Beranda / Romansa / Mengandung Benih Bos Arogan / Bab 6 – Rencana Jahat

Share

Bab 6 – Rencana Jahat

Penulis: Sanny Rama
last update Terakhir Diperbarui: 2024-03-05 22:19:43

Mahanta dan Lintang sedang menunggu Ziana keluar dari ruang pribadi Mahanta sambil melanjutkan pekerjaan mereka. Sesekali Mahanta melirik ke arah pintu yang masih tertutup. Baru lima belas menit berlalu, dan belum ada tanda-tanda Ziana akan keluar dari sana.

“Apa kau yakin dengan pemecatan Ziana? Tidak ada kesempatan lagi?” tanya Lintang memecah keheningan diantara mereka.

“Aku tidak mungkin menarik kata-kataku. Dia akan berpikir aku plin-plan.”

“Dia sudah berusaha memperbaiki kesalahannya. Aku dengar dari sekuriti hotel kalau Ziana hampir kecelakaan karena ngebut waktu nganterin dokumen kontrak kerja itu. Untung cuma bajunya yang kotor, nggak sampai terluka. Kesalahannya hanya tidak sengaja ketiduran karena ulahmu juga, bos.”

Mahanta terdiam mendengar penjelasan Lintang. Dia terlalu keras pada Ziana demi meminta penjelasan pada perempuan itu. Egonya hampir mencelakai Ziana.

“Apa kau sudah mendengar penjelasannya? Apa katanya?” tanya Lintang lagi.

“Banyak salah paham diantara kami. Tapi aku bingung bagaimana cara menjelaskan padanya kalau semua itu hanya salah paham. Ziana sudah terlalu kecewa padaku, Lin. Menurutmu, aku harus apa?”

Baru saja Lintang ingin menjawab pertanyaan Mahanta, pintu ruang pribadi Mahanta sedikit terbuka. Ziana ragu-ragu ingin keluar, tapi dia merasa sudah terlalu lama berada disana. Dengan statusnya yang sudah bukan siapa-siapa di perusahaan itu, Ziana ingin pergi secepatnya dari sana.

“Loh, beneran nggak ada siapa-siapa,” gumam Ziana ketika melihat ruang kerja Mahanta yang kosong.

Tanpa memeriksa lagi, Ziana buru-buru keluar dari sana dan masuk ke dalam lift. Setelah Ziana keluar, Mahanta dan Lintang muncul dari balik meja kerja Mahanta. Keduanya langsung bersembunyi sebelum Ziana keluar dari ruang istirahat Mahanta.

“Kok dia pergi gitu aja? Segitunya nggak mau disini ya.”

“Nyesel? Mau dia balik lagi?” Lintang memutar bola matanya setelah berhasil mengetahui isi hati Mahanta.

“Gimana caranya?”

“Janji dulu nggak ngasih kerjaan berlebihan seperti sebelumnya. Dan kamu harus bicara baik-baik sama Ziana. Dia perempuan, bos. Kamu harus mendekatinya dengan kelembutan.”

“Kenapa juga aku harus mendengarkan nasehat dari jomblo sepertimu?” keluh Mahanta.

“Nggak ngaca. Sama-sama jomblo juga.”

Saat Mahanta dan Lintang sedang berdebat, Ziana sudah melaju dengan motornya keluar dari halaman gedung kantor R.D. Company. Ia bingung mau pulang ke rumah atau ke toko kue Hannah. Tapi ditengah perjalanan, Ziana memilih berbelok ke arah toko kue Hannah.

“Kakak harus tahu kalau aku sudah dipecat,” gumamnya lirih.

Sesampainya di depan toko kue Hannah, Ziana sedikit ragu untuk masuk dan memberitahu Hannah. Dia melihat kakaknya itu sedang sibuk melayani pembeli yang datang ke tokonya. Meskipun toko itu kecil, tapi ide kreatif Hannah membuat toko kuenya sangat laris.

Ziana segera masuk demi bisa membantu Hannah melayani pembeli. Saat itu pandangannya bertemu dengan Hannah yang menatapnya heran.

“Loh, Na? Kok sudah pulang?” tanya Hannah tanpa menghentikan tangannya yang membungkus sekotak kue coklat yang lezat.

“Nanti aku cerita ya, kak,” sahut Ziana tersenyum menenangkan Hannah. Tapi Hannah tahu kalau Ziana sedang tidak baik-baik saja.

“Kebetulan kamu disini, bisa minta tolong antarkan pesanan ke restorannya Pak Jay?”

