LOGINZiana harus menerima kenyataan kalau Mahanta, mantannya yang gagal move on kembali memasuki kehidupannya. Parahnya lagi, mereka menghabiskan malam panas karena jebakan seseorang. Belum habis keterkejutan Ziana, Mahanta justru menjadi CEO baru di perusahaan tempat Ziana bekerja. Kalau boleh memilih, Ziana ingin sekali resign dan menjauh dari Mahanta. Tapi hubungan cinta satu malam itu justru berbuah benih yang tumbuh di rahim Ziana. Ziana tidak punya pilihan lain, selain menerima lamaran Mahanta dan menjadi istrinya. Namun hubungan pernikahan mereka terus diuji oleh kehadiran masa lalu Mahanta dan keluarga Mahanta yang tidak setuju Ziana menjadi menantu mereka. Alih-alih kabur meninggalkan Mahanta seperti 3 tahun yang lalu, Ziana memilih berjuang untuk suami dan bayi di dalam kandungannya. Tapi ujian cinta mereka belum berakhir saat Ziana melahirkan bayi laki-laki yang mengalami kelainan pada matanya. Keluarga Mahanta menghinanya dan sikap Mahanta pada Ziana mulai berubah. Akankah Ziana menyerah pada keadaan dan pergi meninggalkan Mahanta? Atau tetap bertahan meskipun harus menerima semua penghinaan atas putranya yang cacat?
View MoreMela menoleh dan langsung berdiri, "Bu Ziana tadi bilang mau ke bawah sebentar, bertemu Pak Jay, Pak." "Jay?" gumam Mahanta lalu mendekati meja kerjanya untuk mencari keberadaan ponselnya. Setelah membaca chat dari Jay, Mahanta buru-buru keluar dari ruang kerjanya. Mela yang merasa aneh, mengejar Mahanta. "Ada apa, Pak?" "Mela, tolong antar Rania ke mansion. Ini sudah terlalu lama sejak Ziana turun. Aku akan mencarinya," sahut Mahanta lalu menutup pintu lift setelah masuk ke dalamnya. Keluar dari lift, Mahanta segera menghubungi Jay. Tapi pria itu tidak mengangkat teleponnya. Mahanta tidak menyerah, lalu menghubungi Ziana. Jantungnya berdetak kencang ketika Ziana tidak mengangkat teleponnya juga. "Kemana mereka?" gumamnya cemas. Firasat buruk yang terus menghantuinya beberapa hari ini mulai membuat pikirannya kalut. Mahanta segera memanggil sopirnya yang sigap membawa mobil ke depan lobby kantor. Tanpa membuang waktu lagi, Mahanta masuk untuk mencari keberadaan Zia
Sapaan dari sekretaris sementara Mahanta membuat Ziana tersenyum. Wanita cantik itu lalu membantu Mahanta membawa perlengkapan bayi Nanda ke dalam ruang kerja Mahanta. “Siapa namamu?” “Nama saya Mela, Bu Ziana. Saya sekretaris pengganti sementara Pak Lintang.” “Mela, apa meetingnya sudah dimulai?” tanya Mahanta yang sibuk di meja kerjanya. “Sudah, pak. Bapak bisa ke ruang meeting sekarang.” “Pesankan makan siang untuk Rania. Tanyakan saja dia mau makan apa,” titah Mahanta lalu mendekati Ziana yang sudah duduk di sofa. “Sayang, aku meeting dulu ya. Santai saja disini dulu.” “Iya, mas. Kamu tenang saja. Ada Mela disini.” Mahanta pun keluar dari ruang kerjanya dan langsung masuk ke ruang meeting. Sesuai perintah Mahanta, Mela segera memesan makanan untuk Rania. Saat makanannya datang, Nanda kembali menangis kencang lantaran haus lagi. Dengan telaten Ziana menyusui bayi itu sambil membayangkan Zaidan di mansion. “Oh, astaga,” ucapnya membuat Mela yang sedang membantu men
“Siapa, sayang?” Mahanta menatap ke arah yang ditunjuk Ziana dengan kening mengerut. “Itu Pak Jay ‘kan? Dia sama Nanda.”Ziana tidak salah mengenali pria tampan yang sedang menggendong seorang bayi di tangannya. Jay tampak cemas memperhatikan mobilnya sambil sesekali menimang bayi Nanda. “Mas, ayo kita kesana. Sepertinya Pak Jay butuh bantuan.”Mahanta sebenarnya enggan membantu Jay setelah apa yang terjadi pada mereka. Tapi ia tidak bisa menahan Ziana yang sudah lebih dulu menggandeng tangan Rania mendekati pria itu. Mahanta mematikan mesin mobil lalu menyusul Ziana. “Pak Jay, kenapa mobilnya?”Jay menoleh lalu tersenyum menatap Ziana. “Ziana, kamu disini. Mobilku sepertinya mogok. Sopirku sedang mencari bantuan. Kamu ngapain disini?”“Saya baru menjemput Rania, Pak. Kebetulan dia bersekolah disini.” Jay tersenyum pada Rania yang bersembunyi di belakang punggung Ziana. “Kesayangan buna, ayo beri salam sama om Jay.”Rania menggeleng pelan, enggan mengulurkan tangannya pada Jay. Ket
“Babe, besok kita ke mansion om Tomo ya. Baju-bajumu masih disana ‘kan?”Arjuna yang baru keluar kamar, menatap bingung pada Rianti yang menelungkupkan wajahnya diatas meja. Mie yang masih mengepulkan asap putih tampak utuh di depannya.“Babe? Kamu tidur?”Arjuna mengguncang bahu Rianti pelan, sambil berusaha melihat wajahnya yang tertutup rambut. Saat Rianti mengangkat wajahnya, Arjuna bisa mencium aroma minuman dari bibir wanita itu.“Babe, kamu minum minumanku?”“Apa? Nggak. Aku baik-baik saja. Pusing, tapi nggak apa-apa.”Arjuna menggaruk kepalanya yang tidak gatal lalu meraih gelas air minum. “Minum dulu ya. Habis itu kamu tidur.”“Nggak enak!” tolak Rianti saat air minum menyentuh bibirnya.“Minum saja. Siapa suruh nakal. Minumanku nggak bisa kamu minum sembarangan, babe.”Arjuna tetap memaksa Rianti meneguk minumannya sampai tersisa setengah. Ia lalu menggendong Rianti masuk ke kamar dan membaringkannya di atas tempat tidur. Usai menyelimuti tubuh Rianti, Arjuna mengecup kening
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
reviews