Share

BAB 3

Mereka sangat terkejut atas ucapan Devano, sedangkan Kania menundukan kepala dan tubuhnya gemetar. Sella yang memang takut karena tidak menjalankan perintah sang majikan dengan benar.

"Kamu kenapa, Nia? Kenapa kamu tiba-tiba mengigil gini pas ada Tuan Devano," seru Sella.

Suara wanita itu terdengar oleh Devano, membuat pria tersebut menoleh lalu menyeringai. Kania mengepalkann tangan dengan keadaan terikat ke belakang.

"Gadis satunya ya Tuan? Em ... silakan ambil aja Tuan, lagian saya cuma mau bawa yang satunya, soalnya pengganti lunasin hutang Ibunya," sahut pria paruh baya itu.

Usia lelaki itu memang sekitar enam puluhan, tetapi dia sangat takut dengan pria yang lebih muda di depannya ini. Kekuasaan Devano sangat menyeramkan, jika saja berbuat salah bisa gawat.

"Saya pengen mereka berdua, satu pembantu saya dan satunya milik saya. Paham! Apa anda mau mengambil mereka dari saya," sinis Devano.

Lawan bicara Devano langsung menggeleng dengan cepat,  ia melangkah mendekati pria tersebut tetapi mendapatkan tatapan tajam nyalinya menciut.

"Tapi ... Tuan, gadis itu buat lunasin hutang, pasti Tuan tau dong," ujar lelaki itu.

Suara lelaki tua itu sedikit terbata-bata, lalu Devano menatap datar Alex. Paham akan tatapan tersebut, pria ini segera mengambil sesuatu di mobil dan lekas memberikan barang pada majikannya.

"Berapa hutangnya? Sini saya bayar! Cepat sebutkan! Membuang waktu saya aja."

Karena tidak ingin membuat Devano semakin kesal, lelaki tua itu langsung menyebutkan nominal tetapi lebih besar dari yang dihutangi Erna. Mendengar hal ini Devano menyeringai, pria tersebut menulis nilai sesuai hutang yang dia tau. Lalu segera menyerahkan pada rentenir.

"Kami sudah sudah tau berapa hutang Ibunya Kania, mau membohongi kami? Mau cari untung atau cari mati," ujar Alex.

Lelaki tua itu langsung bungkam, bahkan wajahnya memucat. Dia segera membungkukkan badan meminta maaf, sedangkan Devano hanya melirik datar. Pria yang memiliki kuasa lebih besar dari mereka segera menatap Kania yang menunduk.

"Apa kau menunggu saya menarikmu keluar dari situ? Cepat keluar!"

Sella mematung mendengar perkataan Devano, membuat lelaki itu mendengkus kesal.

"Sepertinya telingamu ini gak berguna ya? Apa gak dengar apa perkataan saya! Udah kau ini tidak becus melaksanakan tugas, kau membiarkan Kania terluka," sungut lelaki itu.

Alex yang melihat sang bos semakin murka, segera membantu  Sella keluar dari kendaraan. Wanita tersebut sedikit kesulitan, lalu perempuan yang diincar Devano menundukkan kepala dan malah memojokan diri.

"Tuan, jangan ...."

Devano menyeringai mendengar hal itu, lelaki tersebut segera memasuki mobil dan menarik lengan Kania membuat wanita tersebut memberontak.

"Diam! Kamu sekarang adalah milikku."

Suara lelaki itu tidak tinggi, tetapi sangat tajam bak pisau yang baru selesai diasah.

"Cepat! Harusnya kamu berterima kasih sudah kutolong. Kalau enggak kamu ... bakal jadi mainan lelaki bangkotan itu," sinis Devano.

Dengan kasar lelaki itu langsung menarik lengan Kania, membuat wanita tersebut sempat hendak terjatuh. Beruntung pinggang perempuan ini segera ditangkap Devano.

"Kamu cuma boleh terluka olehku! Jaga diri baik-baik," seru Devano.

Lelaki itu tidak berminat melepaskan ikatan di tangan Kania, sedangkan Sella. Perempuan tersebut sudah dibantu oleh Alex, setelah wanita yang mereka tawan keluar dari kendaraan. Pria tua dan bawahannya lekas memasuki kendaraan dan melajukan dengan tergesa-gesa.

"Dia boleh ikut, duduk di depan!"

Setelah berkata demikian, Sella segera mengucapkan terimakasih. Lalu wanita itu segera memasuki kendaraan tersebut, sedangkan Alex membukakan pintu untuk majikannya.

"Cepat, masuk! Apa kamu mau diikat terus lari ngejar mobil ini," ucap Devano dingin.