“Iya, kak. Aku pergi dulu ya.”

Ziana kembali memakai atributnya sebelum mengantar pesanan milik Jay. Sebelum bekerja di R.D. Company, Ziana membantu Hannah di toko kuenya. Dia lebih sering mengantar pesanan agar Hannah bisa menghemat ongkos ojek online. Dan restoran milik Jay adalah salah satu langganan toko kue Hannah yang sering dikunjungi Ziana.

“Selamat siang, kak. Saya mau mengantar pesanan kue dari toko kue Hannah,” ucap Ziana sopan pada bagian kasir di restoran Jay.

“Loh, Ziana. Sudah lama nggak ketemu ya,” ucap Jay yang tiba-tiba muncul di samping Ziana.

Perempuan itu menoleh lalu tersenyum pada Jay. “Pak Jay, saya mengantar pesanan kue. Bukannya terakhir kita ketemu di pesta perusahaan R.D. Company. Bapak ada hubungan kerja sama dengan perusahaan itu ya?”

Jay tersenyum dan mengangguk. Lesung pipitnya terlihat jelas menambah keimutan dari wajah tampannya yang selalu tersenyum pada Ziana. “Bisa dikatakan begitu. Tapi bentuk kerja sama yang lain. Bukannya ini masih jam kerja? Kenapa kamu bisa mengantar pesanan kue dari toko kakakmu?”

“Ah, itu... Saya__” Suara dering telepon dari ponselnya membuat Ziana tersenyum pada Jay, lalu mengeluarkan ponselnya. “Permisi sebentar, Pak.”

“Silakan.”

Ziana sedikit menjauh demi menerima telepon dari manajer personalia R.D. Company. Perempuan itu berpikir kalau dia melewatkan sesuatu yang penting. Tapi hal berikutnya yang didengarnya membuat Ziana menarik nafas lega.

[“Ziana, pemecatanmu dibatalkan. Saat ini perusahaan sedang sangat sibuk dan tidak punya cukup waktu untuk mencari penggantimu. Apa kau bisa kembali bekerja besok? Sisa hari, bisa kamu pakai untuk beristirahat dulu,”] ucap manajer personalia.

“Bisa, Bu. Terima kasih atas kesempatannya. Saya akan berusaha yang terbaik.”

[“Aku percaya kamu bisa, Ziana. Kamu bisa mengambil kartu karyawan di pos sekuriti besok. Sampai jumpa.”]

Ziana nyaris berteriak senang karena diberi kesempatan kedua. Terlepas dengan apa yang sudah terjadi antara dirinya dengan Mahanta, Ziana ingin fokus pada pekerjaannya saja. Setidaknya sampai perpanjangan kontrak kerjanya nanti, dia akan memutuskannya lagi.

“Ziana, ada apa? Kelihatannya senang sekali,” ucap Jay ketika Ziana kembali mendekatinya.

“Bukan apa-apa, Pak. Kalau begitu, saya permisi dulu ya, Pak Jay. Terima kasih atas pesanan kuenya.”

“Apa kau tidak bisa tinggal sebentar untuk makan siang? Ada menu baru yang harus kau coba.”

“Maaf, Pak. Tapi saya benar-benar harus kembali ke toko sekarang. Kebetulan sedang ramai. Saya permisi dulu.”

Tanpa menunggu jawaban dari Jay, Ziana segera keluar dari restoran itu. Jay yang masih belum beranjak dari tempatnya, terus mengekori langkah Ziana sampai ke parkiran motor. Senyuman manis masih menghiasi wajahnya, tapi tatapan matanya tak lagi lembut. Kilatan di matanya seperti tatapan pria yang penuh hasrat pada wanita yang menarik baginya.

“Ziana, kapan kau akan melihatku saja? Lupakan Maha si pengecut itu dan datanglah padaku,” gumamnya lalu menjilat bibirnya sendiri.

Tiba-tiba terdengar suara nada dering pertanda telepon masuk dari ponsel Jay. Pria itu meraih ponselnya di dalam saku dan tersenyum smirk melihat siapa yang menelponnya. Dia segera menekan icon berwarna hijau, lalu melangkah menuju ruang kerjanya.

“Halo, sayang. Ada apa menelponku? Kangen?” goda Jay pada lawan bicaranya.

[“Hentikan, Jay. Kapan kau ada waktu? Kita harus bicara.”]

“Aku ada di restoran sekarang. Atau mau ketemu di apartemenku? Sekalian melakukan sesuatu yang kau suka?”

