dan kamu boleh panggil mami juga sama saya. Nggak usah panggil ibu lagi, ya.” Sarah berkata dengan sangat ramahnya kepada Susan dan hal itu tentu saja membuat Renata sedikit cemburu.Walaupun pada dasarnya dia memang ingin mencurikan simpati Sarah untuk Susan, agar Sarah tidak terlalu fokus pada kehamilan palsunya itu. Namun, tetap saja saat semua terjadi di depan mata kepalanya sendiri Renat merasa cemburu akan hal itu.Evan sudah bisa melihat gelagat cemburu dari istrinya itu dan mulai bergerak ke kursi tempat di mana Renata duduk bersama dengan Sarah saat ini. Akan tetapi, saat Sarah melih

  • Mengandung Benih Bayaran Om Evan   Sarah Bertemu Susan

    “Oh dia ... dia istri temannya mas Evan, Ma. Dan sekarang dia udah jadi janda ...,” ucap Renata menjawab pertanyaan Sarah dengan membawa ekspresi sedih yang dibuat-buat.“Hah? Teman Evan yang mana? Kamu punya teman yang udah meninggal, Van? Kok Mami nggak tau?” tanya Sarah pula beralih kepada Evan yang berada di sisi Renata.“Eh, i-iya, Ma. Teman aku waktu masih SMA dulu dan dia memilih untuk jadi abdi negara. Tapi, sayangnya dia gugur di medan pertempuran dan sekarang istrinya menjanda dan juga lagi hamil, sama seperti Rena.” Evan untuk pertama kalinya bicara panjang lebar untuk menjelaskan semua hal yang tentu saja adalah kebohongan itu kepada SarahSelama ini Evan terkenal dengan sebutan pria yang bersikap dingin dan tidak banyak bicara. Memang seperti itulah Evan, dan dia tidak terlalu suka banyak bicara dalam hal apapun. Sarah sangat hafal dengan sikap dan kebiasaan putranya itu.Jadi, saat dia mendengar Evan berbicara seperti tadi tentu saja membuat Sarah tahu bahwa putranya jug

  • Mengandung Benih Bayaran Om Evan   Percayakan Pada Kami

    “Mami! Kenapa nanya gitu sama Renata? Mami melukai hati istriku!” tegur Evan lagi dan kini berpindah ke sisi Renata.Dia merangkul tubuh istrinya yang tampak sedih dan mata Renata bahkan sudah berkaca-kaca. Walaupun dia berpura-pura hamil saat ini di depan Sarah, tetap saja sebenarnya dia tidak akan pernah bisa mengandung lagi. Jadi, pertanyaan yang dilemparkan Sarah kepadanya itu terasa begitu menyakitkan dan juga mengoyak ngoyak perasaannya saat ini.“Sayang ... nggak usah diambil hati, ya ucapan mami. Mami hanya kaget dan merasa syok, soalnya kan selama ini kita udah berjuang keras untuk bisa mendapatkan keturunan.” Evan berusaha untuk menghibur hati dan perasaan Renata yang sudah jelas merasa kacau berat sekarang ini.“Nggak apa-apa, Mas. Aku ngerti kok kalau Mami masih nggak percaya sama kehamilan aku ini. Mudah-mudahan nanti anak ini lahir mirip banget sama kamu, ya Mas. Jadi, Mami nggak meragukan lagi bayi dalam kandunganku ini,” ungkap Renata dengan nada sedih di depan Sarah.

  • Mengandung Benih Bayaran Om Evan   Beneran Bisa Hamil?

    Setelah memberikan arahan kepada Susan, Renata pun turun ke bawah dan mempersiapkan jamuan untuk ibu mertuanya yang akan datang dan menginap. Tentu saja mbok Minah sudah membantunya membersihkan rumah yang memang selalu sudah dalam keadaan rapi dan bersih.“Mbok Nah udah masak apa di dapur?” tanya Renata yang duduk di ruang keluarga, di atas sebuah sofa empuk berwarna merah hati.“Mbok Nah lagi bikin sambalado tanak gitu, Mba. Soalnya bu Sarah kan suka itu banget dari dulu.”“Oh iya. Apa kebetulan semua bahan ada di kulkas, ya Mbo?” tanya Renata lagi.“Iya, Mba. Kebetulan semua bahan ada karena kemarin kan mas Evan abis belanja online juga sama yang biasa nganter ke rumah. Tapi, tadi Mbok Nah tambahin telor puyuh aja biar enak dan ada lauknya selain campuran teri dan kawan-kawannya di sana.” Mbok Minah menjelaskan hal itu kepada Renata dengan sangat detail.Renata tidak mendapatkan info dari Evan bahwa ibunya akan datang dan menginap. Sebenarnya, Renata merasa kesal kepada Evan karena

  • Mengandung Benih Bayaran Om Evan   Mengatakan Kebohongan

    “Bu Sarah itu maminya mas Evan, berarti itu mertuanya Nak Susan juga sekarang. Tapi ... tetap nggak boleh dikasih tau, ya.” Mbok Minah berkata dengan wajah yang sendu setelah sempat bersemangat.“Maminya mas Evan? Jadi, dia mau datang ke sini, Mbok Nah?” tanya Susan yang jujur saja merasa kaget dengan kabar kedatangan ibu mertua Renata itu.“Iya, Nak. Beliau udah ada di Bandara sekarang. Biasanya kalau datang, beliau akan menginap seminggu paling lama di sini,” jelas mbok Minah kepada Susan pula.“Menginap seminggu di sini? Terus, aku gimana, dong Mbok Nah? Apa aku harus sembunyi selama seminggu sampai maminya mas Evan pulang?”“Itu yang Mbok Nah belum tau, Nak. Gimana kalau kita tunggu aja keputusan dari mba Renata atau mas Evan? Biar lebih jelas dan nggak salah ambil langkah.”“Mbok Nah benar. Aku siap kalau harus pergi dulu dari rumah ini selama maminya mas Evan menginap. Kalau sembunyi di dalam rumah doang selama seminggu, aku nggak mau, Mbok!”Susan terus terang saja kepada mbok

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status