Kania menggelengkan kepala, dia tidak berani menatap mata lelaki itu.

"Tuan ... saya pulang sendiri aja," tolak wanita itu.

Devano memutarkan bola matanya, helaan napas terdengar. Melihat itu Alex sangat takut, bahkan Sella tanpa sadar mengigit bibir.

"Siapa yang mau ngantrin kamu ke rumah? Geer banget deh, saya udah bayarin hutang Ibumu, berarti sekarang kamu milik saya! Udah cepat masuk!"

Karena masih diam membantu, Devano berinisiatif menggendong Kania membuat perempuan itu menjerit.

"Tuan! Tolong ... jangan," pekik wanita itu.

Setelah mendudukan Kania di jok, lelaki itu segera menyuruh Kania untuk geseran ke samping. Tetapi wanita tersebut malah diam, dia menggelengkan kepala membuat Devano menghela napas.

"Mau geser atau saya pangku!"

Mendengar perkataan lelaki itu, Kania segera menggeser tubuhnya. Membuat Devano menyeringai lalu pria tersebut lekas duduk dan memerintahkan Alex melajukan kendaraan.

Eum ... kita ke rumah, Tuan?" tanya Alex.

Devano langsung menatap lelaki yang menjadi sekertaris merangkap asistennya itu.

"Terlalu banyak nanya!" balas Devano.

Alex langsung merapatkan bibirnya, lelaki itu menggerutu dalam hati. Tetapi tidak bisa menyuarakan, memilih menebak jika sang Tuan ingin ke kediaman. Tanpa menunggu sekertarisnya, Devano segera membuka pintu dan keluar dari kendaraan. Ia memandang datar Kania yang malah memojokan diri.

"Cepat turun! Atau mau aku ...."

Ucapan Devano tidak diteruskan kala mendengar perkataan lelaki itu. Kania bergegas keluar walau dengan susah payah, karena tangan masih terikat dibelakang. Sella melihat keadaan temannya, hanya meringis. Dia ingin bersuara tetapi kalah dengan rasa takut.

"Dari tadi! Lambat banget," ketus lelaki itu.

Kata yang keluar walau nadanya tidak tinggi, tetapi sangat menusuk. Lelaki itu langsung menarik lengan Kania, membuat wanita tersebut kewalahan mengimbangi langkah Devano. Sedangkan Alex dan Sella meringis melihat hal tersebut.

"Apa sih yang diperbuat wanita itu?" tanya Alex.

Lelaki itu berbisik ke telinga Sella, sang empu menggelengkan kepala.

"Gak tau, tapi ... bukannya kalau Tuan Devano deket cewek bakal muntah ya? Kok ini bahkan megang-megang Kania," sahut wanita itu.

Mata Alex langsung membulat, ia melupakan hal penting tersebut. Lelaki ini segera menatap Devano yang masih menyeret Kania,  banyak pertanyaan di benak kala melihat hal itu.

"Apa Tuan Devano udah sembuh?"

Pertanyaan Sella membuyarkan pikiran Alex, lelaki itu langsung menggeleng lalu pria tersebut segera menghentikan langkah dan memegang lengan Sella membuat perempuan ini ikut berhenti.

"Ini, sebut nomor rekeningmu. Kata Tuan Devano, ada hadiah yang harus aku kirim buat yang menemukan gadis itu," lontar Alex.

Sella mendengar itu seperti mendapatkan jeckpot. Wanita tersebut segera mengeluarkan handphone lalu menyodorkan nomor rekeningnya. Alex segera mengirim nominal yang disebutkan Devano, setelah terkirim pria tersebut menaruh handphone ke saku kembali.

"Udah, karena kamu membuat dia terluka, kamu diberhentikan selama dua bulan."

Mata Sella langsung melotot, tubuh yang tadinya kegirangan kini lemas. Dia memegang tangan lelaki itu, membuat Alex menatap wanita tersebut.

"Tuan ... apa gak bisa bilang jangan menghentikan saya kerja dulu, saya nanti cari uang gimana buat selama itu," rengek Sella.

Alex menghela napas lalu lelaki itu segera melepaskan cekalan tangan Sella dari lengannya.

"Beruntung kamu cuma diberhentikan selama dua bulan, dari pada di pecat. Terima aja deh, Tuan Devano susah dinego yang ada malah parah nanti," jelas Alex.

Sella berwajah murung tetapi ia menganggukan kepala membenarkan perkataan Alex. Sedangkan di tempat lain, Devano langsung mendorong Kania ke kasur, dengan keadaan tangan masih terikat di belakang membuat wanita itu meringis.

"Beraninya kamu pergi, ha!" bentak lelaki itu.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status