[“Aku serius, Jay. Rencanaku berantakan gara-gara kamu. Bisa-bisanya kau kecolongan. Percuma aku mencampur obat perangsang ke minuman Maha.”]

“Sherena, aku sudah bilang ‘kan, biarkan aku mengejar Ziana dulu. Tapi kau yang tidak sabaran.” Jay sedikit terpancing emosi karena Sherena terus menyalahkannya.

[“Bagaimana kita bisa mendapatkan tujuan kita kalau kau bergerak lebih lambat dari siput. Aku nggak mau tahu, Jay. Kau harus secepatnya menjauhkan perempuan sialan itu dari Maha atau aku akan bertindak lagi.”]

Jay nyaris melempar ponselnya saat Sherena memutuskan panggilan begitu saja. “Dasar wanita gila!”

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Mengandung Benih Bos Arogan   Bab 118 – Menarik Simpati Ziana

    Sapaan dari sekretaris sementara Mahanta membuat Ziana tersenyum. Wanita cantik itu lalu membantu Mahanta membawa perlengkapan bayi Nanda ke dalam ruang kerja Mahanta. “Siapa namamu?” “Nama saya Mela, Bu Ziana. Saya sekretaris pengganti sementara Pak Lintang.” “Mela, apa meetingnya sudah dimulai?” tanya Mahanta yang sibuk di meja kerjanya. “Sudah, pak. Bapak bisa ke ruang meeting sekarang.” “Pesankan makan siang untuk Rania. Tanyakan saja dia mau makan apa,” titah Mahanta lalu mendekati Ziana yang sudah duduk di sofa. “Sayang, aku meeting dulu ya. Santai saja disini dulu.” “Iya, mas. Kamu tenang saja. Ada Mela disini.” Mahanta pun keluar dari ruang kerjanya dan langsung masuk ke ruang meeting. Sesuai perintah Mahanta, Mela segera memesan makanan untuk Rania. Saat makanannya datang, Nanda kembali menangis kencang lantaran haus lagi. Dengan telaten Ziana menyusui bayi itu sambil membayangkan Zaidan di mansion. “Oh, astaga,” ucapnya membuat Mela yang sedang membantu menyuapi Ra

  • Mengandung Benih Bos Arogan   Bab 117 – Permintaan Tolong

    “Siapa, sayang?” Mahanta menatap ke arah yang ditunjuk Ziana dengan kening mengerut. “Itu Pak Jay ‘kan? Dia sama Nanda.”Ziana tidak salah mengenali pria tampan yang sedang menggendong seorang bayi di tangannya. Jay tampak cemas memperhatikan mobilnya sambil sesekali menimang bayi Nanda. “Mas, ayo kita kesana. Sepertinya Pak Jay butuh bantuan.”Mahanta sebenarnya enggan membantu Jay setelah apa yang terjadi pada mereka. Tapi ia tidak bisa menahan Ziana yang sudah lebih dulu menggandeng tangan Rania mendekati pria itu. Mahanta mematikan mesin mobil lalu menyusul Ziana. “Pak Jay, kenapa mobilnya?”Jay menoleh lalu tersenyum menatap Ziana. “Ziana, kamu disini. Mobilku sepertinya mogok. Sopirku sedang mencari bantuan. Kamu ngapain disini?”“Saya baru menjemput Rania, Pak. Kebetulan dia bersekolah disini.” Jay tersenyum pada Rania yang bersembunyi di belakang punggung Ziana. “Kesayangan buna, ayo beri salam sama om Jay.”Rania menggeleng pelan, enggan mengulurkan tangannya pada Jay. Ket

  • Mengandung Benih Bos Arogan   Bab 116 – Jadi Atau Tidak?

    “Babe, besok kita ke mansion om Tomo ya. Baju-bajumu masih disana ‘kan?”Arjuna yang baru keluar kamar, menatap bingung pada Rianti yang menelungkupkan wajahnya diatas meja. Mie yang masih mengepulkan asap putih tampak utuh di depannya.“Babe? Kamu tidur?”Arjuna mengguncang bahu Rianti pelan, sambil berusaha melihat wajahnya yang tertutup rambut. Saat Rianti mengangkat wajahnya, Arjuna bisa mencium aroma minuman dari bibir wanita itu.“Babe, kamu minum minumanku?”“Apa? Nggak. Aku baik-baik saja. Pusing, tapi nggak apa-apa.”Arjuna menggaruk kepalanya yang tidak gatal lalu meraih gelas air minum. “Minum dulu ya. Habis itu kamu tidur.”“Nggak enak!” tolak Rianti saat air minum menyentuh bibirnya.“Minum saja. Siapa suruh nakal. Minumanku nggak bisa kamu minum sembarangan, babe.”Arjuna tetap memaksa Rianti meneguk minumannya sampai tersisa setengah. Ia lalu menggendong Rianti masuk ke kamar dan membaringkannya di atas tempat tidur. Usai menyelimuti tubuh Rianti, Arjuna mengecup kening

  • Mengandung Benih Bos Arogan   Bab 115 – Olahraga Malam

    “Pelan, mas. Sa-sakit,” lirih Hannah dengan suara serak menahan hasratnya.“Tahan, sayang. Aku coba lagi ya.”Lintang yang kepalang tanggung, mendorong tubuhnya hingga berhasil memasuki celah sempit milik Hannah. Pria itu mengerang keras saat miliknya terasa hangat dan terjepit ketat. Kenikmatan luar biasa yang dirasakan Lintang membuatnya menunduk mengecup pipi Hannah.Ditatapnya ekspresi wajah Hannah yang meringis menahan sakit. Dia tidak menyangka efek perawatan yang disarankan Ziana membuat miliknya seperti perawan lagi. Akibatnya Hannah merasakan sakit seperti malam pertamanya dengan Renan.“Sakit, mas,” lirih Hannah membuat Lintang mencium bibirnya lagi.Lintang terus menyentuh tubuh Hannah, membuat wanita itu melupakan rasa sakitnya hingga bisa menerima miliknya di dalam sana. Perlahan Lintang menggerakkan tubuhnya hingga miliknya terasa lebih licin. Suara desahan dan decapan mendominasi kamar yang berhawa sangat dingin itu. Tapi sedingin apapun suhu kamar itu tidak bisa mengur

  • Mengandung Benih Bos Arogan   Bab 114 – Baju Halal

    Pintu kamar mandi tiba-tiba terbuka tanpa peringatan. Hannah yang kaget, nyaris terjatuh karena refleks mundur dari depan pintu. Lintang dengan sigap meraih pinggang Hannah lalu memeluknya.“Hati-hati, sayang. Sedang apa kamu disini?”“Aku... itu... anu...”Rasa gugup membuat Hannah tergagap. Matanya mencoba melirik ke dalam kamar mandi, tepatnya ke arah koper mereka yang terlihat terbuka lebar. Wajah Hannah semakin pias dengan kemungkinan Lintang sudah melihat baju itu.“Kamu kenapa, sayang? Makanannya sudah datang?”“Iya. Sudah. Kamu mau makan sekarang?”“Ayo,” ajak Lintang.Hannah tidak punya alasan untuk membuatnya kembali masuk ke kamar mandi, hingga memilih mengikuti Lintang. Mereka duduk berdampingan lalu mulai menikmati hidangan makan malam di depan mereka. Lezatnya rasa makanan itu membuat Hannah tidak berhenti mencicipinya.“Enak ya?” tanya Lintang yang diangguki Hannah.“Makanannya enak sekali. Pas di lidah. Aku pikir makanan seperti apa yang ada di hotel mewah seperti ini.

  • Mengandung Benih Bos Arogan   Bab 113 – Hadiah Dari Ziana

    Setelah pesta resepsi pernikahan itu selesai, kedua pasang pengantin baru itu pun berangkat dengan mobil masing-masing. Lintang dan Hannah menuju hotel, sedangkan Arjuna dan Rianti menuju apartemen Arjuna.“Wah, hotelnya besar sekali, mas,” puji Hannah kagum. Dia tidak pernah masuk ke hotel sebesar itu selama hidupnya.“Ini hadiah pernikahan dari om Tomo. Hotel ini juga punya om Tomo. Ayo, kita check in dulu.”Lintang menuntun Hannah mendekati resepsionis yang sudah siap menyambut kedatangan mereka. Seorang office boy mengambil alih koper yang dibawa Lintang, lalu mengantar keduanya menuju kamar hotel tempat mereka akan menginap selama tiga hari dua malam itu.“Silakan masuk, tuan, nyonya,” ucap office boy itu setelah pintu kamar terbuka lebar di hadapan mereka.“Terima kasih. Taruh saja kopernya di sini,” sahut Lintang lalu memberikan tip untuk office boy itu.Hannah memasuki kamar lebih dulu dan langsung mendekati jendela besar di dekat tempat tidur. Ia ingin melihat pemandangan dar

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status